Sumber Daya Dana, SaranaPrasarana, Manusia
103
mengganggu kegiatan KDS dalam kunjungan rumah dan kunjungan RS. Masalah tersebut diungkapkan oleh Koordinator KP sebagai berikut ini.
―Yang terjadi di lapangan adalah masalah pendanaan karena dana yang diberikan KP
kepada KDS sangat kecil. Sementara kebutuhan operasional penjangkauan menjadi kendala besar. Kunjungan rumah, kunjungan RS sering terkendala karena tidak ada
dukungan operasional yang jangkauannya lebih dari 2 km- 30 km ‖ Koordinator KP.
Tantangan geografis dan jauhnya jarak Odha yang harus dijangkau, meskipun menjadi tantangan tersendiri bagi KDS untuk mendukung Odha, namun tetap diupayakan
agar kegiatan tetap dapat berlanjut. Untuk membuat kegiatan tetap dapat berlanjut, KDS berupaya untuk mengatur kecukupan dana yang ada agar kegiatan dapat tetap berjalan,
sebagaimana diungkap oleh KDS berikut ini.
“Kita kan terbentur masalah dana, kadang yang datang dalam pertemuan sampai 16 orang, cuma kita atur saja dalam pembuatan transportasinya
‖ Koordinator KDS. Keterbatasan sumber daya yang dimiliki kelompok, membuat mereka mengandalkan
sifat kesukarelaan volunteer pada KDS yang ada. Sifat kesukarelaan ini pada mulanya merupakan potensi yang dimiliki kelompok yang dapat menjamin keberlanjutan kelompok.
Namun, koordinator KP dan KDS menyadari bahwa kesukarelaan tidak dapat menjamin keberlanjutan KDS untuk tetap bertahan.
―Kami ini tidak bisa membayar terlalu mahal dengan dana yang terbatas akhirnya kita mengajak orang yang sifatnya voleunteer kita kasih kepercayaan, kita suruh belajar
akhirnya dari situ tanggung jawab nya menyerupai MK Manajer Kasus, anggarannya pun bukan dari APBD tetapi dari satu funding Kami juga sudah punya kantor
sekretariat
‖Koordinator KDS. Permasalahan ekonomi Odha juga terkait dengan persoalan kesulitan pendanaan
lembaga. Didorong oleh rasa empati dan keberpihakan pada sesama, KDS biasanya membantu tambahan transport terutama untuk Odha yang lemah dari sisi ekonomi.
Dukungan dana tersebut terutama diperuntukkan untuk kelancaran pertemuan-pertemuan kelompok sebagaimana ungkapan berikut ini.
―Kesulitannya biasanya dalam hal pendanaan, sedangkan teman-teman yang datang ke pertemuan banyak, uang untuk konsumsi kurang dan uang transportasinya kurang, tidak
semua punya lingkungan yang sama pasti ada dari luar daerah dan pasti ekonominya lemah jadi pulangnya kita bantu sedikit untuk transport, itu yang menjadi kendala
.‖ Koordinator KDS
Kondisi fisik, terutama untuk penasun yang memiliki kemungkinan untuk relaps menjadi kendala di dalam menjalankan tugasnya dalam kelompok. Bila pengurus KP atau
KDS tiba-tiba relaps, maka dapat dipastikan tugas-tugasnya akan terbengkalai dan dapat
104
mempengaruhi teman yang lainnya. Atau, dengan berbagai macam alasan, kehilangan komitmen dalam menjalankan kelompok juga menjadi hambatan yang perlu diwaspadai.
―Yang sering menjadi hambatan adalah pada saat ada teman KDS yang relaps, atau tidak bisa mempertanggung jawabkan pekerjaan, laporan, atau tiba-tiba pengurusnya tidak
punya komitmen lagi.
‖ Koordinator KDS Untuk memastikan bahwa pengurus KP dan KDS dengan faktor risiko penasun
sudah tidak menggunakan narkoba lagi, maka semua KP dan KDS membuat kesepakatan di dalam kelompok. Kesepakatan yang dibuat adalah adanya aturan main bahwa jika ingin
bergabung dalam KP dan KDS, maka mereka harus ikut program terapi. Aturan ini dibuat dengan pemantauan yang ketat dan didukung oleh kesepakatan yang dibuat bersama-sama.
”Ya itu kan belajar dari pengalaman yang lalu arti nya kita perlu melakukan aturan main
kira-kira apa yang musti kita lakukan, kita mendorong mereka untuk program terapi
, saya juga bukan saya sendiri tetapi kita sama- sama kita buat kesepakatan.”
Koordinator KP
Beberapa kendala internal diakui menjadi hambatan bagi faktor keberlanjutan kelompok. Jumlah penggiat kelompok yang terbatas ditambah dengan latar belakang
pendidikan formal yang terbatas karena banyak Odha, khususnya dengan latar belakang penasun yang drop out dari sekolah, dan motivasi yang rendah menjadi kendala di dalam
keberlanjutan kelompok.
“Kami memiliki SDM yang terbatas dan berasal dari latar belakang edukasi yang juga tidak terlalu mumpuni untuk mengelola organisasi
. Selain itu, orang-orang yang memiliki kemauan juga terbatas. Itu menjadi persoalan internal kami. Sementara, ada
juga masalah eksternal, biasanya terkait dengan stigma dan diskriminasi .‖ Koordinator
KP Keterbatasan Odha secara kesehatan dan sumber daya menjadi faktor penghambat
dalam keberlanjutan kelompok. Tentu saja, pengurus KDS yang pengangguran dan dasar pengetahuannya rendah menjadi beban bagi kelompok untuk program pemberdayaan
positif Odha. “Karena tidak semua Odha ini berdaya, secara kesehatan dan sumber daya. Tidak semua
kebutuhan KDS itu dapat kita jawab, karena dalam beberapa daerah kebutuhan KDS itu cukup besar sekali, tetapi ada juga di beberapa daerah kelompok ini pengurusnya
pengangguran, dasar pengetahuannya juga tidak ada
.” Koordinator KP Namun, tidak semua mengeluhkan latar belakang pendidikan atau pun pengalaman
organisasi yang rendah. Berbekal pengalaman mengelola LSM sebelumnya, justru membawa kesadaran bahwa pengelolaan kelompok, khususnya untuk KP, yang berfungsi
sebagai koordinator KDS di tingkap Provinsi membutuhkan kemampuan yang
105
menyeluruh. Bukan hanya pekerjaan teknis, namun juga soal pengetahuan, tanggung jawab moral, kemampuan manajerial. Kemampuan tersebut merupakan dasar bagi kesuksesan
pengelolaan kelompok sebagaimana diungkapkan oleh KP berikut ini. ―Saya pernah jadi staf di LSM lain, tapi ternyata itu mengganggu proses sistem
pembangunan komunitas yang saya bangun di dalam kelompok. Pekerjaan ini bukan sekedar pekerjaan teknis, tapi soal pengetahuan, tanggung jawab moral, kemampuan
manajerial, dan lain-lain
.” Koordinator KP Berbekal pengalaman mengelola kelompok selama lebih dari lima tahun, maka salah
seorang KP sudah mulai menerapkan standar rekrutmen yang serius untuk mendapatkan orang yang mau dan bisa bekerja di dalam kelompok. Rekrutmen tersebut diberlakukan
untuk kelompok dampingan, relawan dan kelompok KDS. Menurutnya, standar ini penting untuk diterapkan untuk bisa menjamin keberlanjutan lembaga, yang dapat meminimalisir
permasalahan internal kelompok yang teridentifikasi sebelumnya, seperti motivasi yang rendah, pendidikan dan pengalaman organisasi yang terbatas sebagaimana ungkapannya
berikut ini.
“Rekrutmen dilakukan secara profesional, pertama untuk kelompok dampingan anggota kelompok, kedua untuk relawan dan kelompok KDS. Proses rekrutmen relawan dan staf
berbeda dan bersifat independent. Kami memiliki tim adhoc khusus untuk rekrutmen SDM sek
arang.” Koordinator KP