Pengendalian Gulma Pemupukan Tanaman Sagu

tanaman semakin besar. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, karena keefisienan penggunaan cahaya matahari, sehingga jarak tanam yang optimal menentukan besarnya produksi tanaman per satuan luas areal Harjadi, 1996. Penanaman pada perkebunan sagu dikenal dengan sistem blok. Jarak tanam pada sistem blok bervariasi antara 8-10 meter, sehingga satu hektar menampung ± 150 tanaman. Jarak tanam 8 m x 8 m dan 10 m x 10 m digunakan bila kebun akan ditanami sagu secara monokultur. Apabila jarak tanam yang digunakan 10 m x 10 m dalam bentuk segi empat, maka populasi awal tanaman sagu adalah 100 tanamanha, tetapi apabila bentuk jarak tanamnya segi tiga sama sisi, maka populasi awal tanaman sagu adalah 136 tanamanha. Apabila tanaman sagu akan ditumpangsarikan dengan tanaman lain, maka dapat digunakan jarak tanam 10 m x 15 m. Selain itu, pola jarak tanam tersebut juga dimaksudkan untuk mengoptimalkan ruang dalam pengaturan anakan sagu dan pemanfaatan cahaya. Namun, jarak tanam yang terlalu lebar juga dapat mengakibatkan munculnya gulma. Bintoro 2008 menyatakan bahwa anakan sagu dapat tumbuh pada ruang yang kosong sampai mendekati kanopi pohon. Untuk mendapatkan asli yang optimal, maka perlu dilakukan pengaturan jarak tanam sehingga pola pertumbuhan dan kerapatan anakan sagu dapat optimal.

3. Pengendalian Gulma

Pertumbuhan dan perkembangan sagu akan lebih cepat jika tidak ada gangguan, misalnya oleh gulma. Sagu biasanya ditanam dan hidup di daerah yang lembab. Tempat yang lembab sesuai dengan kondisi tempat tumbuh tanaman sagu, begitu pula dengan gulma, gulma akan tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah yang lembab. Pertumbuhan gulma yang sangat cepat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sagu. Tanaman sagu dan gulma yang tumbuh dengan subur dan bersaing dalam penyerapan unsur hara, air, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Jika gulma lebih mendominasi penyerapan unsur hara, air, cahaya matahari, maupun ruang tumbuh, maka pertumbuhan dan perkembangan tanaman sagu akan terhambat. Hal ni akan berakibat pada laju pertumbuhan tanaman sagu yang berjalan lambat, pembentukan formasi batang akan menjadi lebih lama sehingga waktu panen menjadi tertunda. Tanaman sagu yang masih muda akan cenderung lebih tertekan dengan keberadaan gulma daripada tanaman sagu yang sudah membentuk batang. Kompetisi antara gulma dan tanaman sagu dapat dikurangi dalam budidaya pertanian dengan melakukan pengendalian gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis tebas dan secara kimia.

4. Pemupukan

Sebagai upaya untuk meningkatkan potensi tanaman sagu, utamanya dalam hal produktivitas, maka pengetahuan akan tindakan budidaya harus terus ditingkatkan pula. Tindakan budidaya tersebut meliputi pengadaan bahan tanaman, persiapan tanam dan penanaman, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengelolaan pascapanen Haryanto dan Pangloli, 1992. Pemupukan merupakan tindakan budidaya yang penting sebagai upaya menyediakan unsur hara tanaman untuk meningkatkan produktivitas tanaman sagu. Pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman. Tidak lengkapnya unsur hara makro dan mikro dapat mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas.

5. Penjarangan Anakan