21 membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dapat  ditarik  kesimpulan  dari  pendapat  beberapa  ahli  diatas
bahwa  fungsi  dari  media  pembelajaran  adalah  sebagai  alat  bantu mengajar yang dapat membangkitkan motivasi dan daya kreatif peserta
didik.  Penggunaan  media  pembelajaran  didalam  program  PLS  GL  zoo berfungsi  sebagai  alat  untuk  mengasah  kreatifitas  peserta  didik  dalam
bidang flora dan fauna yang ada di KRKB Gembira Loja Yogyakarta.
3. Tinjauan tentang Program Pembelajaran Luar Sekolah
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran  mampu  mendorong  siswa  untuk    mengembangkan pola pikirnya. Konsep pembelajaran menurut Corey Syaiful Sagala, 2011:
61  adalah  suatu  proses  dimana  lingkungan  seseorang  secara  disengaja dikelola  untuk  memungkinkan  ia  turut  serta  dalam  tingkah  laku  tertentu
dalam  kondisi-kondisi  khusus  atau  menghasilkan  respon  terhadap  situasi tertentu,  pembelajaran  merupakan  salah  satu  peran  penting  dalam
pendidikan.  Kegiatan  pembelajaran  merupakan  kegiatan  yang  dapat merangsang pola berpikir anak dan ini sangat bergantung dari penyampaian
materi yang dilakukan oleh pendidik maupun tutor. Pembelajaran dapat diartikan sebagai  suatu kegiatan  yang disusun
untuk  memudahkan  siswa  dalam  mempelajarai  pengetahuan  maupun  hal baru yang baru saja di terima oleh siswa.  Melalui kegiatan pembelajaran
pendidik maupun tutor diharuskan mampu mengetahui potensi dasar yang
22 dimiliki  oleh  peserta  didiknya  seperti  kemampuan  dasar,  latar  belakang,
motivasi  dan  lain  sebagainya.  Seorang  guru  harus  mampu  mengetahui karakteristik  peserta  didiknya  agar  bahan  dan  materi  yang  disampaikan
sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didiknya. b.
Tujuan Pembelajaran Sifatnya  yang  disengaja  dan  terstruktur,  menyebabkan  sebuah
pembelajaran  pasti  memiliki  tujuan  yang  hendak  dicapai.  H.  Daryanto 2005:  58  mengemukakan  definisi  dari  tujuan  pembelajaran  yaitu  tujuan
yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang  harus  dimiliki  siswa  sebagai  akibat  dari  hasil  pembelajaran  yang
dinyatakan  dalam  bentuk  tingkah  laku  yang  dapat  diamati  dan  diukur. Tujuan  pembelajaran  harus  dirumuskan  berdasarkan  pertimbangan  yang
matang  dan  kesesuaiannya  dengan  komponen  pendidikan  yang  lainnya. Dalam  arti  lain,  tujuan  pembelajaran  merupakan  garis  akhir  yang  harus
dicapai ketika sebuah pembelajaran dapat dikatakan berhasil. Pendapat  serupa  disampaikan  oleh  Wina  2008:  86  yang
mendefinisikan  tujuan  pembelajaran  sebagai  kemampuan  kompetensi atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap siswa setelah
mereka  melakukan  proses  pembelajaran  tertentu.  Perumusan  tujuan pembelajaran penting adanya karena dapat dijadikan tolak ukur yang nyata
dari  keberhasilan  dari  proses  pembelajaran  dalam  membentuk  pola  pikir dan tingkah laku siswa didik. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai juga
menentukan langkah-langkah yang akan diambil sekolah maupun pendidik
23 dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa dalam memperoleh pengetahuan dan pola pikir baru melalui rumusan yang
terperinci dan nyata sehingga pencapaian  yang diraih dapat diukur secara nyata.
c. Pengertian Pembelajaran Luar Sekolah
Pembelajaran luar sekolah merupakan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan  diluar  ruangan  atau  sekolah  dengan  memanfaatkan  media
pembelajaran  yang  dapat  mendukung  terjadinya  proses  belajar.  Dalam prosesnya  kegiatan  ini  memcampurkan  proses  pendidikan  nonformal  ke
dalam  pendidikan  formal  guna  memperoleh  metode  pembelajaran  yang menyenangkan  bagi  peserta  didik.  Menurut  Undang-undang  nomor  20
tahun  2003  tentang  sistem  pendidikan  nasional  pendidikan  formal merupakan  jalur  pendidikan  yang  terstruktur  dan  berjenjang  yang  terdiri
atas pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi. Lebih lanjut juga dijelaskan mengenai pengertian pendidikan nonformal yaitu sebagai jalur
pendidikan  di  luar  pendidikan  formal  yang  dapat  dilaksanakan  secara terstruktur  dan  berjenjang.  Oleh  karena  itu,  pembelajaran  luar  sekolah
merupakan  kegiatan  pembelajaran  yang  dilakukan  oleh  lembaga  formal namun dengan perspektif nonformal.
Proses  pembelajaran  luar  sekolah  menekankan  pada  penggalian informasi  dan  pengetahuan  secara  mandiri  oleh  peserta  didik.  Hal  ini
dilakukan  agar  peserta  didik  memiliki  ruang  untuk  bereksplorasi  dan
24 berkreasi  terhadap  apa-apa  yang  mereka  temukan  dilapangan.
Pembelajaran  model  ini  memungkinkan  peserta  didik  untuk  mengalami dan merasakan langsung, sehingga tidak hanya aspek kognitifnya saja yang
akan  berkembang,  tetapi  afektif  dan  psikomotoriknya  juga.  Kegiatan pembelajaran  luar  sekolah  memanfaatkan  lingkungan  sekiatr  sebagai
sumber belajar guna memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam hal ini,  peneliti  berfokus  pada  kegiatan  pembelajaran  luar  sekolah  yang
diselenggarakan  di  kebun  binatang  khususnya  KRKB  Gembira  Loka. Kegiatan  pembelajaran  tersebut  meliputi:  bina  suasana,  pojok  kreatif,
mengenal satwa tour the zoo, dan pengulasan kembali recalling d.
Jenis-jenis Pembelajaran Luar Sekolah Sebagai  salah  satu  metode  pembelajaran,  pembelajaran  luar  sekolah
dalam pelaksanaannya memiliki banyak jenis dan variasi. Agus 2016: 50 mengemukakan bahwa yang dimaksud sebagai metode pembelajaran yaitu
cara  yang  digunakan  untuk  mengimplementasikan  rencana  yang  sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk tujuan pembelajaran.
Diantara  banyak  jenis  pembelajaran  luar  sekolah  yang  ada,  peneliti  akan menguraikan  tiga  jenis  pembelajaran  luar  sekolah  yang  paling  banyak
dilaksanakan, yaitu: 1. Outing class
Outing  class  merupakan  salah  satu  metode  pembelajaran  yang mulai popular khususnya dalam pendidikan anak usia dasar. Pembelajaran
outing class adalah suatu pembelajaran yang dilaksanakan di luar ruangan
25 kelas atau sekolah yang bertujuan membekali keterampilan anak didik dan
mengembangkan  kemampuan  yang  dimiliki  Lenterahati.  2012  dalam Wijilestari  2013:  11.  Dalam  metode  pembelajaran  semacam  ini,
memungkinkan  seorang  pendidik  dan  peserta  didik  untuk  membangun kedekatan yang lebih intim antar satu sama lain. Pembelajaran outing class
pun dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran. Komarudin  dalam  Husamah,  2013:  19  mengemukakan  bahwa
outing  class  merupakan  aktivitas  yang  dilakukan  di  luar  sekolah  yang berisi  kegiatan  di  luar  kelas  atau  sekolah  dan  berada  di  lingkungan  luar
seperti bermain di lingkungan sekolah, taman, sawah, dan kegiatan yang sifatnya  petualangan  serta  dapat  mengembangkan  aspek  pengetahuan
yang  relevan.  Peserta  didik  akan  lebih  mudah  dalam  memahami  sebuah konsep pengetahuan ketika mereka mengerjakan sambil mempraktekkan.
Semakin  banyak  panca  indera  yang  berinteraksi  dalam  sebuah pembelajaran,  makan  akan  semakin  baik  pula  pengetahuan  tersebut
disimpan oleh memori peserta didik. Berdasarkan  uraian  pendapat  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa
outing  class  bukan  semata-mata  kegiatan  memindahkan  lokasi  belajar mengajar dari kelas ke alam bebas. Namun, perlu adanya upaya agar siswa
dapat  menyatu  dengan  alam  dan  melakukan  beberapa  aktivitas  yang bermuara  pada  perubahan  tingkah  laku  dan  penambahan  pengetahuan
yang dimiliki. Aktivitas yang dilakukan dapat berupa olahraga, outbound,
26 studi  kasus,  eksplorasi,  pengamatan,  dan  lain-lain.  Harapannya,  siswa
mampu  menyikapi  masalah  yang  dihadapi  dengan  kritis  dan menyelesaikannya  secara  mandiri  dengan  belajar  pada  lingkungan
sekitarnya. 2. Field Trip
Field trip ialah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa  ke  suatu  tempat  atau  obyek  tertentu  di  luar  sekolah  untuk
mempelajari  atau  menyelidiki  sesuatu  seperti  meninjau  pabrik  sepatu, suatu bengkel mobil, Toserba, dan sebagainya Asmani 2010: 150. Field
trip  adalah  sebuah  metode  pembelajaran  yang  menggabungkan  antara rekreasi  dan  belajar.  Dalam  proses  Field  trip,  peserta  didik  akan  dapat
menggunakan  semua  hal  yang  ada  di  lingkungan  sekitarnya  sebagai sumber belajar.
Pendapat lain disampaikan oleh Syaiful Sagala 2006: 214 yang menyebutkan metode field trip sebagai pesiar ekskursi yang dilakukan
oleh para peserta didik untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu dan merupakan  bagian  integral  dari  kurikulum  sekolah.  Metode  field  trip
sengaja dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sebagai  salah satu  cara untuk menetralisir kejenuhan siswa akan proses belajar mengajar di dalam
kelas yang cenderung monoton dan membosankan. Metode pembelajaran field  trip  juga  dapat  digunakan  sebagai  ajang  peserta  didik  untuk
27 mengintegrasikan  ilmu  pengetahuan  yang  di  dapatnya  di  kelas  dengan
kehidupan nyata. Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode field
trip  merupakan  metode  penyampaian  materi  dengan  cara  membawa langsung siswa ke obyek di luar kelas atau di lingkungan yang berdekatan
dengan sekolah agar siswa mendapatkan pengalaman belajar langsung dan dapat mengintegrasikan pengetahuan yang di dapatnya di kelas ke dalam
kehidupan nyata. 3. Outbound
Muchlisin 2009: 11 menyebutkan outbound adalah usaha olah diri olah  pikir  dan  fisik  yang  sangat  bermanfaat  bagi  peningkatan  dan
pengembangan motivasi, kinerja dan prestasi dalam rangka melaksanakan tugas  dan  kepentingan  organisasi  secara  lebih  baik  lagi.  Outbound  bukan
hanya bermakna kegiatan diluar, namun lebih dari itu dimana peserta diajak untuk membuat terobosan-terobosan baru dan diajak untuk berfikir kreatif.
Djamaludin 2007: 2 dalam dunia pendidikan sudah banyak lembaga yang menerapkan metode  outbound dalam proses pengajarannya karena dinilai
memberikan  kontribusi  positif  terhadap  kesuksesan  belajar.    Hal  tersebut dikarenakan dalam proses outbound, peserta dituntut untuk dapat mandiri
dalam menggali potensi yang dimiliki dalam suasana yang menyenangkan namun penuh tantangan sehingga muncul sebagai pribadi yang tangguh dan
siap menghadapi masa depan. Berdasarkan  uraian  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  outbound
adalah kegiatan pembelajaran yang berada diluar ruangan atau luar sekolah
28 dengan  tujuan  meningkatkan  dan  mengoptimalkanpotensi  yang  dimiliki
melalui beberapa rangkaian kegiatanpermainan. Bentuk kegiatan outbound dapat berupa simulasi situasi dalam organisasi yang dikemas dengan bentuk
permainan  kreatif,  rekreatif,  dan  edukatif  baik  secara  individual  maupun kelompok  dengan  tujuan  untuk  mengembangkan  potensi  diri  baik  secara
individu maupun kelompok. e.
Langkah-langkah Pembelajaran Luar Sekolah Langkah  merupakan  tahapan  yang  harus  dilaksanakan  secara
berurutan  agar  dapat  mencapai  tujuan  atau  maksud  tertentu. Langkahlangkah  Pembelajaran  luar  sekolah  disusun  guna  mempermudah
dan  memperlancar  proses  berjalannya  kegiatan.  Langkah-langkah pembelajaran luar sekolah dalam kajian ini akan difokuskan pada konteks
program  PLS  GL  zoo.  Program  PLS  GL  zoo  merupakan  program pendampingan yang dilakukan mahasiswa jurusan PLS FIP UNY terhadap
siswa  siswi  usia  sekolah  dasar  yang  mengikuti  program  PLS  dari  KRKB Gembira Loka.
Rokhmah 2012:  4 menyebutkan, pendamping adalah perorangan atau  lembaga  yang  melakukan  pendampingan,dimana  antara  kedua  belah
pihak  pendamping  dan  didampingi  terjadi  kesetaraan,  kemitraan, kerjasama,  dan  kebersamaan  tanpa  ada  batas  golongan  kelas  atau  status
sosial yang tajam. Sedangkan yang dimaksud sebagai pendampingan yaitu suatu  kegiatan  yang  disengaja  dilaksanakan  secara  sistematis  dan  sesuai
29 aturan karena pembelajaran tersebut terjadi ditempat kerja, dan pekerjaanya
sesuai dengan apa yang dikerjakan. Istiningsih, 2008: 85. Program PLS GL zoo terdiri atas 3 tahapan pendampingan yaitu:
1 Perencanaan
Hamzah  2006:  2  mengemukakan  perencanaan  adalah  kegiatan memilih,  menetapkan,  dan  mengembangkan  metode  untuk  mendapatkan
hasil yang diinginkan. Sedangkan menurut Majid 2008: 15 perencanaan merupakan  penyusunan  langkah-langkah  yang  akan  dilaksanakan  dalam
memncapai  tujuan  yang  sudah  ditentukan  sebelumnya.  Oleh  karena  itu, perencanaan  dibuat  berdasarkan  kebutuhan  yang  ada  dan  disusun  dengan
sistematis serta mudah dipahami. Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan kegiatan perencanaan yaitu
kegiatan  awal  yang  digunakan  untuk  membuat  langkah  sistematis  guna mencapai  tujuan  yang  diharapkan  berdasarkan  pada  kebutuhan  yang  ada.
Perencanaan  memegang  peranan  penting  dalam  sebuah  program  ataupun kegiatan.
Perencanaan digunakan
untuk menjabarkan
rangkaian langkahlangkah  yang  akan  ditempuh  dalam  melaksanakan  program.
Perencanaan  juga  digunakan  sebagai  garis  batas  agar  pelaksanaan kegiatanprogram  dapat  tersusun  secara  sistematis  dan  mencapai  tujuan
yang  diinginkan.  Diharapkan  dengan  perencanaan  yang  matang,  maka kegiatanprogram yang akan dilaksanakan pun dapat berjalan dengan baik
dan sesuai dengan tujuan.
30 Kegiatan  perencanaan  dalam  program  PLS  GL  zoo  selanjutnya
dilanjutkan  dengan  persiapan  materi,  media  pembelajaran,  dan  SDM pendamping.  Materi  dan  media  pembelajaran  yang  dipersiapkan
disesuaikan  dengan  tahapan  perkembangan  siswa  siswi  sasaran  kegiatan. Hal  ini  agar  materi  yang  disampaikan  selama  kegiatan  dapat  diterima
dengan baik oleh sasaran. Penyampaian materi dilaksanakan dengan metode belajar  dan  bermain.  Sedangkan  untuk  SDM  pendamping  merupakan
mahasiswa aktif jurusan PLS FIP UNY yang mendapatkan izin pengalihan perkuliahan pada hari itu. Jumlah pendamping yang diterjunkan disesuaikan
dengan  jumlah  siswa  siswi  sasaran.  Biasanya  seorang  pendamping diberikan tugas untuk memandu 15-20 orang siswa yang tergabung dalam
1 kelompok. 2
Pelaksanaan Rencana  yang telah disusun selanjutnya diimplementasikan dalam
bentuk pelaksanaan kegiatan. Kegiatan pelaksanaan yang didahului dengan perencanaan  yang  matang  dimaksudkan  untuk  meminimalkan  hambatan
yang  mungkin  ditemui  dan  menemukan  alternatif  solusinya.  Menurut Sujarwo 2013: 38 guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, fasilitator
pendamping  hendaknya  memiliki  kemampuan  untuk  memilih  metode, media,  alat  evaluasi  pembelajaran,  dan  memanfaatkannya  secara  tepat.
Dalam  program  PLS  GL  zoo  ini,  tahapan  pelaksanaan  meliputi  kegiatan- kegiatan sebagai berikut:
31 a
Pengondisian peserta Didahului  dengan  penyambutan  peserta  dan  guru  pendamping.
Selanjutnya  peserta  dikondisikan  dengan  berbaris  sesuai  dengan  kelas atau kelompok masing-masing. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah
perkenalan awal dalam upayanya membentuk kedekatan antara peserta dan pendamping. Kedekatan yang terjalin antar peserta dan pendamping
akan  mempermudah  pendamping  dalam  memberikan  penjelasan  dan arahan selama program PLS GL zoo berlangsung.
b Bina suasana
Kegiatan  bina  suasana  diisi  dengan  perkenalan  pendamping, permainan-permainan  dan  pembacaan  peraturan  selama  program
berlangsung. Menurut Sujarwo 2013: 37 perkenalan menjadi sangat penting  adanya  guna  membangun  hubungan  yang  hangat  antar
fasilitator pemandu dan peserta didik. Permainan yang dilaksanakan dalam  tahap  bina  suasana  ini  berisi  permainan-permainan  kecil  yang
selain  menyenangkan  namun  juga  terdapat  nilai  yang  terkandung didalamnya.  Permainan  yang  dilakukan  biasanya  merupakan
permainan  yang  dapat  melatih  koordinasi  gerak  dan  otak  peserta program.  Agar  suasana  hangat  dapat  terbangun  diantara  peserta  dan
pendamping, permainan juga diiringi lagu dan tanya jawab di dalamnya c
Pojok Kreatif
32 Pojok  kreatif  merupakan  kegiatan  yang  dilaksanakan  untuk
menumbuhkan kreativitas
peserta program.
Pojok kreatif
menggunakan  media  pembelajaran  yang  dapat  menunjang  proses pelaksanaan  kegiatan.  Pojok  kreatif  disesuaikan  dengan  tingkatan
perkembangan peserta sasaran. Pengelompokan usia dan pojok kreatif yang  dilaksanakan  adalah  sebagai  berikut:  kelompok  usia  PAUDTK
hingga sekolah dasar kelas 1-2 menggunakan media mewarnai mahkota gajah; kelompok usia kelas 3-4 sekolah dasar menggunakan gantungan
kunci  satwa  sebagai  pojok  kreatifnya;  dan  kelas  5-6  sekolah  dasar hingga SMP menggunakan tabel pengelompokan binatang yang harus
diisi  sesuai  petunjuk  dan  arahan  pendamping.  Kegiatan  pojok  kreatif ini  merupakan  salah  satu  nilai  tambah  yang  sengaja  diadakan  guna
menunjang kegiatan wisata belajar di KRKB Gembira Loka. d
Tour the zoo Kegiatan ini berisi kepemanduan dan penjelasan mengenai satwa-satwa
yang  ada  di  kebun  binatang.  Dalam  kegiatan  ini  siswa  bebas mengeksplorasi sumber-sumber belajar yang ada disekitarnya. Jika di
dalam kelas, siswa hanya mampu melihat gambar, membayangkan dan berimajinasi tentang bentuk fisik satwa, dalam kegiatan ini siswa dapat
secara  langsung  mengamati  dan  bereksplorasi  secara  mandiri.  Tugas pendamping dalam kegiatan ini adalah sebagai fasilitator dan konsultan
ketika siswa menemukan  masalah dalam eksplorasinya. Selain bentuk fisik  satwa,  dengan  bantuan  guru  dan  pendamping,  siswa  juga  dapat
33 belajar  mengenai  karakteristik  satwa  yang  juga  dapat  digunakan
sebagai sumber belajar siswa. Kegiatan tour the zoo ini menggunakan langkah-langkah  yang  selain  dapat  menambah  wawasan  dan
pengetahuan,  tetapi  juga  menumbuhkan  rasa  cinta  kasih  terhadap sesama dan cinta lingkungan dalam diri peserta program.
3 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan,  mendeskripsikan,  menginterpretasikan,  dan  menyajikan
informasi  tentang  suatu  programyang  digunakan  sebagai  dasar  membuat keputusan  dan  menyusun  program  selanjutnya  Widyoko,  2009:  6.
Sedangkan Sudaryono 2012: 41 menyebutkan bahwa evaluasi kaitannya dengan  sebuah  program  bertujuan  untuk  mengetahui  pencapaian  target
program  dan  digunakan  untuk  menentukan  seberapa  jauh  target  program pengajaran  tercapai.  Tolak  ukur  yang  digunakan  yaitu  tujuan  awal  yang
tertera dalam perencanaan dari penyelenggaraan program itu sendiri. Kesimpulannya,  evaluasi  merupakan  pengumpulan  data  dan  fakta
mengenai pelaksanaan program beserta hambatan-hambatan yang ditemui untuk  dapat  dicarikan  alternatif  solusi  guna  pengembangan  program.
Tingkat  kesesuaian  antara  hasil  evaluasi  dan  tujuan  awal  menentukan berhasil tidaknya sebuah programkegiatan dilaksanakan. Dalam kaitannya
dengan program PLS GL zoo, evaluasi dilaksanakan melalui kegiatan yang disebut recalling. Recalling berisi pengulasan kembali apa-apa yang sudah
34 dialami  dan  dapatkan  oleh  peserta  program  selama  berkeliling  kebun
binatang.  Pengulasan  kembali  dilakukan  dengan  metode  bercerita  dan sharing pengalaman antar peserta program. Dari kegiatan tukar cerita inilah
akan  timbul  budaya  diskusi  dan  saling  menghargai  sejak  anak  usia  dini. Recalling berfungsi untuk mengetahui seberapa banyak peserta memahami
materi yang telah diberikan oleh pemandu selama pelaksanaan progam PLS GL zoo Sujarwo dalam JPPM, 4 1, 2017, 90-100.
Selain itu, evaluasi program secara keseluruhan yang dilaksanakan diakhir  periode  program  juga  turut  diselenggarakan  guna  perbaikan  dan
pengembangan program kearah yang lebih baik lagi. Kegiatan evaluasi ini diikuti  oleh  seluruh  pihak  yang  terlibat  dalam  program  PLS  GL  zoo.
Harapan  dari  adanya  kegiatan  ini  yaitu  seluruh  pihak  dapat  terlibat langsung  dalam  pengembangan  dan  pengambilan  kebijakan  mengenai
program PLS GL zoo kedepannya.
4. Tinajauan tentang Pendidikan Luar Sekolah