Ekologi perilaku ayam hutan hijau

rumput yang merupakan tempat untuk mencari makan, berlindung, beristirahat, dan berkembang biak. Secara umum Gallus spp mencari makan pada pagi dan sore hari. Makan dan minum adalah perilaku makan feeding behaviour. Ayam hutan hijau memilih tempat terbuka untuk mencari makan. Tempat terbuka tersebut dapat berupa semak belukar di dataran rendah. Makanan ayam hutan hijau adalah biji- bijian, rumput-rumputan, serangga, binatang kecil lainnya seperti jangkrik, belalang dan lainnya Mufarid 1991. Arifinsjah 1987 menyatakan bahwa ayam hutan hijau menyukai semak belukar yang relatif lebat, kumpulan pohon yang cukup rindang untuk beristirahat dan menyembunyikan dirinya dari serangan predator dan panasnya matahari. Sedangkan untuk aktivitas istirahat ayam hutan hijau sebelum aktivitas hariannya dimulai kembali atau disebut tidur memilih lokasi di percabangan pohon yang rendah antara 0-1 m dari tanah.

2.3.3 Ekologi perilaku ayam hutan hijau

Ekologi perilaku mempelajari hubungan timbal balik dari perilaku satwaliar terhadap lingkungan sekitarnya. Ekologi perilaku ayam hutan hijau merupakan respon ayam hutan hijau terhadap rangsangan dari lingkungannya yang ditunjukkan dalam bentuk aktivitas, mekanisme dan strategi perilaku untuk dapat bertahan hidup. Ayam hutan hijau merupakan unggas pesisir dan lembah-lembah yang hidup bergerombol di tepian hutan. Siang hari, ayam hutan hijau biasa berkeliaran di rerumputan yang berbatu, semak-semak atau pepohonan perdu dan rumpun bambu untuk mencari makanan. Setelah matahari terbenam ayam hutan hijau tidur dengan bertengger di atas dahan pepohonan Wood-Gush 1971. Arifinsjah 1987 menyatakan pola perilaku ayam hutan hijau dibagi menjadi: 1. Perilaku makan ayam hutan hijau adalah rangkaian gerak yang dilakukan ayam hutan hijau untuk mencari dan memilih makanan dan minum. 2. Perilaku bersuara ayam hutan hijau adalah rangkaian gerak yang dilakukan ayam hutan hijau sehingga menimbulkan bunyi yang mempunyai nada dan pola tertentu. 3. Perilaku melakukan perjalanan adalah suatu rangkaian gerak yang dilakukan ayam hutan hijau untuk tujuan tertentu sehingga meyebabkan ayam hutan hijau berpindah tempat. 4. Perilaku istirahat adalah suatu keadaan ayam hutan hijau tidak melakukan aktivitas diam. 5. Perilaku sosial adalah suatu keterikatan antara individu ayam hutan hijau dalam kelompok yang berupa hubungan hubungan sosial dan interaksi dengan lingkungannya. Arifinsjah 1987 menyebutkan bahwa secara umum kehidupan sosial ayam hutan hijau terbagi menjadi dua tipe yaitu tipe soliter dan tipe berkelompok. Berkelompok umumnya terdiri dari dua sampai sepuluh individu ayam hutan hijau. Ayam hutan hijau Gallus varius bersifat monogami. Organisasi sosial ayam hutan hijau adalah suatu sistem sosial yang dibentuk ayam hutan hijau untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Organisasi ini dibagi berdasarkan jumlah anggota dalam satu kelompok dan keadaan komposisinya Arifinsjah 1987. Arifinsjah 1987 membagi kelompok ayam hutan hijau menjadi sebagai berikut: 1. Kelompok dewasa a. Kelompok pasangan yaitu terdiri dari dua individu dewasa satu ekor jantan dan satu ekor betina. b. Kelompok jantan yaitu terdiri dari dua sampai tiga ekor jantan dewasa. 2. Kelompok muda a. Kelompok betina yaitu terdiri dari tiga sampai enam ekor betina muda. b. Kelompok jantan yaitu terdiri dari dua sampai tiga ekor jantan muda. 3. Kelompok campuran a. Kelompok biasa adalah merupakan kelompok yang terbesar jumlah anggotanya, karena gabungan dari kelompok pasangan ditambah beberapa ekor anak satu sampai enam ekor. b. Kelompok jantan campuran yaitu terdiri dari satu sampai dua ekor jantan dewasa ditambah dengan dua sampai tiga ekor jantan muda. c. Kelompok muda campuran yaitu terdiri dari dua sampai empat betina muda ditambah satu sampai tiga ekor jantan muda. Prana et al. 1996 menyebutkan bahwa untuk di pulau Bali yaitu masyarakat lokal Desa Pujungan mengatakan bahwa musim kawin ayam hutan hijau adalah pada bulan Mei sampai dengan Juli. Hal ini mungkin disebabkan oleh ayam hutan hijau yang hidup di habitat kering atau gersang memilih untuk kawin pada akhir musim penghujan seperti bulan Mei sampai dengan Juli untuk memperoleh pakan yang cukup melimpah. Selain itu keuntungan yang mungkin diperoleh ayam hutan hijau kawin pada bulan Mei-Juli adalah waktu yang tepat untuk bertelur dan mulai mengerami mengingat curah hujan yang relatif ringan dibandingkan pertengahan musim. Delacour 1977 menyebutkan bahwa musim bertelur ayam hutan hijau sangat beragam, namun biasanya telur banyak ditemukan pada bulan Juni sampai November. Telur yang dihasilkan tiap satu periode bertelur sekitar 6-12 butir telur dengan masa pengeraman 21 hari, telur tersebut berwarna putih sampai kuning tua kecoklatan dan berbintik-bintik. Telur diletakkan pada sarang yang terdiri dari ranting pohon, daun dan rerumputan yang disusun di atas tanah, di bawah semak- semak atau pohon yang tidak terlalu tinggi Wood-Gush 1971. BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu