6
Suatu prinsip dasar Fisika yang disebut dengan Hukum Pertama Termodinamika menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat
dimusnahkan. Tatkala kita “membangkitkan” atau “menggunakan” energi, sesungguhnya kita hanya mengubah satu bentuk energi menjadi bentuk lainnya.
Dalam proses perubahan itu, sebagian energi selalu berubah menjadi bentuk yang tidak diinginkan, karena itu efisiensi perubahan tidak pernah 100 persen
Walisiewicz, 2003: 7 .
2.2. Pengaruh Sosial – Ekonomi
Dalam kehidupan, seluruh makhluk yang ada di muka bumi ini memerlukan energi. Apalagi manusia sebagai insan yang senantiasa mengkreasikan hidupnya
dalam menghadapi zaman yang selalu berubah keadaannya. Tak dapat dipungkiri, bahwasannya manusia memiliki kehausan yang tak
terpuaskan terhadap energi. Permintaan global terhadap daya telah meningkat 3 kali sejak tahun 1950, hingga mencapai titik di mana kita sekarang menggunakan
energi setara dengan 10.000 juta ton minyak tiap tahun. Menurut Dewan Energi Dunia, pemakaian energi cenderung naik sampai 50 persen pada tahun 2020.
Sebagian besar daya dihasilkan oleh bahan bakar fosil, batu bara, gas, dan terutama minyak yang menjadi sumber tunggal yang paling kritis di planet kita
Walisiewicz, 2003: 6 . Menurut Dewan Energi Dunia, pemakaian energi cenderung naik sampai
dengan 50 persen pada tahun 2020. Sebagian besar daya dihasilkan oleh bahan bakar fosil, batu bara, gas dan terutama minyak yang menjadi sumber tunggal
5
7
yang paling kritis di planet kita. Seiring dengan perkembagan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi tidak akan lagi dihasilkan dari bahan
bakar fosil, melainkan dalam bentuk energi lain. Sekitar 32 persen pengeluaran energi di negara berkembang digunakan
untuk transortasi, 25 persen untuk industri, dan lebih dari 40 persen untuk rumah dan kantor Walisiewicz, 2003: 29 .
Semakin banyaknya alat transportasi yang ada di Indonesia, mengakibatkan kebutuhan energi semakin terus meningkat. Hal ini juga yang
menyebabkan dampak pada persoalan sosial – ekonomi masyarakat Indonesia. Kenaikkan harga bahan bakar minyak akan mempengaruhi perekonomian
di Indonesia. Diantara dampak dari kenaikan tersebut adalah inflasi dan timbulnya kemiskinan ataupun problematika sosial lainnya.
Kenaikan harga BBM secara langsung akan mempengaruhi kenaikan harga-harga barang lain. Karena BBM merupakan bagian dari faktor input.
Dengan menggunakan model ekonomi keseimbangan umum cge LPEM-UI, secara keseluruhan dampak inflasi dari kenaikan BBM Maret 2005 adalah sebesar
0,718 2. Kenaikan BBM bulan Oktober 2005 sebesar 2.8-3.0 . Perhitungan ini tidak memperhitungkan kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor lain
seperti perilaku pengusaha untuk menggeserkan beban kenaikan harga BBM kepada konsumen dengan menaikkan harga produk mereka secara tidak wajar.
Biaya BBM di sektor angkutan darat rata-rata mencapai 13 pada akhir tahun 2001. Setelah kenaikan harga BBM tahun 2002, diperkirakan pengeluaran
8
BBM tidak mencapai 20 dari total biaya produksi. Dengan demikian kenaikan yang wajar dari tiap tarip hanya sebesar 5.8 29x20= 5.8.
Sedangkan dampak kenaikkan terhadap kemiskinan tergantung pada kenaikkan inflasi. Karena inflasi akan mendorong peningkatan garis kemiskinan.
Jika inflasi yang yang ditimbulkan oleh kenaikkan BBM, khususnya inflasi bahan makanan cukup tinggi maka dampak kenaikkan BBM terhadap kemiskinan juga
tinggi. Berdasarkan hasil simulasi data Susenas 2002 menunjukkan bahwa
kenaikan jumlah penduduk miskin akibat kenaikan BBM bulan Maret 2005 asumsi inflasi sebsesar 0.9 adalah sebesar 0.24 dari 16.25 - 1649 dan
jika inflasi yang terjadi semakin besar maka angka kemiskinan juga akan semakin membesar. Berdasarkan kenyataan ini, kemungkinan besar kenaikan BBM Oktber
2005 akan meningkatkan jumlah penduduk miskin sebesar 1 atau sekitar 2 juta orang.
2.3. Potensi Sumber Energi Alternatif