133
masih ditemukan ada permasalahan komunikasi antar Dukungan Sebaya dan KPAP serta KPAK yang berhubungan peran DS di dalam sistem penanggulangan HIVAIDS di tingkat
lokal. Dalam hal akses sumber daya, semua KP mengakui besarnya peran Yayasan Spiritia dalam memberikan pengetahuan untuk mengakses anggaran dan persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi oleh kelompok. Sebagian besar KDS belum dapat mengakses anggaran karena belum memiliki persyaratan legal formal kelompok. Faktor sistem
rujukan, KP dan KDS sudah masuk ke dalam sistem rujukan di Rumah Sakit. Jika ada kasus, maka RS sudah menghubungi KP dan KDS untuk program pendampingan lebih
lanjut.
7.2. Rekomendasi
1. Penelitian ini menemukan, Odha yang baru mengetahui status HIV akan mengalami
penurunan mutu hidup, termasuk di dalamnya karena penurunan kepercayaan diri dan semangat hidup. Proses pengembalian mutu hidup Odha terjadi secara bertahap
dan membutuhkan dukungan sistem sosial yang saling bekerja sama secara bermakna dalam meningkatkan mutu hidup Odha. Studi kuantitatif menemukan
bahwa mutu hidup Odha pada saat ini adalah 70 baik,. Oleh sebab itu direkomendasikan untuk meningkatkan kerja sama dan melibatkan peran positif
berbagai sektor, baik sektor pemerintah maupun nonpemerintah seperti LSM, sektor swasta, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi profesi antarpihak dalam
koordinasi KPA. Adapun keluaran yang diharapkan dengan rekomendasi ini adalah sebagai berikut:
a. Terjadinya pertukaran informasi yang dibutuhkan dan saling mendukung,
termasuk dalam kebijakan lokal untuk upaya-upaya peningkatan mutu hidup Odha, contohnya dalam bentuk jaminan sosial dan kredit untuk usaha ataupun
lapangan kerja bagi Odha. b.
Adanya program yang prioritas untuk peningkatan mutu hidup Odha secara berkesinambungan dan komprehensif.
c. Semakin berdayanya Odha dalam peningkatan pengetahuan, terbukanya status,
akses terhadap konseling, layanan pencegahan, dukungan, perawatan, serta pengobatan.
2. Adanya perbedaan proporsi mutu hidup yang baik secara bermakna antara wilayah
yang memiliki sistem dukungan sebaya lengkap, wilayah yang memiliki sistem dukungan sebaya tidak lengkap, dan wilayah tanpa sistem dukungan sebaya. Mutu
hidup Odha yang baik, lebih tinggi proporsinya di wilayah yang memiliki sistem
134
dukungan sebaya lengkap. Oleh sebab itu perlu direkomendasikan upaya optimalisasi untuk memotivasi dan memfasilitasi terjadinya replikasi dukungan
sebaya di setiap kabupaten atau kota sesuai kebutuhan wilayah dan bersifat sinergis. Keluaran yang diharapkan dengan rekomendasi ini adalah terbentuknya sistem
dukungan sebaya KP dan KDS yang lengkap di tingkat provinsi dan di tingkat kabupaten atau kota.
3. KDS memiliki peran yang bermakna dalam mutu hidup Odha. Odha yang
mendapatkan dukungan sebaya memiliki proporsi percaya diri, pengetahuan HIV, akses layanan HIV, perilaku pencegahan HIV, dan kegiatan positif yang lebih tinggi
dibandingkan Odha yang tidak mendapatkan dukungan sebaya. Ditemukan juga bahwa KDS menjadi contoh atau panutan bagi Odha baru untuk meningkatkan
semangat hidup. Hal ini semakin memperkuat bahwa peran KDS memang sangat dibutuhkan untuk mengajak lebih banyak Odha baru dalam memperoleh dukungan
sebaya. Dukungan sebaya berperan dalam memotivasi Odha untuk menggunakan kondom sebagai perilaku pencegahan positif. Berkaitan dengan temuan ini,
direkomendasikan upaya optimalisasi keterlibatan KDS dalam sistem rujukan pada program penanggulangan HIV di setiap kabupaten atau kota di Indonesia dengan
kerja sama dan melibatkan peran positif berbagai sektor, baik sektor pemerintah maupun nonpemerintah seperti LSM, sektor swasta, organisasi kemasyarakatan dan
organisasi profesi antar pihak dalam koordinasi KPA. Keluaran yang diharapkan setelah pelaksanaan rekomendasi ini adalah KDS menjadi wadah yang diakui
keberadaannya dalam sistem pencegahan penularan HIV dan peningkatan mutu hidup Odha di Indonesia. Program dukungan Odha seharusnya melibatkan KP dan
KDS termasuk dalam mengelola program dan dana bukan hanya sebagai penerima manfaat. KP dan KDS perlu mendapatkan dukungan dana dan bantuan teknis baik
bersumber APBDAPBN maupun mitra kerja lain baik dalam maupun luar negeri dalam membantu optimalisasi pencapaian mutu hidup Odha di Indonesia.
4. Hasil temuan yang berkaitan dengan perilaku Odha dalam penggunaan kondom,
menunjukkan penggunaan kondom setiap berhubungan seksual mencapai 51. Namun temuan penggunaan kondom masih belum mencapai target SRAN KPA
60. Penggunaan jarum suntik steril pada Odha yang masih menggunakan narkoba suntik setelah mengetahui status mencapai 43. Hal ini juga masih di bawah target
yang sudah ditetapkan oleh SRAN KPA 60. Temuan tentang Odha perempuan yang pernah hamil dan melahirkan namun tidak menggunakan layanan PMTCT
77, menunjukkan bahwa penggunaan PMTCT masih rendah. Berkaitan dengan