Akses Sumber Daya Sistem Rujukan

127 dalam jaringan, sedangkan ikatan adalah hubungan antar aktor tersebut. Bisa terdapat banyak jenis ikatan antar simpul. Penelitian dalam berbagai bidang akademik telah menunjukkan bahwa jaringan sosial beroperasi pada banyak tingkatan, mulai dari keluarga hingga negara, dan memegang peranan penting dalam menentukan cara memecahkan masalah, menjalankan organisasi, serta derajat keberhasilan seorang individu dalam mencapai tujuannya. Dalam bentuk yang paling sederhana, suatu jaringan sosial adalah peta semua ikatan yang relevan antar simpul yang dikaji. Jaringan tersebut dapat pula digunakan untuk menentukan modal sosial aktor individu. Konsep ini sering digambarkan dalam diagram jaringan sosial yang diwujudkan dengan simpul sebagai titik dan ikatan sebagai garis penghubungnya. Dalam kaitannya dengan penanggulangan HIV dan AIDS, penguatan sistem kesehatan sangat diperlukan. Beberapa aspek penting yang perlu dilakukan, antara lain pengintegrasian program HIV ke layanan kesehatan yang sudah tersedia, misalnya layanan IMS dengan layanan kesehatan reproduksi; layanan PMTCT ke dalam layanan KIA; serta penyediaan layanan TBHIV. Selain itu untuk menjamin kesinambungan pengobatan, peningkatan dana domestik, maka HIV,VCT, dan ARV juga mulai diupayakan untuk terintegrasi sebagai bagian dari pengelolaan penyakit-penyakit kronis. 101 101 Laporan Nasional KPA 2010 128 VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. Kesimpulan 7.1.1 Mutu Hidup Odha Mutu hidup Odha 70 baik. Mutu hidup ini diukur dari 5 pilar yaitu memiliki kepercayaan diri, memiliki pengetahuan dasar HIV, memiliki akses layanan dukungan, pengobatan, dan perawatan, tidak menularkan virus ke orang lain, dan melakukan aktivitas positif . Odha laki-laki mutu hidupnya lebih tinggi daripada Odha perempuan. Odha waria dan penasun lebih tinggi mutu hidupnya dibandingkan kelompok populasi risiko lainnya. Mutu hidup Odha secara keseluruhan meningkat karena adanya sebuah proses, mulai dari kepercayaan diri, hingga memiliki motivasi dalam menjalankan kehidupan ke depan. Pilar pertama menunjukkan Odha yang memiliki kepercayaan diri sebesar 51,2. Dengan memiliki percaya diri, Odha mampu untuk menerima status HIV secara positif, memiliki kenyamanan dan keberanian untuk membuka status kepada orang terdekat, serta memiliki kenyaman berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Odha yang memiliki percaya diri lebih banyak pada laki-laki dan dari populasi risiko penasun. Pilar kedua dalam mutu hidup Odha adalah pengetahuan HIVAIDS. Odha membutuhkan pengetahuan dasar HIVAIDS, pengetahuan pengobatan HIVAIDS, dan pengetahuan tentang infeksi oportunistik. Pengetahuan dasar yang dimiliki Odha menunjukkan 88 baik. Pengetahuan dasar HIV yang baik sangat banyak dimiliki oleh Odha yaitu 92 , sedangkan pengetahuan tentang pengobatan dan pengetahuan infeksi oportunistik masih kurang dipahami oleh Odha. Pilar ketiga menggambarkan bahwa Odha juga mendapatkan layanan dukungan mental, pengobatan, dan perawatan. Sebesar 84,9 Odha mengakses layanan dukungan, pengobatan, dan perawatan. Odha yang mendapatkan layanan dukungan mental paling banyak dari kelompok dukungan sebaya, dokter, dan keluarga serta konselor. Akses layanan pengobatan dan perawatan menunjukkan Odha memiliki kemudahan dalam mengakses layanan pengobatan dan perawatan. Hasil mengakses layanan rawat inap, layanan pemeriksaan dokter, dan layanan obat ARV dinyatakan mudah oleh Odha dengan persentase 79,5 - 82,5 . Akses layanan Pap smear belum optimal dimanfaatkan oleh Odha perempuan walaupun sebagian besar menyatakan layanan Pap smear mudah untuk diakses. Odha juga menyatakan bahwa layanan IMS mudah untuk diakses. Pilar keempat , menggambarkan perilaku pencegahan terinfeksi HIV yang dilakukan oleh Odha. Odha yang memiliki perilaku tidak berisiko menularkan virus ke orang lain 129 mencapai 73,9 . Selalu menggunakan kondom saat berhubungan seksual setelah mengetahui status HIV mencapai 51,3 . Sebanyak 40,6 Odha menyatakan mendapatkan kondom dengan gratis. Berdasarkan jenis kelamin, Odha laki-laki lebih banyak yang selalu menggunakan kondom dibanding Odha perempuan. Dan Odha dari kelompok risiko pekerja seks, waria, dan gay lebih banyak yang selalu menggunakan kondom daripada kelompok risiko yang lain. Penggunaan jarum suntik steril saat pada pengguna narkoba suntik yang masih aktif sebesar 43,3 , dan sebagian besar menyatakan mudah untuk mendapatkan jarum suntik steril. Sebesar 77,4 menyatakan tidak pernah menggunakan layanan PMTCT sebagai program pencegahan infeksi HIV dari ibu ke anak, walaupun sebagian besar Odha menyatakan mudah dalam akses program PMTCT tersebut. Pilar kelima dalam mutu hidup Odha menggambarkan kegiatan positif yang dilakukan oleh Odha setelah mengetahui status HIV. Sebesar 56,3 Odha memiliki kegiatan positif. Ada 73,2 Odha menyatakan bekerja, 33,9 melakukan kegiatan melanjutkan pendidikan formal, 15,7 melakukan kegiatan kursus keterampilan, dan 39,5 masih melakukan kegiatan hobi. Sebagian Odha berhenti dari pekerjaan atau tidak memiliki pekerjaan karena merasa memiliki fisik yang lemah. Sebesar 66,7 Odha menyatakan memiliki rencana untuk menikah, dan 56 menyatakan rencana untuk memiliki anak. Aktivitas Odha dalam kegiatan yang berkaitan dalam penanggulangan HIVAIDS menunjukkan sebagian besar Odha pernah membantu Odha yang baru mengetahui status HIV. Sedangkan keterlibatan Odha dalam kegiatan organisasi untuk penanggulangan HIV, masih belum mencapai 47,4 . Semangat untuk menolong sesama tersebut kemudian didukung melalui berbagai macam kegiatan advokasi dan peningkatan kapasitas yang kemudian berlanjut masuk ke dalam sistem penanggulangan HIVAIDS di tingkat lokal. Mutu hidup Odha memberikan dampak pada diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Mutu hidup Odha yang tinggi dapat memberikan motivasi yang besar pada dirinya untuk bangkit kembali menata kehidupan dan aktivitasnya. Kembalinya semangat hidup Odha memberikan kemudahan bagi pasangankeluarga untuk terlibat dalam penanganan kesehatan Odha. Di samping itu, mutu hidup Odha yang tinggi juga menjadi tonggak dalam upaya pencegahan terinfeksi HIVAIDS dari diri Odha sendiri.

7.1.2. Peran Dukungan Sebaya Dalam Mutu Hidup Odha Dan Mitigasi Sosial

Sistem dukungan sebaya bekerja dari tingkat kabupaten atau kota sampai tingkat nasional. Sistem dukungan sebaya yang bekerja di tingkat kabupaten atau kota diwakili dengan Kelompok Dukungan Sebaya, sedangkan yang bekerja di tingkat provinsi diwakili

Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Guru dan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kota Tanjung Balai

3 72 174

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ Tahun 2012

6 96 167

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP ODHAPADA KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA SOLO PLUS Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup ODHA Pada Kelompok Dukungan Sebaya Solo Plus Di Surakarta.

0 3 14

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA PADA KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA SOLO PLUS Hubungan Dukungan Sosial Dengan Kualitas Hidup ODHA Pada Kelompok Dukungan Sebaya Solo Plus Di Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KETERLIBATAN SISWA Hubungan Efikasi Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Keterlibatan Siswa Pada Sekolah.

0 3 11

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN TEMAN SEBAYA DENGAN KETERLIBATAN SISWA Hubungan Efikasi Diri dan Dukungan Teman Sebaya Dengan Keterlibatan Siswa Pada Sekolah.

0 3 28

(ABSTRAK) PERSEPSI ORANG DENGAN HIV DAN AIDS TERHADAP PERAN KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA DAN IMPLIKASINYA PADA PELAKSANAAN TERAPI ANTIRETROVIRAL (Studi Kasus Kualitatif di Kelompok Dukungan Sebaya Semarang Plus Tahun 2009).

0 0 3

Buku Saku Dukungan Sebaya di Lapas dan Rutan

0 0 46

Hubungan antara Dukungan Teman Sebaya de

0 1 16