Peran Dukungan Sebaya terhadap Mutu Hidup Odha dan Mitigasi Sosial
121
terbangun kerja sama dengan rumah sakit tersebut. Odha menjadi sasaran primer dalam program ini, sedangkan pasangan dan keluarga Odha merupakan sasaran sekunder. Selain
itu masyarakat sekitar, populasi kunci, dan stakeholders adalah sasaran tersier. Banyak populasi kunci yang mendatangi KDS untuk mendapatkan penyuluhan seputar tes HIV dan
dirujuk ke klinik VCT. Area lingkup coverage area program penjangkauan dan pendukungan ini pada
awalnya belum dipetakan secara baik. KDS melakukan penjangkauan dan pendukungan secara serabutan, bermodalkan komitmen tinggi, tanpa melihat angka target. Dengan
masuknya program-program secara sistematis, KDS mulai mengubah pola dengan penerapan wilayah dan target area, namun tetap menjaga kualitas layanan dukungannya.
Program penjangkauan dan pendukungan memberikan manfaat kepada Odha untuk membuat dirinya merasa nyaman, percaya diri, dan kembali sehat. Selain itu, program ini
memberikan peluang kepada Odha untuk dapat mengakses berbagai layanan kesehatan yang dibutuhkannya, seperti mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai HIV
dan pengobatan, kepatuhan terapi ARV, prinsip pencegahan positif, layanan kesehatan dasar, akses kepada kondom dan alat suntik steril, serta layanan lain yang dibutuhkannya.
Hal ini terbukti dengan adanya temuan, bahwa Odha menyatakan mendapatkan pengetahuan dasar HIVAIDS, pengetahuan pengobatan ARV, pengetahuan infeksi
oportunistik, pencegahan positif HIV, dan tempat layanan kesehatan melalui Dukungan Sebaya.
Temuan hasil penelitian menyatakan bahwa ada perbedaan proporsi yang bermakna pada percaya diri Odha, pengetahuan HIVAIDS Odha, perilaku pencegahan penularan,
dan kegiatan positif Odha antara wilayah yang mendapatkan Sistem Dukungan Sebaya lengkap ada KP dan KDS, wilayah yang mendapatkan Sistem Dukungan Sebaya parsial
tidak ada KP dan ada KDS dan sistem tanpa Dukungan Sebaya tidak ada KP dan tidak ada KDS. Hal ini menunjukkan Sistem Dukungan Sebaya memiliki peran dalam mutu
hidup Odha. Temuan lain dalam penelitian ini juga menyatakan Odha yang mendapatkan dukungan dari KDS memiliki rasa percaya diri yang tinggi, pengetahuan HIVAIDS yang
tinggi, memiliki akses ketersediaan layanan dukungan, pengobatan dan perawatan, memiliki perilaku pencegahan penularan, dan banyak melakukan kegiatan positif. Prinsip
menolong sebagai bagian dari terapi mengusulkan bahwa ada empat manfaat yang signifikan kepada mereka yang memberikan dukungan sebaya:
84 85
a peningkatan rasa kompetensi interpersonal sebagai hasil dari membuat dampak pada kehidupan orang lain,
84
Riessman, F. 1965. The Helper-therapy principle. Social Work, 10, 27-32
85
Skovholt, T M. 1974. The client as helper: A means to promote psychological growth. Counseling Psychologist, 43, 58-64
122
b mengembangkan rasa kesetaraan karena memberi dan menerima antara dirinya sendiri dan orang lain, c rekan sebaya yang membantu mendapat pengetahuan personal yang
baru sementara membantu rekan sebaya, dan d orang yang menolong menerima persetujuan sosial dari orang yang mereka bantu.
86
Penelitian lain menyatakan bahwa teori belajar sosial mengandalkan kesebayaan, karena mereka telah mengalami dan bertahan dari suatu kejadian yang relevan. Teman
sebaya adalah model yang lebih kredibel bagi orang lain. Interaksi dengan rekan sebaya yang berhasil mengatasi atau mengalami penyakit, cenderung menyebabkan perubahan
perilaku yang positif.
87
Peran Dukungan Sebaya dalam mitigasi sosial melalui dukungan mengurangi stigma dan diskriminasi dalam penelitian ini menyatakan bahwa lebih dari 90 Dukungan
Sebaya membantu Odha dan Ohidha yang mendapatkan stigma dan diskriminasi. Dikarenakan stigma dan diskriminasi yang kuat, teman-teman Odha sulit membuka diri
dan sulit dijangkau. Program Dukungan Sebaya ini dapat dilihat sebagai entry point dan atau komplementer dalam pengurangan dampak stigma dan diskriminasi di masyarakat.