1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan kota wisata, budaya dan kota pelajar.  Tidak  sedikit  tempat-tempat  di  Jogja  yang  sudah  terbukti  banyak
dikunjungi oleh wisatawan, baik wisatawan dalam negri maupun wisatawan luar negri.  Macam  tempat  wisata  yang  ada  di  Kota  Gudeg  ini  mulai  dari  wisata
pegunungan, candi, hingga pantai pasir putih  menjadi daya tarik kota Istimewa tersebut. Jogja disebut sebagai kota Budaya karena banyak sekali peninggalan
sejarah  serta  adat  dan  istiadat  yang  masih  melekat  pada  masyarakatnya. Kebiasaan-kebiasaan  para  leluhur  yang  masih  dikerjakan  oleh  sebagian  besar
masyarakat Jogja. Selain itu, Jogja juga  terkenal dengan kota pelajar. Terbukti dari data BPS provinsi Yogyakarta yang menunjukkan bahwa Jumlah Sekolah
menurut KabupatenKota di D.I. Yogyakarta, 20092010 – 20252016 terdapat
2.495 sekolahan yang terdiri dari sekolah  negri dan swasta. Selain dengan  jumlah sekolah formal  yang banyak, Jogja memberikan
bentuk Pendidikan Luar Sekolah yang terdiri dari pendidikan informal yang bisa didapatkan  dalam  lingkungan  keluarga,  kerabat  atau  orang  terdekat
dilingkungan sekitarnya dan pendidikan nonformal  yang terjadi di  lingkungan masyarakat.
Bentuk
dari    pendidikan  luar  sekolah  adalah  pembelajaran  yang terjadi di PKBM, SKB, kursus, sekolah alam, Homeschooling, PAUD, pelatihan,
dan  lain-lain.  Bahkan  dewasa  ini,  tempat-tempat  wisata  yang  ada  di  Jogja merupakan  tempat  Edukasi  yang  dapat  berlangsung  proses  pendidikan
nonformal tersebut didalamnya, seperti di taman pintar, museum, monumen, dan
2 kebun binatang.
Konsep perpaduan antara wisata dan pendidikan yang banyak diterapkan dibanyak tempat wisata di Yogyakarta merupakan nilai jual positif
yang  mungkin  tidak  banyak  ditemui  di  daerah-daerah  lainnya.  Hal  ini  akan semakin  menyamarkan  anggapan  yang  selama  ini  berkembang  ditengah
masyarakat  bahwa  pendidikan  adalah  sama  dengan  sekolahan.  Padahal pendidikan tidak harus dilakukan di sekolah, tetapi dapat dilakukan dimanapun,
kapanpun,  dan  dengan  siapapun  asalkan  sesuai  dengan  nilai  dan  norma  serta mengarah kepada hal yang positif.
Kebun  Binatang  digunakan  sebagai  destinasi  wisata,  dan  dijadikan tempat belajar atau edukasi bagi setiap orang yang berkunjung. Didalalam kebun
binatang dapat dikenal hewan dan tumbuhan yang biasanya hanya dilihat dalam gambar atau televisi. Selain dapat melihat secara langsung hewan dan tumbuhan
tersebut,  hal  lain  yang  didapatkan  adalah  memperoleh  informasi  sedetail mungkin  tentang  hewan  dan  tumbuhan  tersebut  langsung  dari  pawang  hewan
atau pemandunya. Kebun binatang yang ada di Jogja adalah Kebun Raya Kebun Binatang KRKB Gembira Loka. Menurut web resmi yang di tulis oleh pihak
KRKB Gembira Loka, luas area disini sekitar 20 hektar, kebun binatang yang digagas oleh Hamengkubuwonon  IX ini berisi beberapa hewan khas tanah air
dan  Asia.  KRKB  Gembira  Loka  menjadi  tempat  rekreasi  dan  lembaga konservasi Ex-Situ. Di tempat ini, menjadi panti rehabilitasi dari hewan-hewan
yang mengalami gangguan, pernah dipelihara atau sakit. Seperti  yang  tertera  pada  buku  informasi  program  edukasi  KRKB
Gembira Loka, program ini diprakarsai oleh almarhum Sri Paduka Paku Alam PA  VIII  yang  saat  itu  menginginkan  KRKB  Gembira  Loka  dapat  menjadi
3 fasilitas bagi pendidikan anak khususnya penerapan cinta satwa sejak usia dini.
Untuk  merealisasikan  cita-cita  tersebut,  pihak  KRKB  Gembira  Loka menggandeng  Fakultas  Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta FIP
UNY  khususnya  Jurusan  Pendidikan  Luar  Sekolah  PLS  dalam  buku informasi  program  edukasi  KRKB  Gembira  Loka  hal.  3.  Sebagai  salah  satu
lembaga  pemerintah  daerah  yang  berfungsi  sebagai  kawasan  konservasi  dan perlindungan  terhadap  flora  dan  fauna,  KRKB  Gembira  Loka  juga  memiliki
tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility CSR yang  mengharuskan  sebuah  perusahaanlembaga  bisnis  untuk  ikut  peduli
terhadap kehidupan masyarakat disekitarnya. Menurut European Commission 2006 Tanggung jawab  social perusahaan adalah konsep dimana perusahaan
mengintegrasikan  perhatian  pada  aspek  social  dan  lingkungan  di  dalam kegiatan bisnis dan interaksi dengan para pemnagku kepentingan berdasar pada
asas  sukarela  dalam  Jurnal  Ilmiah  Administrasi  Publik  dan  Pembangunan, Vol.2  No.1,  Januari-Juni  2011.  Di  Indonesia  sendiri,  kebijakan  mengenai
program  CSR  diatur  dalam  Undang-undang  Perseroan  Terbatas  PT  No.  40 Tahun 2007 ayat  74 tentang tanggung jawab sosial  perusahaan.  Impementasi
dari  program  CSR  ini,  yaitu  adanya  Program  Pembelajaran  Luar  Sekolah Gembiraloka Zoo PLS GL zoo.
Kegiatan  PLS  GL  zoo  merupakan  bentuk  dari  kerjasama  antara Pendidikan  Luar  Sekolah  Fakultas  Ilmu  Pendidikan  Universitas  Negeri
Yogyakarta PLS FIP UNY dengan pihak KRKB Gembira Loka pada bidang pendidikan.  Program  PLS  GL  zoo  telah  resmi  berjalan  setelah  adanya  surat
kesepakatan kerjasama yang ditandatangi oleh Direktur Utama KRKB Gembira
4 Loka  dan  Dekan  Fakultas  Ilmu  Pendidikan  Universitas  Negeri  Yogyakarta
tertanggal  17  Februari  2014  setelah  melalui  2  tahun  tahap  perencanaan  dan percobaan.  Program  ini  memungkinkan  mahasiswa  Jurusan  PLS  untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki khususnya dalam bidang kepemanduan dan outbound.
Program  PLS  GL  zoo  merupakan  program  pembelajaran  luar  sekolah dengan metode outing class, sasarannya adalah para siswa mulai dari TKKB,
SD,  SMP,  SMA  hingga  perguruan  tinggi.  Tujuan  dari  kegiatan  PLS  GL  zoo adalah  memberikan  suasana  baru  pada  sistem  pembelajaran  formal  yang
dilakukan secara Non formal dengan peserta berinterkasi secara langsug dengan satwa dan tumbuhan yang ada di KRKB Gembira Loka.
Secara  umum,  sasaran  dalam  program  PLS  GL  zoo  yaitu  lembaga- lembaga  sekolahan  yang  ada  di  wilayah  Kota  Jogja.  Namun  selama  4  tahun
berjalan,  realita  dilapangan  membuktikan  belum  adanya  perhatian  dan koordinasi  yang  baik  dengan  pihak  Dinas  Pendidikan  DIY  selaku  pemegang
kebijakan sehingga program baru dapat dinikmati oleh lembaga sekolah dalam lingkup Kota Jogja dan belum dapat dinikmati lembaga sekolah dilain kabupaten
seperti Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul, dan Sleman. Jurusan PLS sebagai penyedia Sumber Daya Manusia dalam program ini
selalu berupaya memperbaiki manajemen yang ada guna membuka akses yang seluas-luasnya  bagi  mahasiswanya  untuk  dapat  berpartisipasi  dalam  program
tersebut.  Salah  satu  upaya  yang  ditempuh  yaitu  dengan  membentuk  tim kepemanduan PLS GL zoo yang kesemua anggotanya  yang menjadi pemandu
adalah  mahasiswa  aktif    PLS.  Prakteknya  pelaksanaannya  kepemanduan
5 program PLS GL zoo pada hari efektif kuliah, maka terkadang jadwal memandu
masih  bentrokan  dengan  jadawal  kuliah.  Para  pemandu  masih  berat meninggalakan kuliah untuk pergi memandu sehingga masih sedikit intensitas
pemandu dalam memandu kegiatan PLS GL zoo. Kesibukan mahasiswa mengikuti organisasi lain juga berpengaruh. Para
pemandu yang merupakan mahasiswa aktif jurusan PLS tidak hanya mengikuti program kegiatan Kepemanduan PLS GL zoo, tetapi pemandu ikut serta dalam
kegiatan keorganisasian lainnya, seperti BEM, HIMA, UKM dan lain-lain, yang itu    terkadang  bentrok  dengan  jadwal  kepemanduan  mereka.  Padahal,  dengan
mengikuti  kegiatan  kepemanduan  ini,  mahasiswa  dapat  terjun  langsung  cara menangani  dan  mengkondisikan    anak  mulai  dari  anak  pra  sekolah,  hingga
sekolah  menengah,  selain  itu  mengasah  kemampuan  pemandu  karena  dapat praktek  langsung,  yang  itu  semua  juga  merupakan  ranah  dari  proram  studi
pendidikan luar sekolah. Sarana  dan  prasarana  dalam  program  PLS  GL  zoo  terkadang  kurang
memadahi. Tempat yang kurang luas jika digunakan oleh peserta yang lebih dari 200  siswa  terkadang  menjadi  kendala  yang  sangat  berat.  Tempat  untuk
pembuatan pojok  kreatif jika  panas  ataupun hujan  menjadi  salah satu  kendala karena tidak ada tempat untuk berteduh. Selain itu, APE yang digunakan juga
sangat berpengaruh terhadap tersampaikannya makna kegiatan PLS GL zoo ini kepada siswa. Jumlah APE kurang jika peserta lebih dari 200 orang karena tidak
tersedia  banyak  menjadikan  kendala  tersendiri,  untuk  itu  diperlukan penambahan  APE  agar  kegiatan  pojok  kreatif  dengan  peserta  banyak  dapat
berjalan dengan lancar.
6 Berdasarkan  hasil  pengamatan  peneliti,  kemampuan  para  pemandu
dalam memandu kegiatan outing class ini masih kurang. Banyak pemandu yang kurang berkompeten, tidak bisa mengkondisikan anak secara menyeluruh, serta
kurang  interaktif    dalam  membawakan  program  PLS  GL  zoo.  Pemandu  yang bukan  merupakan  bagian  dari  Team  Kepemanduan  terkadang  belum  banyak
mengenal KRKB Gembira Loka, mereka masih minim pengetahuan, sehingga para pemandu tersebut tidak bisa menjelaskan secara rinci tentang flora fauna
yang  ada.  Dalam  prakteknya,  terdapat  perbedaan  kemampuan  dari  setiap pemandunya. Pemandu yang dapat dikatakan sebagai senior lebih memumpuni
dalam  membawakan  kegiatan  PLS  GL  zoo  dari  pada  pemandu  yang  masih semester  awal  dikarenakan  pemandu  senior  intensitas  memandu  lebih  banyak
daripada para pemandu semester awal. Pemandu yang baru beberapa kali memandu terkadang merasa bingung
dengan  apa  yang  akan  dia  lakukan.  Pemandu  merasa  bingung  karena  belum memahami benar mengenai program PLS GL zoo. Kebingungan lainnya yaitu
pada saat pemandu mengkondisikan peserta maupun saat menjelaskan flora dan fauna kepada peserta. Pengetahuan pemandu mengenai  flora dan fauna masih
kurang,  terbukti  ketika  memandu  tidak  semua  binatang  dapat  di  jelaskan karakteristiknya oleh pemandu kepada peserta.
Pengembangan  terhadap  konten  dan  media  yang  digunakan  dalam program PLS GL zoo sudah semestinya terus dilakukan pada program PLS GL
zoo  agar program ini  dapat dirasakan oleh  lembaga-lembaga pendidikan  yang ada di Yogyakarta. Harapannya, program PLS GL zoo ini dapat dinikmati bukan
saja sebagai program outing class bagi anak-anak  PAUD ataupun SD tetapi juga
7 bagi  anak  dengan  usia  yang  lebih  tinggi  bahkan  hingga  perguruan  tinggi  dan
masyarakat umum yang mungkin juga membutuhkan program tersebut. Seperti  yang  diketahui  bahwa  selama  4  tahun  kegiatan  ini  berjalan,
belum ada pengembangan konten dan media  yang digunakan, baik dari media pembelajaran yang digunakan maupun dari tehnis pembelajaran pojok kreatif itu
sendiri. Sadiman 2006: 7 mengemukakan bahwa media adalah segala sesuatu yang  dapat  digunakan  untuk  menyalurkan  pesan  dari  pengirim  ke  penerima
sehingga  dapat  merangsang  pikiran,  perasaan,  perhatian  dan  minat  serta perhatian  siswa  sedemikian  rupa  sehingga  proses  belajar  terjadi.  Sedangkan
Arsyad  2007:  4  menyatakan  bahwa  media  adalah  alat  yang  menyampaikan pesan-pesan  pembelajaran.  Dari  kedua  pengertian  tersebut  dapat  diambil
kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat yang digunakan pada proses  pembelajaran  sehingga  tujuan  pembelajaran  dapat  terjangkau  dengan
lebih  mudah.  Oleh  karena  itu,  peran  dari  media  pembelajaran  dalam  program PLS GL zoo sangat penting yaitu sebagai alat agar tujuan pembelajaran tersebut
dapat tersampaikan. Pemandu belum bisa mengoptimalkan media belajar yang ada. Padahal
banyak  sekali  sumber  belajar  yang  dapat  digunakan  di  sekitar  KRKB Gembiraloka  yang  bisa  menjadi  media  pembelajaran,  seperti  kolam  benih,
kandang percontohan, silvikultur dan lab alam yang merupakan tempat-tempat yang memungkinkan untuk kegiatan pembelajaran, dan kita dapat menggunakan
fasilitas  yang  ada  didalam  tempat  tersebut  tetapi  dalam  kenyataannya  masih jarang digunakan.
8 Belum  adanya  inovasi  media  pembelajaran  tersebut  membuat  pihak
sekolah  yang  telah  menggunakan  program  PLS  Gl  zoo  lebih  dari  satu  kali merasa  jenuh  dengan  kegiatan  PLS  GL  zoo  karena  selalu  sama  di  setiap
pertemuannya. Pihak sekolah merasa jenuh, karena belum adanya inovasi, baik inovasi  programnya,  teknis  pelaksanaannya,  sarana  dan  prasarana  maupun
media yang digunakan Secara ringkas dalam empat tahun berjalannya  program,  permasalahan
yang bersangkutan denagn kemampuan pemandu dalam memanfaatkan program PLS  GL  zoo  diantaranya    jadwal  kepemanduan  program  PLS  GL  zoo  yang
bentrok  dengan  jadwal  kuliah,  kesibukan  para  pemandu  yang  mengikuti organisasi lain selain tim kepemanduan PLS GL zoo, sarana dan prasarana yang
kurang memadahi jika peserta banyak atau terjadi hujan, kemampuan pemandu yang masih kurang dalam membawakan program PLS GL zoo dan belum adanya
inovasi  media  pembelajaran  yang  digunakan  sehingga  pihak  sekolah  yang menggunakan  program  PLS  GL  zoo  lebih  dari  satu  kali  merasa  jenuh.
Berdasarkan hal tersebut penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai kemampuan  pemandu  program  PLS  GL  zoo  dalam  memanfaatkan  media
pembelajaran  di  Kebun  Raya  Kebun  Binatang  KRKB  Gembira  Loka Yogyakarta.
B. Identifikasi Masalah