Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

28 konsumsi keluarga. Biaya usahatani pekarangan tertinggi terdapat di zona atas dan terendah terdapat di zona bawah. Biaya usahatani pekarangan lebih rendah dibandingkan tegalan, sawah, dan kebun campuran, tetapi lebih tinggi dibandingkan talun. Produktivitas pekarangan lebih tinggi dari talun, tetapi lebih rendah dari tegal dan sawah. Nilai RC rasio usahatani pekarangan di setiap zona yang menunjukan hasil yang menguntungkan. Usahatani pekarangan yang paling efisien terdapat di zona bawah. Pekarangan dengan input materi dari luar sistem tertinggi di zona terdapat di zona atas, sedangkan yang terendah terdapat di zona bawah. Pendapatan usahatani pekarangan di zona bawah memiliki kontribusi terhadap pendapatan total petani lebih tinggi dibandingkan zona atas dan zona tengah. Keberadaan setiap sistem budidaya tanaman secara umum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pendapatan total petani. Pola sistem budidaya agroforesti seperti pekarangan, kebun campuran, dan talun mampu memadukan tindakan konservasi dan produksi. Keberadaan sistem budidaya agroforesti dalam penggunaan lahan di pedesaan perlu dijaga untuk menyangga keberlanjutan ekosistem pedesaan. Azmi 2008 melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Mengikuti Program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat Serta Pengaruhnya terhadap Pendapatan dan Curahan Kerja Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor. Penelitian bermaksud untuk: 1 mengidentifikasi berbagai permasalahan yang terjadi dalam implementasi PHBM di Desa Babakan; 2 mengevaluasi pengaruh program PHBM terhadap pendapatan dan curahan kerja khususnya bagi masyarakat yang 29 menjadi peserta program di Desa Babakan; 3 menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani Desa Babakan untuk ikut serta dalam program PHBM; dan 4 mempelajari prospek pengembangan program PHBM di Desa Babakan. Hasil yang didapatkan dari penelitian adalah: 1 terdapat beberapa masalah dalam pelaksanaan Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat PHBM di Desa Babakan dengan fokus permasalahan yang utama yaitu LMDH tidak mampu menggerakkan anggotanya dalam melaksanakan kewajiban sebagai penggarap dan; manajemen danabagi hasil yang kurang transparan; 2 pendapatan dan curahan kerja petani peserta PHBM dan petani non PHBM tidak berbeda nyata, walau demikian manfaat program PHBM tetap dirasakan oleh para peserta karena menyumbangkan 21,31 dari total pendapatan rumah tangga dengan curahan kerja keluarga yang diberikan pada kegiatan tersebut mencapai 35,50; 3 secara signifikan, status kepemilikan lahan usahatani pribadi dan kepemilikan profesi lain di bidang non usahatani memperkecil peluang petani mengikuti program PHBM, sedangkan keikutsertaan dalam penyuluhan Perum Perhutani memperbesar peluang petani mengikuti PHBM; 4 keberlanjutan program PHBM tetap mendapatkan dukungan dari Perum Perhutani maupun para petani mengingat manfaat yang dirasakan baik ditinjau dari aspek lingkungan, aspek ekonomi, maupun aspek sosial dalam jangka panjang. Afrinis 2009 melakukan penelitian mengenai Pengaruh Home Gardening dan Penyuluhan Gizi terhadap Pemanfaatan Pekarangan dan Konsumsi Pangan Balita. Metode analisis yang digunakan adalah uji regresi linear berganda dan uji korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi yang 30 berhubungan dengan pemanfaatan pekarangan adalah status pekerja ibu dan pendapatan p=0,004; p=0,030. Ibu yang tidak bekerja memanfaatkan pekarangannya lebih baik dibandingkan ibu yang bekerja. Demikian halnya dengan pendapatan; keluarga dengan pendapatan tinggi mempunyai pekarangan yang lebih luas untuk dimanfaatkan dan hal ini juga berhubungan dengan ibu yang tidak bekerja. Setelah 5 bulan intervensi terjadi peningkatan intik energi dan zat gizi balita. Faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan balita adalah pengetahuan gizi ibu dan pendapatan p=0,0048; p=0,003. Semakin tinggi pengetahuan gizi ibu dan pendapatan maka konsumsi pangan balitanya juga semakin bagus.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

31 Penelitian mengenai KRPL tersebut berangkat dari pemahaman bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Namun, hal ini diiringi dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga menuntut dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan perluasan daerah pemukiman bagi setiap orang. Peningkatan konversi lahan dan pemenuhan pangan yang masih dibawah pemenuhan gizi membuat masyarakat melakukan alternatif dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi yaitu dengan pemanfaatan pekarangan. Langkah yang dilakukan pemerintah yaitu dengan melakukan pemantapan kemandirian pangan melalui pekarangan. Pemanfaatan pekarangan memiliki fungsi multiguna karena dilahan yang sempit dapat menghasilkan produk dari pertanian. Pemanfaatan pekarangan mampu meningkatkan gizi dan mutu yang seimbang, namun masyarakat kurang menyadari pentingnya pangan yang beragam, berimbang dan bergizi. Oleh karena itu, optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui KRPL dari Kementerian Pertanian menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal yang bertujuan untuk menurunkan konsumsi beras, terpenuhinya gizi yang seimbang, dan dapat meningkatkan kesejahteraan sehingga mampu mewujudkan ketahanan pangan dan kemandirian pangan desa. Pengembangan KRPL secara swadaya di wilayah penelitian Desa Banjarsari merupakan wilayah yang pertama kali diterapkan. Pengembangan KRPL di Desa Banjarsari mengadopsi dari KRPL Desa Kayen. Desa Banjarsari merupakan desa yang kurang mengoptimalkan pekarangan, belum memaksimalkan pengembangan pertanian, dan kurangnya pengetahuan mengenai manfaat pekarangan. Penilaian masyarakat terhadap KRPL menjadi hal penting.