Alat dan Bahan Metode Pengumpulan Data

Untuk lebih jelasnya alokasi waktu pengambilan data seperti tercantum pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Alokasi waktu dan lokasi pengambilan data primer di TNBB No Lokasi Kegiatan Tipe Habitat Perilaku Alokasi 1 Kawasan Taman Nasional Bali Barat Orientasi Lapang dan studi pustaka Semua tipe habitat ditemukannya ayam hutan hijau - 14 hari 2 Tanjung gelap Pengambilan data perilaku 1 kelompok ayam hutan Hutan musim Semua perilaku teramati makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara 10 hari 3 Tanjung gelap Pengambilan data perilaku ayam hutan hijau dan analisa vegetasi di titik pengamatan Hutan Musim jauh dari aktivitas manusia Makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara 7 hari 4 Tanjung gelap Pengambilan data perilaku ayam hutan hijau dan analisa vegetasi di titik pengamatan Hutan Musim dekat dengan aktivitas manusia Makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara 7 hari 5 Semenanjung Prapat Agung Orientasi lapang, pengambilan data perilaku ayam hutan hijau dan analisa vegetasi di titik pengamatan Ekosistem savana Makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara 21 hari 7 BTNBB dan lokasi penelitian Melengkapi data dokumentasi seperti foto dll Semua tipe habitat ditemukannya ayam hutan hijau Semua perilaku teramati makan dan minum, bergerak, istirahat dan tidur, bersuara 14 hari Total 73 hari

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan antara lain binokuler, kamera DSLR lensa tele, tally sheet, stopwatch, alat perekam suara, meteran gulung 20 m, meteran jahit 1,5 m, walking stick, kompas bidik, patok, tali rafia, alat tulis dan alat pengolah data komputer. Objek pengamatan adalah ayam hutan hijau dan habitatnya di Taman Nasional Bali Barat.

3.3 Metode Pengumpulan Data

a. Studi pustaka Dilakukan untuk mengumpulkan data dan literatur mengenai ekologi perilaku ayam hutan hijau. b. Studi pendahuluan Sebelum dilakukan pengamatan di lapangan untuk pengumpulan data primer terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan atau orientasi lapangan pada bulan Juni 2011 di Taman Nasional Bali Barat. Studi dilakukan untuk lebih mengenal lokasi penelitian dan untuk mengetahui titik-titik ditemukannya ayam hutan hijau sedang melakukan aktivitas terutama di hutan musim Tanjung Gelap dan savana Prapat Agung. Metode yang digunakan dalam studi pendahuluan ini adalah dengan cara pengamatan langsung dilapangan dan wawancara dengan petugas lapangan Taman Nasional Bali Barat. c. Pengumpulan data primer Data primer adalah data utama dalam penelitian ini yaitu data ekologi perilaku ayam hutan hijau dan data habitat. Data diperoleh dengan pengamatan langsung dilapangan yaitu Taman Nasional Bali Barat. Data mengenai perilaku ayam hutan hijau berkaitan dengan individu ataupun kelompok dicatat aktivitas yang dilakukan seperti makan dan minum, bergerak, istirahat, tidur, bersuara, berkelompok, berkelahi, menarik pasangan, kawin dan bersarang pada setiap tipe habitat. Data perilaku kemudian dianalisis untuk mendapatkan ekologi perilaku dari ayam hutan hijau. Pengamatan tentang aktivitas harian ayam hutan hijau dilakukan dengan mencatat semua aktivitas yang dijumpai pada saat pengamatan. Metode yang digunakan adalah Focal Animal Sampling, dimana pelaksanaan pengamatan dilakukan khusus pada individu-individu atau kelompok tertentu. Pengamatan terhadap aktivitas harian dilakukan yaitu pada pagi sampai dengan sore hari 05:00-18:00 WITA atau dimulai saat ayam hutan hijau bangun dari lokasi tidur dan kembali lagi ke tempat tidur di sore hari. Pengamatan terhadap aktivitas harian seekor Gallus varius jantan dewasa dilakukan setiap hari dan dilakukan selama dua minggu 14 hari. Perilaku yang diamati yaitu: 1. Makan yaitu aktivitas yang berkaitan dengan mencari, mematuk, mengais dan menelan makanan. 2. Minum yaitu memasukkan paruh ke dalam air, menengadahkan kepala dan meneguk air. 3. Bergerak yaitu pergerakan ayam hutan hijau dari suatu tempat ke tempat lain dengan melompat, berjalan, berlari atau terbang. 4. Istirahat yaitu aktivitas diam ayam hutan hijau untuk berlindung dari sinar matahari di siang hari. 5. Tidur yaitu aktivitas ayam hutan hijau yang dilakukan di sore hari untuk tidur di pohon tidur sampai bangun tidur di pagi keesokan harinya. 6. Bersuara yaitu aktivitas mengeluarkan suara yang dilakukan oleh ayam hutan hijau. Pengamatan terhadap strategi yang dilakukan ayam hutan hijau dalam beradaptasi dengan lingkungannya diperoleh dengan pengamatan langsung pada unit contoh yang berbentuk titik pengamatan. Titik pengamatan ditentukan dengan memilih tempat-tempat strategis ditemukannya ayam hutan hijau sedang melakukan aktivitas. Dalam setiap pertemuan dengan ayam hutan hijau dicatat perilaku terkait waktu, aktivitas, durasi, lokasi beraktivitas, dan frekuensi. Data habitat mencakup komposisi jenis dan struktur vegetasi sebagai komponen habitat utama ayam hutan hijau. Pada masing-masing tipe habitat perlu diketahui fungsi pakan, shelter, cover, tempat bertengger dan bersarang. Untuk mendapatkan data mengenai habitat maka dilakukan analisa vegetasi pada lokasi- lokasi yang menjadi tempat ayam hutan hijau melakukan aktivitasnya. Analisa vegetasi adalah cara yang digunakan untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur vegetasi atau masyarakat tumbuhan. Untuk mengetahui kondisi areal penelitian habitat ayam hutan hijau yang dicirikan oleh struktur dan komposisi vegetasi, maka diperlukan analisa vegetasi. Banyaknya jalur dan plot contoh disesuaikan dengan kondisi tipe habitat. Metode yang digunakan untuk analisa vegetasi hutan musim adalah cara garis berpetak. Soerianegara dan Indrawan 2005 menyatakan bahwa untuk di Indonesia panjang jalur yang digunakan adalah 200 m dan lebar 20 m, yaitu hanya pada tempat-tempat dimana terdapat Gallus varius melakukan aktivitas. Analisa vegetasi dilakukan pada lokasi dengan tipe vegetasi hutan musim Tanjung Gelap dan savana Prapat Agung. Panjang jalur nantinya juga disesuaikan dengan keragaman jenis tumbuhan yang ada. Dalam pengukuran, kriteria yang digunakan untuk menetapkan tingkat vegetasi yang dianalisis adalah sebagai berikut: a. Tingkat pohon, yaitu pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada dbh = 130 cm dari permukaan tanah, atau diameter 20 cm diatas lebih besar atau sama dengan 32 cm kelilingnya. b. Tingkat tiang, yaitu pohon-pohon yang memiliki diameter setinggi dada atau diameter 20 cm diatas banir antara 10 cm sampai dengan 20 cm 10cm dbh 20 cm. c. Tingkat pancang, yaitu anakan pohon atau perdu yang tingginya T lebih dari atau sama dengan 1,5m dan memiliki diameter setinggi dada kurang dari atau sama dengan 10cm T ≥ 1,5m; dbh ≤ 10cm. d. Tingkat semai, yaitu anakan pohon atau perdu yang tingginya kurang dari 1,5m T 1,5m. e. Tumbuhan bawah, yaitu tumbuhan penutup tanah ground cover yang bukan anakan pohon atau perdu termasuk herba, liana, semak, dan rumput. Ukuran petak yang dipakai dalam analisa vegetasi ini memiliki parameter kuantitatif sesuai dengan tingkat vegetasi yang berbeda yaitu: a. 20 m × 20 m untuk tingkat pohon b. 10 m × 10 m untuk tingkat tiang c. 5 m × 5 m untuk tingkat pancang d. 2 m × 2 m untuk tingkat semai dan tumbuhan bawah Pada setiap garis transek ditentukan petak-petak pengamatan secara sistematik, seperti pada gambar di bawah ini: Gambar 3 Metode garis berpetak untuk analisa vegetasi. Untuk tingkat tiang dan pohon dicatat jenis, jumlah individu, diameter batang, tinggi bebas cabang dan tinggi total pohon. Sedangkan data yang dikumpulkan untuk semai, pancang dan tumbuhan bawah meliputi jenis dan jumlah individu setiap jenis.

3.4 Analisis Data