menggelembung.  Di  samping  itu,  duri  semakin  berkurang  dan  pelepah  daun menjadi  lebih  bersih  dan  licin  dibandingkan  dengan  pohon  yang  lebih  muda
Haryanto dan Pangloli, 1992. Tiap-tiap  jenis  tanaman  sagu  memiliki  fase  kematangan  optimum  yang
berbeda-beda.  Umumnya  sagu  dipanen  saat  mulai  muncul  bunga,  apabila  sudah muncul  bunga  bahkan  muncul  buah,  maka  kandungan  pati  dalam  batang  sagu
telah menurun. Sagu  mulai  mengakumulasi  pati  sejak  saat  pembentukan  batang
berlangsung.  Kandungan  pati  dalam  batang  sagu  semakin  lama  semakin  banyak, dan  apabila  sagu  mendapat  sinar  matahari  yang  cukup  selama  pertumbuhannya,
kandungan pati dalam batang meningkat secara linier sampai terjadi pembentukan bunga. Tanaman sagu yang mulai membentuk buah, kandungan pati dalam batang
sagu  menurun,  karena  sebagian  digunakan  untuk  pembentukan  buah,  dan  proses fotosintesis  sudah  berkurang  karena  daun-daun  sagu  yang  terbentuk  sebelumnya
sudah berukuran lebih kecil Bintoro et al., 2008.
B. Pembibitan Sagu
Persiapan  bahan  tanaman  sagu  merupakan  kegiatan  pengadaan  bahan tanaman  yang  dibutuhkan  oleh  kebun.  Kegiatan  tersebut  meliputi  seleksi  bibit,
perlakuan  terhadap  bibit  dan  persemaian.  Keseluruhan  kegiatan  persiapan  bibit bertujuan  mendapatkan  bibit  yang  berkualitas  baik,  bebas  dari  hama  penyakit
tanaman  sehingga  bibit  tersebut  dapat  ditanam  di  lapangan  dengan  persentase hidup yang tinggi.
1. Seleksi Bibit
Bahan  tanam  dapat  diperoleh  dari  anakan  yang  tumbuh  pada  tanaman induk.  Anakan  adalah  bagian  dari  tanaman  induk  yang  mempunyai  struktur
perakaran mandiri. Anakan sagu abut yang diambil untuk penanaman sebaiknya seragam. Hal tersebut dimaksudkan agar anakan sagu memiliki waktu yang tidak
terlalu jauh dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Kriteria  abut  yang  sehat  dan  berkualitas  baik  adalah  pohon  induk  pada
rumpun  yang  abutnya  akan  diambil  telah  mencapai  usia  dewasa  atau  telah
dipanen,  bibit  masih  segar  ditandai  dengan  pelepah  yang  masih  hijau,  abut tersebut mudah bergerak jika digoyang-goyangkan, abut tersebut tidak menempel
pada induk sagu, bobot abut antara 1,5 kg sampai dengan 5 kg, kondisi abut sehat, tidak  terkena  hama  dan  penyakit,  memiliki  jumlah  akar  yang  banyak,  tempat
penyimpanan  bahan  makanan  banir  berwarna  merah  muda  dan  keras,  dan diutamakan  abut  yang  memiliki  perakarannya  berbentuk  “L”  karena  memiliki
jumlah  cadangan  makanan  yang  lebih  banyak  dibandingkan  bibit  dengan  banir yang lainnya sehingga persentase hidupnya lebih tinggi Bintoro et al., 2008.
Cara  pengambilan  anakan  sagu  dilakukan  dengan  hati-hati.  Urutan langkah-langkah pengambilan anakan sagu adalah sebagai berikut:
1.  Rumpun tanaman sagu dibersihkan dari gulma dan sampah, lalu dipilih anakan sagu yang masih kecil dan tumbuh baik.
2.  Pelepah daun dipangkas, disisakan sepanjang kurang lebih 30-40 cm. 3.  Tanah di sekitar anakan digali untuk memudahkan dalam pemotongan
banir. 4.  Bagian  banir  yang  sudah  keras  dipotong  dengan  menggunakan  dodos
secara  hati-hati  jangan  sampai  melukai  tanaman  induk.  Apabila tanaman  induk  terluka  dapat  menyebabkan  tanaman  terserang  hama
dan penyakit. 5.  Banir dibersihkan dari tanah yang masih menempel.
6.  Akar pada banir dipangkas dan disisakan kurang lebih 10 cm. 7.  Banir siap untuk disemaikan.
2. Persemaian
Kegiatan persemaian merupakan kegiatan lanjutan dari penyeleksian abut. Persemaian bertujuan memberikan kondisi  yang sesuai aklimatisasi untuk abut-
abut  anakan  sagu  yang  akan  ditanam  di  lapangan.  Aklimatisasi  bertujuan  agar abut  tidak  stres,  sehingga  selama  proses  persemaian  kondisi  abut  baik  dan  sehat
untuk ditanam di lapangan. Sebelum  ditanam  di  lapangan,  bibit  terlebih  dahulu  disemaikan  di  kanal
dengan menggunakan rakit yang terbuat dari pelepah sagu. Persemaian dilakukan agar bibit sagu tetap segar sebelum dipindah ke lapang. Bibit  yang akan disemai
terlebih  dahulu  dipangkas  daun  tuanya  dengan  ketinggian  30-40  cm  dari  banir. Tujuannya agar evaporasi dapat ditekan dan untuk mencapai pemunculan tunas.
Abut terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2 gl selama 1-2 menit sebelum dimasukkan ke dalam rakit, kemudian abut yang
telah  direndam  dikeringanginkan.  Perendaman  tersebut  bertujuan  mematikan hama  dan  penyakit  yang  mungkin  terbawa  berama  abut.  Dengan  demikian,  abut
yang akan ditanam di lapangan sudah terbebas dari hama dan penyakit. Persemaian  dilakukan  di  dalam  rakit.  Rakit  yang  digunakan  berbentuk
persegi  panjang  yang  dibagi  menjadi  tiga  bagian.  Ukuran  rakit  yang  digunakan memiliki lebar 1 m dan panjang 2,5 m. rakit tersebut disangga pada pinggir kanal
agar selama persemaian tidak tenggelam. Setelah diperoleh anakan sagu  yang memenuhi  kriteria anakan sagu  yang
baik,  maka  kegiatan  selanjutnya  adalah  menyusun  abut  tersebut  ke  atas  rakit. Rakit  yang  terdiri  atas  tiga  bagian  dapat  diisi  dengan  jumlah  abut  kurang  lebih
sebanyak 80 bibit. Bibit-bibit tersebut disusun dengan memanfaatkan ruang rakit secara optimal, sehingga dapat  menampung  jumlah abut  maksimal.  Bagian banir
harus terendam air agar abut tidak mengalami kekeringan dan posisi abut tegak. Bibit  sagu  disemai  di  dalam  rakit  selama  tiga  bulan.  Setelah  tiga  bulan
persemaian,  bibit  memiliki  rata-rata  jumlah  daun  2-3  helai  dan  perakaran  yang baik,  sehingga  bibit  sudah  dapat  ditanam  ke  lapangan.  Bibit  tanaman  sagu  siap
ditanam untuk pembukaan lahan baru maupun penyulaman Bintoro et al., 2008.
C. Penanaman