30 Salah satu faktor yang mendukung keberlanjutan antara lain kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
63
Faktor lain yang juga mendukung keberlanjutan yaitu manajemen sumber daya yang berupa dana dan sarana prasarana yang dimiliki oleh kelompok atau individu pada tahap
awal pembentukan kelompok. Peningkatan kapasitas kelompok merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan kelompok untuk ke masa depan. Ricky W. Griffin
mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran goals secara
efektif dan efisien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir,
dan sesuai dengan jadwal.
64
Terjadi pula perubahan pola dari awal pembentukan kelompok hingga kini. Jika semula lebih informal, maka sekarang lebih bersifat formal. Perubahan pola tersebut lebih
banyak dipengaruhi oleh faktor tuntutan dari luar kelompok, yaitu tuntutan birokrasi dan kompetensi yang menuntut pencapaian standar minimal manajemen. Jika kelompok tidak
memenuhi tuntutan yang ada, maka kelompok tidak akan berlanjut.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Program dukungan sebaya membentuk suatu sistem dukungan sebaya, dari
tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Pada tingkat provinsi, dukungan sebaya dilakukan oleh Kelompok Penggagas KP dan di tingkat kabupatenkota dilakukan oleh
Kelompok Dukungan Sebaya KDS. Sampai saat ini sebanyak 18 KP Provinsi telah berperan aktif dan 246 KDS telah terbentuk di 118 kabupaten atau kota di 22 provinsi.
Wilayah sistem dukungan sebaya dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu wilayah yang memiliki sistem dukungan sebaya lengkap memiliki KP dan KDS, wilayah yang
memiliki sistem dukungan sebaya tidak lengkap memiliki KP atau KDS, dan wilayah yang tidak memiliki sistem dukungan sebaya tidak memiliki KP dan KDS.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif melakukan pengambilan sampel dengan teknik sampling Cluster. Tahapan
pengambilan sampel diawali dengan memilih 10 provinsi secara acak kemudian dilanjutkan dengan pemilihan kabupaten pada provinsi yang terpilih. Provinsi yang terpilih
63
Nurkolis, Manajeman Berbasis Sekolah: Teori, Model dan Aplikasi, Grasindo, 2003,
64
Griffin, R. 2006. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall, hal 367
31 secara acak dalam penelitian ini adalah Sumatera Utara, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Bali, NTB, NTT, dan Papua. Jumlah sampel penelitian ini adalah 2.015 Odha. Instrumen yang digunakan adalah angket. Data
kuantitatif dianalisis secara univariat dan perbandingan proporsi untuk analisis bivariat. Pada penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data kualitatif untuk memperkuat
temuan yang diperoleh dari metode kuantitatif. Wawancara mendalam dilakukan pada informan utama dan informan pendukung. Informan utama yaitu Odha yang mendapatkan
dukungan dari dukungan sebaya dan Odha yang tidak mendapatkan dukungan sebaya. Informan pendukung yaitu koordinator KDS, koordinator KP, staf Komisi Penanggulangan
AIDS Provinsi KPAP, staf Komisi Penanggulangan AIDS KabupatenKota KPAP, staf Dinas Kesehatan Provinsi, dan Ohidha. Jumlah informan adalah 59 orang 36 yang
mendapat dukungan dan 23 yang tidak mendapatkan dukungan. Informan pendukung ada 66 orang yang terdiri dari 10 Ohidha, 9 koordinator KP, 20 koordinator KDS, 10 staf
KPAP dan 10 staf KPAK, serta 7 staf Dinas Kesehatan. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara mendalam. Wawancara juga dilakukan di 10 provinsi. Pengolahan
data kualitatif meliputi tahapan transkrip rekaman wawancara, pemilahan data, pengkodean data dan informan. Sedangkan jenis analisis data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif ini adalah analisis isi content analysis. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa program dukungan sebaya
merupakan bagian dari penanggulangan HIVAIDS di Indonesia. Program dukungan sebaya membentuk suatu sistem dukungan sebaya, dari tingkat kabupaten sampai tingkat
nasional. Pada Tingkat provinsi, dukungan sebaya dilakukan oleh Kelompok Penggagas dan di tingkat kabupaten atau kota dilakukan oleh kelompok dukungan sebaya. Sampai
saat ini sebanyak 18 KP provinsi telah berperan aktif dan sebanyak 246 KDS telah terbentuk di 118 kabupaten atau kota di 22 provinsi.
Untuk membuktikan peran dukungan sebaya terhadap mutu hidup Odha, maka wilayah sistem dukungan sebaya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu wilayah yang
memiliki sistem dukungan sebaya lengkap memiliki KP dan KDS, wilayah yang memiliki sistem dukungan sebaya tidak lengkap memiliki KP atau KDS, dan wilayah
yang tidak memiliki sistem dukungan sebaya tidak memiliki KP dan KDS. Selain itu ditemukan pula adanya perbedaan mutu hidup Odha di wilayah 1, wilayah
2, dan wilayah 3. Dijelaskan mutu hidup Odha yang tinggal di wilayah 1, yaitu wilayah yang didukung oleh sistem dukungan sebaya yang lengkap. Demikian pula halnya dengan
mutu hidup Odha yang di wilayah 2, yaitu wilayah yang didukung oleh sistem dukungan