Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 1

73 strata 1 adalah jagrakrak, benihbibit, ajirlanjaran, polibag, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan. Awal pengembangan KRPL, biaya rak maupun bibit dilakukan dari iuran RT atau Gapoktan yang dilakukan secara terpusat yaitu di KBD Desa Banjarsari. Umur rak buatan rumah tangga sendiri lebih lama daripada umur rak yang dilakukan secara gotong royong yaitu dua tahun. Hal ini disebabkan oleh kayu digunakan dalam rak buatan sendiri lebih baik. Rata-rata rak yang dimiliki oleh responden sebanyak satu hingga dua rak dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang disusun secara bertingkat. Rumah tangga di Desa Banjarsari membuat ajirlanjaran yang bahannya diambil dari hutan atau kebun atau meminta ke tetangga. Ajirlanjaran ini dibuat dari bambu dengan setengah gelondong batang bambu mampu menghasilkan sekitar 20-30 buah. Pupuk yang digunakan pada pengembangan KRPL adalah pupuk kandang dan sisa-sisa sampah rumah tangga. Ketersediaan pupuk kandang dengan cara responden meminta dari kelompok tani atau meminta dari tetangga yang memiliki ternak yaitu responden strata 2 dan strata 3. Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung dimiliki sendiri oleh responden. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya pengurangan nilai barang sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi tiap sarana produksi tidak dapat digunakan kembali rusak. Pada strata 1 jumlah biaya penyusutan adalah Rp 265.183tahun. Biaya terbesar pada pengembangan KRPL strata 1 adalah pengeluaran biaya yang diperhitungkan. Tenaga kerja yang terlibat dalam KRPL KEMPLING 74 adalah tenaga kerja dalam keluarga. Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam bercocok tanaman sayuran dimulai dari persiapan lahan pengolahan tanah, pemupukan awal, penanaman, pemeliharaan penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemasangan ajir, dan pemanenan. Biaya kerja tenaga dalam keluarga pada strata 1 mencapai Rp 613.000. Tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat dalam aktivitas KRPL seharusnya diperhitungkan dalam mengambil keputusan secara sosial namun dalam kenyataannya responden tidak memperhitungkannya. Jumlah tenaga kerja setiap rumah rata-rata 1-2 orang yang terdiri dari pekerja pria dan wanita. Waktu kerja dalam satu hari adalah 7 jam di tempat penelitian. Pengembangan KRPL KEMPLING merupakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan maka hanya beberapa menit atau beberapa jam dalam melakukan pelaksanaannya. Perhitungan untuk tenaga kerja disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui realisasi curahan waktu untuk melakukan kegiatan KRPL. Rata-rata curahan waktu dan curahan kerja dalam satu tahun dapat dilihat dalam Lampiran 5. Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya tunai pada strata 1 diperoleh sebesar Rp 1.949.410. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan total dari strata 1 per rumah tangga di Desa Banjarsari dalam satu tahun adalah Rp 889.100. Hal ini menun- jukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya total. Pendapatan atas biaya total menjadi keuntungan bersih yang didapat dari responden. 75 Nilai RC rasio pada strata 1 dapat digolongkan layak, karena nilainya lebih dari satu. Rata-rata pendapatan dari KRPL KEMPLING per rumah tangga dalam satu tahun di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dapat dilihat pada Tabel 35. Tabel 35. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga Strata 1 dalam Satu Tahun No Keterangan Nilai Rp 1 Penerimaan Tunai 199.226 Penerimaan Non Tunai 1.908.694 Total Penerimaan 2.107.920 2 Total Biaya 1.218.320 - Biaya Tunai 158.010 - Biaya yang Diperhitungkan 1.060.310 3 Pendapatan atas Biaya Tunai 1.949.410 4 Pendapatan atas Biaya Total 889.100 5 RC rasio Biaya Tunai 13,30 6 RC rasio Biaya Total 1,73 Sumber: Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan pada Tabel 35 menunjukkan bahwa kegiatan KRPL di Desa Banjarsari menguntungkan karena nilai RC lebih dari satu. Perhitungan RC atas biaya tunai dilakukan melalui pembagian penerimaan total dengan penjumlahan biaya tunai. Nilai RC rasio pendapatan atas biaya total pada strata 1 adalah sebe- sar 1,73 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan total sebesar Rp 1,73. Nilai RC rasio pendapatan atas biaya tunai ada strata 1 adalah sebesar 13,30 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan dalam pelaksanaan KRPL akan memberikan pen- erimaan sebesar Rp 13,30. Nilai RC biaya tunai memiliki nilai yang cukup besar. Hal ini karena penerimaan yang diperoleh besar dan biaya yang diperoleh relatif kecil sehingga perbandingannya relatif besar. Hal ini disebabkan oleh komponen biaya tunai strata 1 lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang diperhitungkan seperti 76 pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan lain-lain. Komponen biaya dan rata-rata pendapatan strata 1 dapat dilihat pada Lampiran 1. Rumah tangga strata 1 hanya fokus pada tanaman sayuran tidak ada biaya ternak dan ikan.

6.3.2 Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 2

Total penerimaan pada strata 2 sebesar Rp 5.046.080 yang terdiri dari penerimaan dari sayuran sebesar Rp 1.738.580, produksi telur ayam sebesar Rp 360.000, pembelian ternak sebesar Rp. 52.500 dan nilai produksi ayam buras sebesar Rp 3.000.000. Pembelian ternak merupakan salah satu komponen penerimaan namun sebagai komponen yang bersifat mengurangi penerimaan karena menurut Soekartawi et al. 1986, pembelian ternak dianggap sebagai produk usaha ternak yang belum selesai. Pembelian ternak merupakan biaya yang dikeluarkan ketika responden memutuskan untuk beternak ayam buras. Rata-rata responden membeli ternak ayam buras sebanyak dua ekor ayam. Produksi ayam buras tersebut diasumsikan apabila responden menjual semua ayam maka penjualan ayam menjadi salah satu penerimaan responden yang tidak tunai. Biaya tunai pada strata 2 meliputi jagrakrak, benihbibit, dan polibag. Apabila responden kurang benihbibit, jagrakrak, dan polibag maka mereka boleh menambah dengan mengusahakannya sendiri. Rata-rata rak yang dimiliki oleh responden sebanyak satu hingga dua rak dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang disusun secara bertingkat. Biaya tunai meliputi pengeluaran untuk ternak dengan perlengkapan tempat makan dan minum yang biasanya responden menggunakan baskom, ember, atau tempat makanan bekas. Pakan ayam buras di Desa Banjarsari berupa bekatul dan menir dengan rata-rata perbandingan pemberian pakan 1 : 0,4 dalam 77 kghari. Kadang-kadang responden juga memberikan pakan berupa dedak dan menir dengan perbandingan 1 : 0,4 dalam kghari. Biaya tunai juga berupa kesehatan dengan memberikan kapsul dengan harga sebesar Rp 5.000kapsul dan perbaikan kandang. Biaya yang diperhitungkan pada strata 2 untuk sayuran adalah jagrakrak, benihbibit, ajirlanjaran, polibag, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran ternak yang dikelola oleh rumah tangga strata 2. Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung dimiliki sendiri oleh responden. Biaya yang diperhitungkan untuk ternak adalah biaya penyusutan kandang, dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya penggurangan nilai barang sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi tiap sarana produksi tidak dapat digunakan kembali rusak. Total biaya penyusutan untuk peralatan sayuran sebesar Rp 263.627. Rata-rata biaya penyusutan kandang di Desa Banjarsari senilai Rp 161.667 dengan umur teknis kandang adalah 4 tahun, maka penyusutan kandang tiap tahunnya adalah Rp 40.417tahun. Biaya terbesar pada pengembangan KRPL strata 2 adalah pengeluaran biaya yang diperhitungkan. Tenaga kerja yang terlibat dalam KRPL KEMPLING adalah tenaga kerja dalam keluarga. Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam bercocok tanaman sayuran dimulai dari persiapan lahan pengolahan tanah, pemupukan awal, penanaman, pemeliharaan penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemasangan ajir, dan pemanenan. Pada aktivitas beternak, tenaga