Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
sehingga siswa cenderung mudah bosan. Oleh karena itu banyak siswa yang merasa kesulitan menerima pelajaran PMK. Akibatnya ketika diadakan ulangan
harian banyak siswa yang tidak mencapai nilai ketuntasan sehingga harus mengikuti remedial, yaitu hampir 50 dari jumlah siswa sebanyak 72 siswa.
Upaya pemecahan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa pembelajaran remedial atau perbaikan. Untuk keperluan
pembelajaran remedial perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang dialami
siswa. Suroso, 2010. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan remedial adalah menentukan tujuan, strategi yang berupa metode,
media, materi, waktu dan tempat kemudian terakhir diadakan evaluasi berupa penilaian.
Kegiatan remedial berhubungan dengan proses pencapaian ketuntasan belajar, yaitu harapannya siswa yang mengikuti remedial ketuntasan belajarnya
meningkat yaitu dapat mencapai nilai KKM sebesar 70. Kegiatan remedial di SMK N 3 Wonosari telah dilakukan, yaitu remedial diberikan kepada siswa yang
nilai ulangannya belum mencapai KKM. Guru mata pelajaran PMK tidak langsung memberikan remedial pada siswa yang nilai ulangannya di bawah KKM,
namun guru menambahkan nilai tugas dengan nilai ulangan yang kemudian dirata-rata. Dari nilai rata-rata tersebut akan diketahui, apabila nilai siswa masih di
bawah KKM maka siswa baru akan diberi remedial. Tujuan dilakukannya remedial ini adalah memenuhi hak siswa, yaitu memperbaiki nilai. Apabila nilai
setelah dilakukan remedial telah mencapai KKM maka siswa dinyatakan telah
menguasai standart kompetensi yang ditetapkan, yaitu kompetensi pengolahan makanan Kontinental. Namun pada kenyataannya tujuan dari dilaksanakannya
remedial belum berdampak baik pada semua siswa. Hal tersebut terlihat dari masih banyaknya siswa yang mengikuti remedial disetiap kompetensi dasar yang
diujikan. Pada prakteknya pelaksanaan remedial di tiap-tiap sekolah tidak dapat
dilaksanakan dengan teratur. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah keterbatasan waktu dan tempat yang digunakan untuk melakukan remedial, karena
remedial sebaiknya dilakukan di luar jam pelajaran agar tidak mengganggu pelajaran PMK yang sedang berlangsung. Oleh Karena alasan tersebut banyak
guru yang tidak melakukan remedial secara optimal. Selain itu proses remedial hanya menjadi proses perbaikan nilai yang berpatok pada penilaian kognitif dari
guru. Seharusnya proses penilaian juga dapat melibatkan antar siswa selama mengikuti remedial agar masing-masing siswa dapat menilai hasil belajarnya.
Adanya pelaksanaan program remedial menimbulkan berbagai penafsiran di kalangan siswa, dalam hal ini adalah remedial PMK. Siswa beranggapan bahwa
PMK merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit, terutama oleh siswa kelas X. Siswa kelas X mengutarakan alasannya, yaitu menurut mereka
PMK memuat banyak kosa kata asing sehingga siswa kelas X yang awal mulanya belum mengerti dan mengenal istilah dalam mata pelajaran PMK harus belajar
lebih keras. Oleh karena itu banyak siswa harus mengikuti remedial PMK. Selain itu, pelaksanaan remedial menimbulkan dampak bagi siswa baik negatif maupun
positif, dan juga menimbulkan berbagai persepsi mengenai pelaksanaan remedial
PMK mulai dari tujuan pelaksanaanya, metode dan media yang digunakan, materi yang diajarkan, waktu dan tempat pelaksanaan sampai pada evaluasi yang
dilakukan, yaitu berupa penilaian. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan program
remedial dianggap penting untuk dilakukan karena sebagai proses peningkatan hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM, sehingga siswa yang belum
mencapai KKM mempunyai hak untuk memperbaiki nilainya menjadi lebih baik. Oleh karena itu akan dilakukan penelitian tentang pelaksanaan remedial
pengolahan makanan Kontinenatal di SMK N 3 Wonosari yang dilanjutkan dengan Persepsi Siswa Terhadap Penerapan Program Remedial Pada Mata
Pelajaran Pengolahan Makanan Kontinental Siswa Kelas X Di SMK N 3 Wonosari.