134
mampu memanfaatkan secara optimal dari keberadaan energi alternatif yang ada di Indonesia.
Oleh karena itu, strategi kebijakan berusaha melepas Indonesia dari ketergantungan pada minyak bumi. Strategi tesebut ialah dengan cara
mengembangkan sumber energi alternatif untuk menggantikan minyak bumi dalam usaha memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Sehingga pelu adanya
proyeksi dalam mengukur seberapa efesien keterlibatan atau implikasi sumber- sumber energi alternatif terahadap kegiatan sosial ekonomi masyarakat Indonesia
terkhusus bagi sektor rumah tangga, industri dan transportasi.
4.4.1. Gambaran dan implikasi konsumsi energi alternatif di sektor rumah
tangga tehadap sosial ekonomi masyarakat
Selain minyak tanah. Pada saat ini, energi lain yang dikonsumsi oleh rumah tangga adalah untuk keperluan bahan bakar dan pembangkitan energi
listrik. Briket batubara, LPG, gas kota terintegrasi, arang kayu dan kayu bakar diperlukan untuk bahan bakar pengolah makanan ataupun keperluan rumah
tangga lain. Untuk bahan bakar pembangkit energi listrik skala besar diperlukan energi panas gas bumi, batubara dan gas hidrat, sedangkan pembangkitan skala
kecil maupun menengah dimungkinkan untuk pemanfaataan energi matahari, biogas methana, mikrohidro pembangkit tenaga air skala kecil, energi angin,
mapun panas bumi geothermal. Pangsa konsumsi sektor rumah tangga untuk energi alternatif non
minyak ini mencapai kurang lebih 82 dari total energi final yang dikonsumsi
135
oleh rumah tangga. Walaupun demikian, mayoritas penggunaan energi alternatif yang ada, masih didominasi oleh penggunaan jenis energi yang tidak terbarui.
Sehingga penggunaan energi alternatif yang ada sebenarnya belum berpengaruh untuk efisiensi sosial ekonomis secara makro.
Pola konsumsi untuk energi non minyak di sektor rumah tangga lebih terkonsentrasi pada penggunaan kayu bakar. Sementara batu bara yang sudah
diperkenalkan untuk konsumsi rumah tangga pada tahun 1993 ternyata tingkat penggunaan masih sangat kecil. Hingga tahun 2000 hanya memilki tingkat
penggunaan sebesar 0.03. Dilihat dari pertumbuhan pun ada kecenderungan kian menurun. Sama halnya dengan batu bara. konsumsi LPG dan gas kota juga
tingkat penggunaannya masih relatif kecil. Pada tahun 1990. tingkat penggunaan LPG oleh rumah tangga hanya 0.8 . sementara gas kota hanya 0.02. Empat
tahun berturut-turut proporsi penggunaan LPG tidak mengalami perubahan hanya sebesar 0.8 . Hal yang sama terjadi pada proporsi penggunaan gas kota. selama
delapan tahun berturut-turut tetap tidak ada perubahan hanya sebesar 0.02. Beberapa faktor yang menyebabkan pola konsumsi di sektor rumah tangga
lebih terkonsentrasi pada penggunaan minyak tanah dan kayu bakar. yaitu: pertama, faktor harga. Minyak tanah merupakan energi dengan harga relatif lebih
murah dibandingkan dengan energi lain yang digunakan untuk keperluan yang sama. Kedua, faktor pendapatan. Sebagian besar rumah tangga di Indonesia
merupakan kategori kelompok rumah tangga dengan pendapatan rendah dan menengah. Pada kelompok rumah tangga seperti ini. energi bahan bakar yang
terjangkau dan umum digunakan adalah minyak tanah dan kayu bakar. Ketiga,
136
alasan kepraktisan. Keempat, kurangnya sosialisasi pemanfaatan energi non minyak. Program pemanfaatan diversifikasi energi yang dicanangkan oleh
pemerintah ternyata belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Hingga saat ini belum banyak masyarakat tahu briket batubara dan cara menggunakannya
untuk keperluan rumah tangga. Dari keempat kendala tersebut, setidaknya, membuka peluang bagi penggunaan energi alternatif lainnya untuk dicoba
digunakan dalam sektor rumah tangga. Sedangkan keterkaitan penggunaan energi alternatif bagi sektor rumah
tangga terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat secara luas sebenarnya sangat erat. Bagi tiap keluarga misalnya, apabila penggunaan energi alternatif dapat
terlaksana, maka masyarakat tidak akan terpenaruh oleh fluktuasi harga minyak tanah ataupun bahan bakar minyak lain. Sehingga memungkinkan bagi sektor ini
untuk tetap bertahan pada saat terjadi krisis energi sekalipun. Selain itu, dengan terlaksananya penggunaan energi alternatif maka bagi pemerintah akan dapat
mengurangi beban subsidi untuk sektor ini. Maka alokasi anggaran dapat digunakan untuk bidang-bidang lain yang lebih penting seperti pendidikan dan
kesehatan.
4.4.2. Gambaran dan implikasi konsumsi energi alternatif di sektor