Keberlanjutan KRPL KEMPLING HASIL DAN PEMBAHASAN
90 Pengembangan KRPL KEMPLING secara ekologis telah membantu
meningkatkan kualitas tanaman di pekarangan. Selama melakukan kegiatan tanam menanam, sebagian besar rumah tangga memberikan pemupukan dengan pupuk
kandang maupun sampah sisa-sisa rumah tangga. Pelaksanaan kegiatan KRPL KEMPLING dapat membuat kondisi Desa Banjarsari menjadi ramah lingkungan.
Pelaksanaan KRPL KEMPLING mampu menambah keindahan setiap rumah sehingga membuat rumah menjadi lebih ASRI. Desa Banjarsari juga memberikan
stimulun bagi desa sebelah agar mengembangkan KRPL. Dilihat dari aspek sosial, pengembangan KRPL di Desa Banjarsari akan
terus didukung masyarakat karena mampu menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan gotong royong antar rumah tangga. Masyarakat dapat menjadikan
KRPL sebagai sarana aktualisasi dan pengembangan diri bagi Desa Banjarsari. Pelaksanaaan KRPL ini mampu menambah komunikasi dengan Dinas-Dinas
terkait di Kabupaten Pacitan seperti Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas
Perikanan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan. Pihak-pihak yang terkait tersebut memberikan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan sehingga masyarakat dapat
meningkatkan skill untuk mengoptimalisasi pekarangan. Implementasi KRPL di lapangan dari aspek ekonomi hingga tahun 2012
memang belum menunjukkan sumbangan yang berarti. Hal ini karena pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari sendiri yang hampir berjalan dua tahun. Keberlanjutan
KRPL ditinjau dari mampu menekan pengeluaran rumah tangga dan keberadaan KBD sebagai penyedia atau menjual hasil dari komoditas KRPL di Desa Banjar-
sari. Pelaksanaan KRPL mampu menekan pengeluaran rumah tangga yang
91 ditunjukkan dengan pada strata 1, strata 2, dan strata 3 berorientasi untuk
memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Penghematan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi pangan disajikan pada Tabel 43.
Tabel 43. Penghematan Pengeluaran Rumah Tangga KRPL KEMPLING
Klasifikasi Persentase
Persentase Penghematan
Pengeluaran rumah tangga Rpbulan
Strata 1 Sayuran
62,70 49.508
Strata 2 Sayuran
58,26 55.089
Telur ayam buras 57,00
Strata 3 Sayuran
71,46 130.751
Telur ayam buras 65,00
Perikanan 24,50
Sumber : Data Primer, diolah 2012
Berdasarkan Tabel 42 menunjukkan bahwa strata yang paling besar menekan pengeluaran rumah tangga dalam konsumsi pangan yaitu strata 3 sebesar
Rp 130.751bulan. Penghematan pengeluaran pada strata 1 dan 2 hanya terpaut sedikit yaitu sebesar Rp 5.581. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan sayuran
strata 2 memiliki nilai penghematan pengeluaran paling kecil dibandingkan dengan strata 1 dan strata 3 karena penggunaan sayuran strata 2 lebih berorientasi
untuk sosial. Tahun proyek menggunakan bangunan dari KBD dengan umur teknis 5
tahun. Umur teknis ini didasarkan oleh Fitriyani 2006 yang menyatakan bahwa umur kandang ayam memiliki masa pakai 2-5 tahun yang terbuat dari bambu dan
kayu. Bahan pembuatan KBD terdiri dari bambu dan kayu. Atap KBD terbuat dari plastik yang berlantaikan tanah.
Analisis ini menggunakan tingkat discount factor sebesar 12 yang didis- kontokan dengan nilai manfaat bersih net benefit yang diperoleh dari perhi-
tungan arus kas cash flow. Tingkat suku bunga discount factor sebesar 12
92 yang digunakan dalam pengembangan KBD merupakan tingkat suku bunga
pinjaman di salah satu bank di Indonesia, dimana bank tersebut yang mudah diakses oleh masyarakat Desa Banjarsari. Pelaksanaan KBD di Desa Banjarsari
dilakukan secara komunal. Penerimaan yang diperoleh KBD sebesar Rp 14.000.000 setiap tahun
dengan menggalikan harga, jumlah voker, dan jumlah bibit setiap voker. KBD dalam satu tahun melakukan tanam-menanam sebanyak empat kali. Penerimaan
tersebut terdiri dari: 1 Penerimaan tunai sebesar Rp 275.000 dari penjualan voker setiap tanam; 2 Penerimaan non tunai sebesar Rp 3.225.000 dalam sekali
tanam. Penerimaan non tunai di KBD merupakan penerimaan dimana ketersediaan benihbibit dikonsumsi oleh rumah tangga Desa Banjarsari untuk
mencukupi kebutuhan di pekarangan. Jumlah penerimaan yang diterima KBD selama umur proyek yaitu 5 tahun diasumsikan tetap.
Penerimaan yang diperoleh KBD, nantinya dipergunakan dari dan untuk masyarakat Desa Banjarsari.
Biaya di KBD dibagi menjadi dua yaitu: 1 Biaya tunai; dan 2 Biaya non tunai. Biaya tunai terdiri dari pembelian benih selama sekali tanam dan biaya
non tunai terdiri dari daun pisang, pupuk kandang, tenaga kerja, dan lain-lain. Biaya tunai yang dikeluarkan KBD sebesar Rp 271.250 sekali tanam. Biaya non
tunai yang dikeluarkan KBD sebesar Rp 2.492.500 sekali tanam. Pada pengembangan KBD terdapat dua kondisi yaitu 1 kondisi adanya
bantuan dari Kecamatan Pacitan yang digunakan merenovasi KBD dan membeli bibitbenih untuk KBD; 2 kondisi tanpa ada bantuan dari pemerintah. Kondisi
tanpa adanya bantuan diperoleh dari pemutaran uang yang didapat dari KBD. Biaya investasi pembangunan KBD untuk kondisi tanpa ada banatuan
93 diasumsikan dengan sebesar Rp 2.500.000 sama dengan bantuan dari Kecamatan
Pacitan. Hal ini dikarenakan keterbatasan responden untuk mengingat harga dan jumlah alat serta bahan yang digunakan dalam pembangunan KBD. Gambaran
dua kondisi pendapatan KBD dapat dilihat pada Tabel 44 dan Tabel 45.
Tabel 44. Gambaran Pendapatan KBD di Desa Banjarsari dengan adanya Bantuan
Tahun Benefit Rp
Cost Rp Pendapatan Rp
1 16.500.000
11.055.000 5.445.000
2 14.000.000
11.252.500 2.747.500
3 14.000.000
11.055.000 2.945.000
4 14.000.000
11.252.500 2.747.500
5 14.000.000
11.055.000 2.945.000
NPV 12.565.248
Gross BC 1,29
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Asumsi :
i. Harga bibit per voker di KBD Rp. 500
ii. KBD memiliki wadah 35 papan voker
iii. Satu voker berisi 200 bibit
iv. Bibit tidak ada yang rusakmati
v. Ukuran voker 45 cm x 60 cm
Berdasarkan Tabel 44 menunjukkan hasil perhitungan bahwa gambaran pendapatan KBD di Desa Banjarsari dan tingkat suku bunga 12 memenuhi
semua kriteria kelayakan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa:
1 Nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol NPV0 yaitu sebesar
Rp 12.565.248. Artinya, jumlah manfaat bersih dari usaha KBD ini selama umur proyek yaitu 5 tahun dengan tingkat suku bunga 12 sebesar
Rp 12.565.248 sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan. 2
Pada kriteria investasi yang kedua yaitu nilai gross BC yang diperoleh lebih dari satu gross BC1 yaitu sebesar 1,29. Artinya, setiap Rp 1,00 biaya
dikeluarkan oleh KBD selama umur usaha yaitu 5 tahun mampu menghasilkan
94 manfaat kotor sebesar Rp 1,29 sehingga usaha tersebut dikatakan layak untuk
dijalankan.
Tabel 45. Gambaran Pendapatan KBD di Desa Banjarsari Tanpa Bantuan
Tahun Benefit Rp
Cost Rp Pendapatan Rp
1 14.000.000
13.555.000 445.000
2 14.000.000
11.252.500 2.747.500
3 14.000.000
11.055.000 2.945.000
4 14.000.000
11.252.500 2.747.500
5 14.000.000
11.055.000 2.945.000
NPV 8.100.962
Gross BC 1,21
Sumber : Data Primer, diolah 2012 Asumsi :
i. Harga bibit per voker di KBD Rp. 500
ii. KBD memiliki wadah 35 papan voker
iii. Satu voker berisi 200 bibit
iv. Bibit tidak ada yang rusakmati
v. Ukuran voker 45 cm x 60 cm
Berdasarkan Tabel 45 menunjukkan hasil perhitungan bahwa gambaran pendapatan KBD di Desa Banjarsari dan tingkat suku bunga 12 memenuhi
semua kriteria kelayakan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil bahwa:
1 Nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol NPV0 yaitu sebesar Rp 8.100.962.
Artinya, jumlah manfaat bersih dari usaha KBD ini selama umur proyek yaitu 5 tahun dengan tingkat suku bunga 12 sebesar Rp 8.100.962 sehingga usaha
tersebut layak untuk dijalankan. 2
Pada kriteria investasi yang kedua yaitu nilai gross BC yang diperoleh lebih dari satu gross BC1 yaitu sebesar 1,21. Artinya, setiap Rp 1,00 biaya
dikeluarkan oleh KBD selama umur usaha yaitu 5 tahun mampu menghasilkan manfaat kotor sebesar Rp 1,21 sehingga usaha tersebut dikatakan layak untuk
dijalankan. Berbagai perspektif dari ketiga sudut pandang yaitu aspek lingkungan,
aspek sosial, dan aspek ekonomi tersebut mengindikasikan bahwa KRPL memang
95 layak untuk terus dikembangkan dan didukung oleh semua pihak yang terlibat.
Dinas-dinas yang terkait sebagai stakeholder mendapatkan keuntungan dari terjaganya pekarangan dan penyediaan pangan secara berkelanjutan. Masyarakat
yang terlibat langsung dapat merasakan manfaat ekonomi dan sosial dari berjalannya KRPL KEMPLING.
Walaupun masih terdapat berbagai masalah dalam pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari, masalah tersebut masih dapat
diatasi mengingat ini baru berjalan efektif hampir berjalan dua tahun. Kuncinya adalah tekad dari setiap pihak yang terlibat untuk saling bekerjasama mengatasi
berbagai masalah yang masih terjadi, demi tercapainya tujuan utama KRPL yaitu optimalisasi pekarangan untuk mendukung penyediaan pangan secara
keberlanjutan.
96