1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lonjakan harga minyak dunia hingga US 70barel terjadi sejak minggu pertama April 2005. Hal ini banyak mempengaruhi aktivitas perekonomian di
berbagai belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia. Kemelut tersebut diperparah dengan maraknya penyelundupan minyak yang merugikan negara hingga 8,8
trilyun rupiah per tahun Setyo Yuli I, 2005: 5. Penerapan UU migas no. 22 tahun 2001 juga dituduh sebagai penyebab menurunnya kemampuan pertamina
dalam menyediakan BBM. Secara langsung, kenaikan harga minyak akan meningkatkan biaya
produksi barang dan jasa serta beban hidup masyarakat yang pada akhirnya akan memperlemah pertumbuhan ekonomi negara. Sebagai dampaknya adalah krisis
nasional, seperti maraknya PHK, menurunnya perdagangan, dan hancurnya industri.
Penderitaan masyarakat akan semakin lengkap jika ternyata pemerintah menaikkan tarif dasar listrik TDL yang dikabarkan mencapai 100 untuk
industri, 83-90 untuk rumah tangga di atas 900 VA dan 10 untuk rumah tangga 450VA Suara Merdeka, 2006: 20 .
Dalam konteks global, permasalahan di atas timbul secara bertautan satu dengan yang lainnya. Ketika BBM naik, maka TDL pun akan naik, dengan alasan
2
naiknya biaya produksi. Jadi, inti permasalahan yang terjadi sekarang terkait dengan masalah energi.
Peran sumberdaya energi sebagai pendorong kesejahteraan masyarakat di Indonesia, menjadi sumber pendorong pembangunan dan industrialisasi serta
berfungsi sebagai sumber devisa. Dengan demikian, peran sumberdaya energi sebagai pendorong kesejahteraan masyarakat diukur dari perannya secara kontinu
sebagai sumber energi dan penghasil devisa. Pembangunan sektor energi dengan tugas utama sebagai alat untuk
menanggulangi kemiskinan tidak hanya diamanatkan oleh KTT Bumi WSSD di satu sisi, di sisi lainnya merupakan hal utama bagi Indonesia karena alasan
pemerataan pembangunan dan memajukan desa-desa sebagai kekuatan baru bagi ekonomi nasional.
Hal yang patut disyukuri oleh Bangsa Indonesia adalah potensi energi yang melimpah dan tersebar seperti mikro hidro, tenaga angin, tenaga surya, dan
biomassa, umumnya berada di pedesaan atau bahkan daerah terpencil, di seluruh kepulauan nusantara. Namun hal tersbut tidak dibarengi dengan kenyataan di
lapangan, keadaan yang terjadi justru sebaliknya, Indonesia dikatakan mengalami krisis energi dengan kondisi sumber energi alternatif yang melimpah.
Pemerintah telah banyak membuat kebijakan-kebijakan dalam mengatasi krisis energi, misalnya melalui gerakan penghematan energi yang dicanangkan
oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono melalui Inpres No.102005, Kebijakan Umum Bidang Energi KUBE tahun 1980 dan Keputusan Mentri Pertambangan
dan Energi No. 996.K43MPE1999 tentang prioritas penggunaan bahan bakar
3
terbaru untuk produksi listrik yang hendak dibeli PLN. Namun, dalam kenyataannya Indonesia dengan segala potensi sumber energi alternatifnya masih
belum bisa keluar dari krisis energi. Hal ini yang membuat penulis berupaya memberikan gambaran obyektif
sekaligus mencari rekomendasi dan solusi alternatif terhadap krisis energi yang sekarang terjadi, baik dari sisi produksi, konsumsi, maupun tentang kebijakan
energi nasional dalam rangka menindak lanjuti salah satu pendorong perekonomian, perindustrian dan kesejahteraan masyarakat.
1.2 Permasalahan