Analisis Kelayakan Finansial HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 6. Kegiatan Penyemaian Bibit Dalam Rakit Gambar 7. Bibit Siap Tanam

D. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha pembibitan pada kondisi saat ini dan mendatang, dengan menggunakan asumsi biaya dan tingkat mortalitas yang saat ini berlaku di lapangan. Analisis kelayakan finansial dilakukan melalui penghitungan beberapa parameter finansial yang digunakan untuk mengetahui kelayakan finansial investasi, yaitu NPV, PBP, IRR, PI dan BEP. Penghitungan kelayakan finansial didasarkan pada asumsi yang disusun dan perhitungan keuangan sebagaimana terdapat dalam Lampiran 9-20. Asumsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Jumlah perolehan bibit per bulan dihasilkan dari rata-rata jumlah perolehan bibit per bulan selama kegiatan pembibitan tahun 2010- 2011 2. Biaya produksi didasarkan pada satuan harga yang berlaku di lapangan saat ini 3. Harga pembelian bibit didasarkan pada harga yang telah ditentukan sebelumnya oleh PT X dan PT Y 4. Angka mortalitas di pembibitan dan penanaman didasarkan pada rata- rata tingkat mortalitas yang terjadi di lapangan selama pelaksanaan kegiatan pembibitan tahun 2010-2011, yaitu berturut-turut sebesar 22,69 dan 58,84. 5. Tingkat bunga diskonto ditentukan 11 Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka dapat disusun hasil analisis kelayakan finansial dalam Tabel 11: Tabel 11. Analisis Kelayakan Finansial Berdasarkan Kondisi Saat Ini No Parameter Analisis Kelayakan Nilai LayakTidak Layak

1 NPV

Rp2.084.067.814 Tidak Layak

2 PBP

- -

3 IRR

- -

4 PI

0,69 Tidak Layak 5 BEP Rp. 9.750.686.588 - Analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa berdasarkan kondisi saat ini, kegiatan pembibitan dan penanaman sagu tidak layak untuk dilaksanakan. Faktor utama yang menekan jumlah pendapatan atas bibit tertanam hidup setelah tiga bulan adalah tingkat mortalitas bibit yang tinggi. Alternatif yang direkomendasikan berdasarkan hasil penghitungan kelayakan finansial untuk memperbaiki kegiatan pembibitan dan penanaman bibit sagu adalah sebagai berikut: 1. Melakukan perbaikan dalam teknis pembibitan dan penanaman untuk menekan tingginya tingkat mortalitas. Berdasarkan simulasi keuangan dengan menggunakan program Microsoft Excel, tingkat mortalitas setelah penanaman yang masih dapat diterima adalah sebesar 40,60 turun sebesar 31 dari tingkat mortalitas saat ini, yaitu 58,84. Tingkat mortalitas tersebut dapat meningkatkan nilai NPV menjadi positif. Analisis kelayakan pada kondisi ini disajikan dalam Tabel 12 berikut. Tabel 12. Analisis Kelayakan Finansial Berdasarkan Penurunan Tingkat Mortalitas No Parameter Analisis Kelayakan Nilai LayakTidak Layak

1 NPV

Rp. 20.267.362 Layak

2 PBP

4 Tahun 5 bulan -

3 IRR

12,23 Layak

4 PI

1,00 Layak 5 BEP Rp. 1.809.563.393 - 2. PT Y melakukan renegosiasi harga pembelian bibit hidup setelah tiga bulan terhadap PT X selaku pemberi kerja. Hal ini didasarkan pada tingginya tingkat mortalitas bibit hidup di lapangan, sehingga meningkatkan biaya produksi. Harga baru yang dapat diterima berdasarkan simulasi keuangan dengan menggunakan program Microsoft Excel adalah sebesar Rp. 27.533 per bibit hidup meningkat sebesar 44 dari harga saat ini. Harga baru ini akan menghasilkan nilai NPV yang positif. Analisis kelayakan pada kondisi ini disajikan dalam Tabel 13 berikut. Tabel 13. Analisis Kelayakan Finansial Berdasarkan Kenaikan Harga Beli No Parameter Analisis Kelayakan Nilai LayakTidak Layak

1 NPV

Rp. 4.927.932 Layak

2 PBP

4 Tahun 5 bulan -

3 IRR

11,30 Layak

4 PI

1,00 Layak 5 BEP Rp. 1.817.054.509 -

E. Analisis SWOT