Latar Belakang Ekologi Perilaku Ayam Hutan Hijau (Gallus varius Shaw & Nodder, 1798) di Taman Nasional Bali Barat

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Phasianidae adalah keluarga burung yang terdiri dari 50 genus dan kurang lebih 214 spesies. Anggota famili Phasianidae umumnya diketahui sebagai grouse, turkeys, pheasants, patridges, francolins dan old world quail. Anggota famili phasianidae tersebar di seluruh dunia, namun tidak ditemukan di daerah kutub Johnsgard 1999. Madge McGowan 2002 menyatakan bahwa Phasianidae memiliki ukuran tubuh yang bervariasi tergantung spesies, mulai dari spesies yang berukuran kecil dengan berat kurang lebih 500 gram sampai dengan spesies dengan berat mencapai 9,5 kilogram. Panjang ekor juga bervariasi tergantung spesies, ada spesies yang nyaris tanpa ekor dan ada yang memiliki ekor dengan panjang mencapai 1 meter. Variasi warna bulu yang dimiliki famili Phasianidae mulai dari spesies yang berbulu samar dan gelap sampai dengan spesies yang memiliki bulu terang dan berpola. Beberapa spesies jantan Phasianidae berukuran lebih besar dan berwarna lebih cerah serta memiliki ekor yang lebih panjang atau ornamen bulu yang lebih rumit daripada spesies betina. Spesies-spesies dalam famili Phasianidae memiliki cara unik dalam menarik pasangan pada musim kawin seperti menegakkan bulu, menampilkan warna-warni bulu dan pial serta terkadang disertai dengan dikembangkannya bulu ekor. Eriksson et al. 2008 menyatakan bahwa famili Phasianidae dibagi menjadi 4 subfamili yaitu Meleagridinae, Perdicinae, Tetraoninae, dan Phasianinae. Genus Gallus junglefowl adalah bagian dari subfamili Phasianinae yang endemik dan hanya dapat dijumpai pada beberapa negara saja seperti di India, Sri Lanka, Asia Tenggara dan Indonesia. Gallus varius adalah salah satu jenis dari genus Gallus yang memiliki nama lokal ayam hutan hijau dan merupakan salah satu spesies endemik ayam hutan Indonesia Delacour 1977. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah 2009 menyatakan bahwa ayam hutan hijau Gallus varius sering disebut dengan berbagai nama seperti canghegar, ayam alas, ajem alas atau tarattah. Ayam hutan hijau sebagian besar tetap menjadi spesies liar walaupun telah lama juga dikenal sebagai hewan peliharaan karena keindahan bulu dan suara yang unik, terutama di kalangan masyarakat Jawa, Madura dan Bali. Ayam hutan hijau merupakan jenis ayam yang endemik secara kepulauan, karena menurut MacKinnon et al. 1992 ayam hutan hijau hanya ditemukan di pulau Jawa, Bali, Kangean, dan Flores. Salah satu habitat alami ayam hutan hijau di pulau Bali berada di Taman Nasional Bali Barat Dephut 2009. Ayam hutan hijau adalah spesies yang menjadi semakin penting selama dua dekade terakhir karena banyak digunakan sebagai induk jantan dalam produksi unggas hias bekisar. Ayam hutan hijau untuk produksi unggas hias bekisar ini sebagian besar ditangkap dari populasi liar di Jawa, Madura dan Bali Prana et al. 1996. Pemanfaatan dengan menangkap langsung dari alam langsung seperti pengambilan telur, anakan, dan ayam dewasa memiliki resiko yang dapat mengancam kelestarian dan populasi ayam hutan hijau. Oleh karena itu diperlukan semacam pengetahuan bioekologi tentang ayam hutan hijau. Salah satu pengetahuan yang penting dalam bioekologi ayam hutan hijau adalah pengetahuan perilaku ayam hutan hijau. Sampai saat ini penelitian mengenai perilaku ayam hutan hijau sangat langka dan hanya terbatas pada deskripsi perilaku yang sifatnya umum. Sebagai contoh dilaporkan oleh Arifinsjah 1987, penelitian perilaku yang dilakukan terbatas untuk studi perilaku untuk menentukan kemungkinan pengelolaannya. Sedangkan hubungan lingkungan dengan ayam hutan hijau hanya dilaporkan aspek lingkungan yang mempengaruhi perilaku ayam hutan hijau, namun tidak dijelaskan bagaimana hubungan yang terjadi antara ayam hutan hijau dengan lingkungannya. Diharapkan nantinya hasil penelitian ekologi perilaku ayam hutan hijau Gallus varius di Taman Nasional Bali Barat TNBB dapat melengkapi pengetahuan mengenai perilaku ayam hutan hijau.

1.2 Tujuan