34 dialami dan dapatkan oleh peserta program selama berkeliling kebun
binatang. Pengulasan kembali dilakukan dengan metode bercerita dan sharing pengalaman antar peserta program. Dari kegiatan tukar cerita inilah
akan timbul budaya diskusi dan saling menghargai sejak anak usia dini. Recalling berfungsi untuk mengetahui seberapa banyak peserta memahami
materi yang telah diberikan oleh pemandu selama pelaksanaan progam PLS GL zoo Sujarwo dalam JPPM, 4 1, 2017, 90-100.
Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan diakhir periode program juga turut diselenggarakan guna perbaikan dan
pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi ini diikuti oleh seluruh pihak yang terlibat dalam program PLS GL zoo.
Harapan dari adanya kegiatan ini yaitu seluruh pihak dapat terlibat langsung dalam pengembangan dan pengambilan kebijakan mengenai
program PLS GL zoo kedepannya.
4. Tinajauan tentang Pendidikan Luar Sekolah
a. Definisi Pendidikan Luar Sekolah
Marzuki 2010: 93 menyebutkan bahwa Pendidikan Luar Sekolah adalah semua pendidikan baik disengaja atau tidak, dirancang atau tidak,
diorganisasikan atau tidak, yang berlangsung diluar sekolah atau universitas. Hamojoyo dalam Kamil 2011: 14, mengemukakan bahwa
Pendidikan Luar Sekolah dalam kaitannya sebagai pendidikan nonformal merupakan usaha yang terorganisir secara sistematis dan berkelanjutan di
35 luar sistem formal, melalui hubungan sosial yang digunakan untuk
membimbing individu, kelompok maupun masyarakat agar memiliki cita- cita guna meningkatkan taraf hidup untuk mewujudkan kesejahteraan
sosial. Pendidikan nonformal merupakan salah satu dari tiga jalur pendidikan selain pendidikan formal atau biasa dikenal dengan pendidikan
sekolahan dan pendidikan informal atau pendidikan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Walaupun bersifat nonformal namun pendidikan
nonformal tetap memiliki tahapan penyelenggaraan yang jelas mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap evaluasi guna keberhasilan proses
pembelajaran. Pendidikan luar sekolah juga meliputi pendidikan informal. Namun
terdapat perbedaan diantara keduanya yaitu jika pendidikan nonformal memiliki standarisasi dan terstruktur maka pendidikan informal adalah
pendidikan yang tidak terstruktur dan bahkan pelaksanaannya terkadang terjadi tanpa disadari. Namun, keduanya merupakan pendidikan yang dapat
berlangsung sepanjang hayat. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marzuki 2010: 137
dalam bukunya “Pendidikan Non Formal” yang menyatakan pendidikan informal sebagai proses belajar yang berlangsung sepanjang
hayat dan terjadi pada setiap individu. Sihombing 2001: 1 mengemukakan bahwa sebelum pendidikan
yang bernama sekolah ada, Pendidikan luar sekolah sudah lebih dulu ada. Hal ini terbukti dengan adanya upaya transfer ilmupengetahuan secara
turun temurun. Banyak hal yang diberikan orangtua kepada anaknya dilakukan melalui kegiatan yang sifatnya tidak formal, merupakan bukti
36 adanya pendidikan luar sekolah jauh sebelum pendidikan sekolahan.
Pendidikan luar sekolah lebih banyak berfokus kepada masyarakat secara langsung. Hal ini menyebabkan pendidikan luar sekolah memiliki banyak
variasi, pengembangan dalam pelaksanaan programnya dan tidak terbatas ruang dan waktu. Pendidikan luar sekolah lebih menonjolkan aspek
kebermanfaatan langsung yang dapat diperoleh peserta didiknya setelah mengikuti pendidikan tersebut. Oleh karena itu, kebanyakan pendidikan
luar sekolah lebih menitikberatkan pembelajarannya pada pengembangan keterampilan dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nonformal diselenggarakan bagi
masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, danatau pelengkap pendidikan formal guna
mendukung pendidikan sepanjang hayat. Contoh dari beberapa program pendidikan nonformal yang sudah banyak ditemukan yaitu pendidikan kejar
paket, Taman Pendidikan Al-Quran TPA, lembaga pelatihan kerja, kursus, bimbingan belajar, dan masih banyak lainnya. Lain program lain pula
sasarannya, lain pula metode yang digunakan. Begitulah karakteristik pendidikan nonformal yang dianggap lebih sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan dari sasarannya. b.
Tujuan Pendidikan Luar Sekolah Sudjana 2004: 47 menejlaskan bahwa Pendidikan Luar Sekolah
memiliki tujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap,keterampilan,
37 dan nilainilai yang memungkinkan bagi seseorang atau kelompok untuk
berperan secara efektif dan efisien di lingkungan keluarganya, pekerjaannya, masyarakat, dan bahkan negaranya. Pendidikan Luar Sekolah
berupaya menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas guna mencapai kehidupan masa depan yang lebih baik dengan mengoptimalkan
potensi yang dimiliki. Oleh karena sifatnya yang fleksibel, maka pendidikan luar sekolah dianggap mampu menyentuh lapisan paling bawah masyarakat
yang selama ini dianggap sebagai kaum yang tidak berdaya. Sejalan dengan pendapat diatas, tujuan pendidikan luar sekolah juga
tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 73 tahun 1991 Bab II pasal 2 yang berbunyi :
1 Melayani Warga Belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang
sendini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya;
2 Membina Warga Belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, atau melanjutkan ketingkat yng lebih tinggi;
3 Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah. Kesimpulannya, pendidikan luar sekolah merupakan upaya yang
diselenggarakan guna meningkatkan kualitas sumber daya semaksimal mungkin dengan tujuan agar masyarakat mampu mengoptimalkan potensi
38 yang dimiliki dalam rangka meningkatkan atau mewujudkan kesejahteraan
sosialnya maupun negaranya.
5. Tinjauan tentang Kebun Binatang