Perumusan Strategi Melalui Teknik AHP

Rumusan alternatif strategi: 1 Melakukan perbaikan dalam teknik pembibitan dan penanaman sagu. Perbaikan teknik pembibitan dan penanaman sagu bertujuan menurunkan tingkat mortalitas bibit sagu, baik di pembibitan maupun setelah tanam. Perbaikan teknik pembibitan yang dapat dilakukan adalah memberikan naungan. Pada percobaan yang pernah dilakukan, pemberian naungan di pembibitan memiliki dampak positif terhadap tingkat bibit hidup. Perbaikan teknik penanaman yang dapat dilakukan adalah dengan memperlebar lubang tanam untuk meningkatkan kemampuan hidup bibit yang baru ditanam. 2 Melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi. Biaya produksi di luar biaya langsung adalah sebesar 35,24 persen. Biaya produksi ini dinilai terlalu besar dan masih memungkinkan untuk ditekan, dengan mengurangi komponen biaya yang cukup tinggi seperti gaji manajer, transportasiperjalanan dinas kantor.

F. Perumusan Strategi Melalui Teknik AHP

Teknik AHP digunakan untuk memilih alternatif-alternatif strategi yang telah dirumuskan melalui analisis SWOT berdasarkan hasil jawaban responden yang telah terpilih. Hasil olah AHP menunjukkan bobot sebagaimana disajikan dalam Gambar 9. Faktor internal dan eksternal yang digunakan dalam analisis AHP adalah faktor-faktor dengan bobot tertinggi yang dihasilkan dari pengolahan kuesioner SWOT. Dua faktor tertinggi yang mewakili masing-masing aspek SWOT kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dipilih untuk masuk dalam analisis AHP. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan pula kesesuaian faktor-faktor tersebut dengan alternatif strategi yang akan dipilih. Gambar 9. Bobot Alternatif Strategi Berdasarkan AHP Berdasarkan hasil analisis dengan AHP, faktor-faktor internal dan eksternal dengan bobot tertinggi yang mempengaruhi pemilihan strategi pengembangan usaha pembibitan sagu PT Y secara berurutan adalah Pengalaman dalam melaksanakan kegiatan pembibitan 0,359, Sumberdaya manusia STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN SAGU SDM Pendukung 0,186 Fokus Faktor Lingkungan Internal Eksternal Organisasi Manajemen 0,078 Pengalaman PT Y 0,359 Sarana Prasarana Pendukung 0,050 Tenaga Kerja 0,056 Kontraktor Lain 0,028 Musim Kemarau 0,104 Komunikasi Koordinasi 0,138 Meningkatkan Produksi Menekan Tingkat Mortalitas Bibit 0,486 Melakukan Penanaman pada Musim Hujan 0,134 Melakukan Perbaikan Teknik Pembibitan Penanaman 0,230 Alternatif Strategi Meningkatkan Koordinasi dan Kerjasama di Lapangan 0,150 Aktor Pimpinan PT Y 0,339 Manajer Pembibitan PT Y 0,298 Asisten Pembibitan PT Y 0,215 Mitra Kerja PT X PT Y 0,148 Tujuan Memaksimalkan Keuntungan 0,231 Memenuhi Kebutuhan Penanaman PT X 0,197 Meningkatkan Koordinasi 0,131 Meningkatkan Produktivitas 0,439 pendukung 0,186, Komunikasi dan koordinasi di lapangan 0,138, Musim kemarau 0,104, Organisasi dan manajemen perusahaan 0,078, Ketersediaan tenaga kerja 0,056, Sarana dan prasarana pendukung pembibitan 0,050, dan Kontraktor lain penyedia bibit 0,028. Aktor yang terlibat dalam pemilihan strategi ini merupakan aktor-aktor yang dinilai sebagai aktor kunci yang meliputi Pimpinan, Manajer dan Asisten PT Y, serta Mitra PT X yang diwakili oleh Asisten Divisi Pembibitan. Berdasarkan hasil analisis dengan AHP, aktor dengan urutan bobot terbesar berturut-turut adalah Pimpinan PT Y 0,339, Manajer Pembibitan PT Y 0,298, Asisten Pembibitan PT Y 0,215, dan Mitra Kerja PT X PT Y 0,148. Hal ini menunjukkan bobot masing-masing aktor berkaitan dengan strategi yang akan dipilih. Tujuan ditentukan sesuai dengan strategi yang akan dipilih. Tujuan dengan bobot terbesar secara berturut-turut adalah Meningkatkan Produktivitas 0,439, Memaksimalkan Keuntungan 0,231, Memenuhi Kebutuhan Penanaman PT X 0,197 dan Meningkatkan Koordinasi 0,131. Strategi yang akan dipilih merupakan strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT pada tahap sebelumnya. Terdapat empat strategi yang akan dipilih, yang mewakili masing-masing strategi SO, ST, WO dan WT. Berdasarkan hasil analisis dengan AHP, strategi yang dipilih sebagai prioritas utama adalah Meningkatkan Produksi Menekan Tingkat Mortalitas Bibit 0,486, kemudian diikuti dengan urutan prioritas selanjutnya secara berturut-turut yaitu melakukan perbaikan teknik pembibitan penanaman 0,230, meningkatkan koordinasi dan kerja sama di lapangan 0,150, dan melakukan penanaman pada musim hujan 0,134. PT Y dapat menerapkan usulan strategi dengan skala prioritas yang telah dihasilkan melalui AHP. Strategi urutan pertama yaitu meningkatkan produksi menekan tingkat mortalitas bibit, dimana jumlah produksi bibit perlu ditingkatkan, karena masih terdapat peluang penanaman yang besar pada kebun PT X, baik tanam di lahan baru maupun tanam sisip di lahan-lahan yang telah tertanam. Peningkatan produksi wajib disertai dengan peningkatan produktivitas, baik produktivitas di pembibitan maupun penanaman. Tentunya dalam meningkatkan produktivitas, perlu dilakukan perbaikan, baik dalam teknik pembibitan maupun penanaman. Perbaikan teknik pembibitan dan penanaman sagu bertujuan menurunkan tingkat mortalitas bibit. Perbaikan teknik pembibitan antara lain dapat dilakukan dengan memberikan naungan pada pembibitan dan memperlebar lubang tanam. Perbaikan dengan teknik lain masih sangat mungkin dan terbuka untuk diimplementasikan, selama telah didasari oleh kajianriset sebelumnya. Sejalan dengan implementasi strategi sebelumnya, maka secara bertahap, kegiatan koordinasi dan kerja sama di lapangan antara PT Y dan PT X juga ditingkatkan guna turut meningkatkan produktivitas bibit PT Y. Koordinasi dan kerjasama yang perlu ditingkatkan antara lain adalah dalam hal kegiatan penanaman dan sensus setelah tanam. Kegiatan sensus tanaman diblok-blok yang telah tertanam tidak boleh terlambat dari waktu yang telah disepakati, yaitu 3 bulan setelah tanam. Sehingga serah terima bibit dapat dilakukan tepat waktu. Dengan demikian risiko mortalitas bibit akibat keterlambatan sensus tanaman dapat ditekan. Strategi penanaman pada musim penghujan dapat diimplementasikan secara proporsional, dimana pada saat musim hujan jumlah bibit yang ditanam di lapangan lebih banyak, namun tidak berarti bahwa pada musim kemarau kegiatan penanaman ditiadakan. Dengan demikian diharapkan tujuan PT X untuk memenuhi kebutuhan tanam di kebun sagu miliknya dapat terpenuhi dengan baik. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisa finansial, dan ditunjukkan dengan hasil perhitungan NPV -Rp2.084.067.814 dan PI 0,69, dengan demikian kegiatan pembibitan sagu yang sekarang dilaksanakan dinilai tidak layak. Namun jika tingkat mortalitas mampu diturunkan menjadi 40,60 atau dilakukan renegosiasi harga beli per bibit tertanam hidup menjadi Rp. 27.533, maka berdasarkan perhitungan kelayakan finansial, kegiatan pembibitan sagu menjadi layak. 2. Penentuan rumusan strategi: a. Berdasarkan kondisi saat ini, perhitungan IFE sebesar 2,492 dan EFE sebesar 3,102. Bobot faktor kekuatan terbesar adalah sumberdaya manusia pendukung, sedangkan faktor kelemahan terbesar adalah pengalaman melaksanakan pembibitan dan penanaman sagu. Bobot faktor peluang terbesar adalah sarana dan prasarana pendukung pembibitan dari PT X dan bobot faktor ancaman terbesar adalah kontraktor lain penyedia bibit. b. Berdasarkan hasil analisa matriks IE, PT Y saat ini berada pada kuadran II yang artinya dalam kondisi grow and build. Strategi yang sesuai untuk diterapkan pada kuadran ini adalah strategi intensif, yaitu product development. c. Berdasarkan hasil analisa AHP, strategi hasil analisa SWOT untuk mengembangkan usaha pembibitan sagu diambil dengan urutan prioritas sebagai berikut: 1 Meningkatkan produksi menekan tingkat mortalitas bibit 0,486 2 Melakukan perbaikan teknik pembibitan penanaman0,230 3 Meningkatkan koordinasi dan kerjasama di lapangan 0,150 4 Melakukan penanaman pada musim hujan 0,134

B. Saran

Berdasarkan rekomendasi yang dihasilkan dari analisa yang telah dilakukan, maka dapat diberikan saran untuk memperbaiki kelayakan finansial sebagai berikut: 1. Melakukan perbaikan dalam teknis pembibitan dan penanaman untuk menekan tingginya tingkat mortalitas. Dengan asumsi biaya-biaya dan harga pembelian bibit hidup oleh PT X saat ini tetap, tingkat mortalitas maksimum yang dapat diterima adalah sebesar 40,60 turun 31 dari tingkat mortalitas saat ini. 2. Melakukan renegosiasi harga pembelian bibit hidup setelah tiga bulan kepada PT X selaku pemberi kerja. Dengan asumsi biaya-biaya dan tingkat mortalitas saat ini tetap, harga baru yang dapat diterima adalah sebesar Rp. 27.533 per bibit hidup meningkat sebesar 44 dari harga saat ini. Harga baru ini akan menghasilkan nilai NPV yang positif. 3. Menerapkan strategi-strategi yang mengarah pada pengembangan produk, yakni dengan cara melakukan perbaikan dalam produktivitas melalui perbaikan teknik pembibitan dan penanaman sagu.