xxiv hakikat hukum adalah sesuatu yang termuat dalam akal budi dan
gagasan tentang kehendak misal :
memerintah, mengarahkan
untuk tujuan tertentu.
Sedangkan hakikat hukum, dijelaskan oleh Thomas Aquinas, sebagai berikut
12
: a
Hukum sebagai aturan dan ukuran berlaku melalui cara mengatur dan mengukur. Jika yang mengatur dan mengukur itu akal budi, maka
hukum itu di dalam akal budi. b
Hukum berlaku melalui hal-hal yang diatur dan diukur. Pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya merupakan perbandingan konsep dari kegiatan
akal budi, yaitu memahami atau menalar. Kegiatan menalar dan memahami dilakukan melalui tiga tahap, yaitu proses akal spekulatif,
pembentukan preposisi dan penyusunan silogisme sebagai pekerjaan
yang harus dikerjakan.
B. Teori Bekerjanya Hukum
Hukum sebagai idealisme memiliki hubungan yang erat dengan konseptualisme keadilan secara abstrak. Apa yang dilakukan oleh hukum
adalah untuk mewujudkan ide dan konsep keadilan yang diterima oleh masyarakatnya ke dalam bentuk yang konkrit, berupa pembagian atau
pengolahan sumber-sumber daya kepada masyarakatnya. Hal demikian itu berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat atau Negara yang
berorientasi kesejahteraan dan kemakmuran. Hakekat dari pengertian hukum sebagai suatu sistem norma, maka sistem hukum itu merupakan
cerminan dari nilai-nilai dan standar elit masyarakat, masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri sesuai dengan kepentingan
kelompok mereka. Pada hakekatnya hukum sebagai suatu sistem, maka untuk dapat
memahaminya perlu penggunaan pendekatan sistem. Berbagai pengertian
12
ibid, hlm.83
xxv hukum sebagai sistem hukum dikemukakan antara lain oleh M. Frideman
dalam bukunya Ismi Warasih bahwa hukum itu merupakan gabungan antara komponen struktur, substansi dan kultur. Komponen struktur yaitu
kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya sistem hukum
tersebut. Komponen substantif yaitu sebagai output dari sistem hukum, berupa peraturan-peraturan, keputusan-keputusan yang digunakan baik
oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur. Komponen kultural yang terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya
hukum kultural hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah
laku seluruh warga masyarakat.
13
. Lawrence Meir Friedman mengemukakan tentang tiga unsure sistem
hukum
Three Elements of Legal sistem
. Ketiga unsur sistem hukum yang mempengaruhi bekerjanya hukum tersebut, yaitu : 1 Struktur Hukum
Legal Structure
, 2 Substansi Hukum
Legal Substantie
dan 3 Kultur Hukum
Legal culture
14
. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang diciptakan oleh sistem
hukum itu dengan berbagai macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya sistem tersebut. Komponen ini dimungkinkan untuk melihat
bagaimana sistem hukum itu memberikan pelayanan terhadap penggarapan bahan-bahan hukum secara teratur.
Komponen substansi adalah aturan, norma dan pola prilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi juga berarti produk yang
dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan, aturan baru yang mereka susun.
Substansi juga mencakup
living law
hukum yang hidup dan bukan hanya aturan yang ada dalam Kitab Undang-undang atau
law in the books
.
13
Esmi Warasih, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, PT. Suryandaru Utama, Semarang, Hlm.30
14
Ahmad Ali, 2001, Menjelajahi Kajian Empiris terhadap Hukum PT.Yasrif Watampone, Jakarta hlm.7-9
xxvi Komponen kultural yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang
mempengaruhi bekerjanya hukum yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara pertauran hukum dengan tingkah laku hukum
seluruh warga masyarakat
15
. Secara singkat menurut Lawrence M. Friedman cara lain untuk
menggambarkan ketiga unsur sistem hukum itu adalah sebagai berikut : a.
Struktur hukum diibaratkan sebagai mesin. b.
Substansi hukum adalah apa yang dikerjakan dan dihasilkan oleh mesin itu.
c. Kultur hukum adalah apa saja atau siapa saja yang memutuskan
bagaimana mesin itu digunakan. Paul dan Diaz mangajukan 5 lima syarat yang harus dipenuhi untuk
mengefektifkan sistem hukum, yaitu : a.
Mudah tidaknya makna aturan-aturan hukum itu untuk ditangkap dan dipahami.
b. Luas tidaknya kalangan di dalam masyarakat yang mengetahui isi
aturan-aturan hukum yang bersangkutan. c.
Efisien dan efektif tidaknya mobilisasi aturan-aturan hukum. d.
Adanya mekanisme penyelesaian sengketa yang tidak hanya mudah dijangkau dan dimasuki oleh setiap warga masyarakat, melainkan juga
harus cukup efektif dalama penyelesaian sengketa-sengketa. e.
Adanya anggapan dan pengakuan yang merata di kalangan warga masyarakat bahwa aturan-aturan dan pranata-pranata hukum itu
memang sesungguhnya berdaya kemampuan yang efektif
16
. Sistem hukum merupakan cerminan dari nilai-nilai dan standar elit
masyarakat, masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri sesuai dengan kepentingan kelompok mereka. Berbicara masalah hukum pada
dasarnya membicarakan fungsi hukum di dalam masyarakat. Karena kebijakan dalam bidang hukum akan berimplikasi kepada masalah politik
15
Esmi Warrasih Op.Cit.hlm.30
16
Ibid hlm. 105-106
xxvii yang sarat dengan diskriminasi terhadap kelompok lain. Untuk memahami
bagaimana fungsi hukum, sedikitnya ada 4 empat bidang pekerjaan yang dilakukan oleh hukum, yaitu :
a. Merumuskan hubungan-hubungan diantara anggota masyarakat dengan
menunjukkan perbuatan-perbuatan apa saja yang dilarang dan yang boleh dilakukan.
b. Mengalokasikan dengan menegaskan siapa saja yang boleh melakukan
kekuasaan atau siapa berikut prosedurnya. c.
Menyelesaikan sengketa yang timbul di dalam masyarakat. d.
Mempertahankan kemampuan adaptasi masyarakat dengan cara mengatur kembali hubungan-hubungan diantara anggota masyarakat
dengan menun jukkan perbuatan-perbuatan apa saja yang dilarang dan yang boleh dilakukan.
Dari empat pekerjaan hukum tersebut, menurut Satjipto Rahardjo secara sosiologis dapat dilihat dari adanya 2 dua fungsi utama hukum. Yaitu :
a.
Social Control
kontrol sosial Sosial kontrol merupakan fungsi hukum yang mempengaruhi warga
masyarakat agar bertingkah laku sejalan dengan apa yang telah digariskan sebagai aturan hukum, termasuk nilai-nilai yang hidup di
dalam masyarakat. Termasuk dalam lingkup kontrol sosial ini adalah : 1
Perbuatan norma-norma hukum, baik yang memberikan peruntukan maupun yang menentukan hubungan antara orang dengan orang.
2 Penyelesaian sengketa di dalam masyarakat.
3 Menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat, yaitu dalam hal
terjadi perubahan-perubahan sosial. b.
Social engineering
rekayasa sosial. Penggunaan hukum secara sadar untuk mencapai suatu tertib hukum
atau keadaan masyarakat sebagaiman diinginkan oleh pembuat hukum. Berbeda dengan fungsi kontrol sosial yang lebih praktis, yaitu untuk
kepentingan waktu sekarang, maka fungsi rekayasa sosial dari hukum
xxviii lebih mengarah pada pembahasan sikap dan perilaku masyarakat
dimasa mendatang sesuai dengan keinginan pembuat undang-undang. Perubahan-perubahan yang dikehendaki itu apabila berhasil pada
akhirnya akan melembaga sebagai pola-pola tingkah laku yang baru dimasyarakat
17
. Robert B Seidman, menyatakan tindakan apapun yang diambil baik
oleh pemegang peran, lembaga-lembaga pelaksana maupun pembuat undang-undang selalu berada dalam lingkup kompleksitas kekuatan-
kekuatan soaial, budaya, ekonomi dan politik, dan hal-hal lain sebagainya. Seluruh kekuatan-kekuatan sosial itu selalu ikut bekerja
dalam setiap upaya untuk memfungsikan peraturan-peraturan yang berlaku menerapkan sanksi-sanksinya, dan dalam seluruh aktivitas
lembaga-lembaga pelaksanaannya
18
. Dengan demikian peranan yang pada akhirnya dijalankan oleh lembaga
dalam pranata hukum itu merupakan hasil dari bekerjanya berbagai factor, Robert B Seidman mencoba untuk menerapkan padangan
tersebut di dalam analisanya mengenai bekerjanya hukum dalam masyarakat yang dilukiskan dalam bagan sebagai berikut :
Bekerjanya kekuatan-kekuatan Personal sosial
Pembuatan Undang- undang Peraturan
Umpan balik Umpan balik
Norma
17
Satjipto Rahardjo, 1986, masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru bandung, hlm. 119- 120.
18
Esmi Warasih, Op.Cit. hlm.11-12
xxix Penegakan Hukum
Pemegang Peranan Peran yang dimainkan
Bekerjanya kekuatan-kekuatan Bekerjanya kekuatan-kekuatan
Personal sosial Personal sosial
Gambar 1 Teori Bekerjanya Hukum
Olehnya bagan itu diuraikan di dalam dalil-dalil sebagai berikut : a.
Setiap penuturan hukum memberitahukan tentang bagaimana seorang pemegang peranan itu diharapkan bertindak.
b. Bagaimana seorang pemegang peranan itu bertindak sebagai suatu
respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan- peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktivitas dan
lembaga-lembaga pelaksana serta keseluruhan komplek kekuatan sosial, politik dan lainnya mengenai dirinya.
c. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai
respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan- peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya,
keseluruhan komplek ketentuan-ketentuan sosial, politik dan lain- lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari
para pemegang peranan. d.
Bagaimana para pembuat undang-undang itu bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-
sanksinya, keseluruhan komplek ketentuan-ketentuan sosial politik, ideologis dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan
balik datang dari para pemegang peranan.serta birokrasi.
19
19
Ibid hlm. 12
xxx Selanjutnya dikatakan bahwa pelaksanaan penegakan hukum atau
keefektifan hukum yang tentunya juga pelaksanaan suatu kebijaksanaan atau suatu komitmen bersangkutan dengan 5 lima faktor pokok yaitu :
a. Faktor hukumnya sendiri
b. Faktor penegak hukum
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
d. Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum berlaku atau
diterapkan. e.
Faktor budaya, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
Kelima faktor tersebut saling berkaitan erat, karena merupakan esensi dari penegakan hukum dan merupkana tolok ukur dari efektivitas penegakan
hukum. Menurut Radbruch, hukum harus mempunyai 3 tiga nilai idealis atau nilai
dasar yang merupakan konsekuensi hukum yang baik, yaitu : a.
Keadilan. b.
Kemanfaatankegunaan . c.
Kepastian hukum.
20
Disamping itu ada 3 tiga dasar berlakunya hukum atau undang-undang yaitu berlaku secara :
filosofis
,
sosiologis
, dan
yuridis
, sehingga nilai idealis atau nilai dan dasar berlakunya hukum atau undang-undang dapat
berlaku sebagai berikut :
Keadilan Filosofis
HUKUM Kegunaan
Sosiologi Kepastian hukum
Yuridis
20
Satjipto Rahardjo, Op.Cit. hlm. 19-20
xxxi Gambar 2
Nilai Identitas dan Dasar Berlakunya
Agar hukum benar-benar dapat mempengaruhi perilaku warga masyarakat, maka hukum tadi harus seluas mungkin sehingga melembaga
dalam masyarakat. Adanya alat-alat komunikasi tertentu, merupakan salah satu syarat bagi penyebaran serta pelembaga hukum. Komunikasi hukum
tersebut dapat dilakukan secara formil yairu melalui suatu tata cara informal yang terorganisasikan dengan resmi. Disamping itu, maka ada
salah satu batas di dalam penggunaan hukum sebagai sarana pengubah dan pengatur perilaku. Ini semua termasuk apa yang dinamakan
difussi
, yaitu penyebaran dari unsur-unsur kebudayaan tertentu di dalam masyarakat
yang bersangkutan. Proses
difussing
tersebut antara lain dapat dipengaruhi oleh :
a. Pengakuan bahwa unsur kebudayaan yang bersangkutan di dalam hal
ini hukum mempunyai kegunaan. b.
Ada tidaknya pengaruh dari unsur-unsur kebudayaan lainnya yang mungkin merupakan pengaruh negatif dan positif.
c. Sebagai suatu unsur yang baru, maka hukum tadi mungkin akan ditolak
oleh masyarakat, karena berlawanan dengan fungsi dan unsur lama. d.
Kedudukan dan peranan dari mereka yang menyebarluaskan hukum, mempengaruhi efektifitas hukum di dalam merubah serta mengatur
perilaku warga masyarakat. Menurut Lon Fuller, ada delapan nilai yang diwujudkan oleh hukum.
Kedelapan nilai tersebut yang dinamakannya dengan prinsip legalitas adalah :
a. Harus ada peraturan-peraturan terlebih dahulu, hal ini berarti bahwa
tidak ada tempat bagi keputusan-keputusan secara
ad-hoc
, atau atau tindakan-tindakan yang bersifat arbiter.
xxxii b.
Peraturan-peraturan itu harus diumumkan secara layak . c.
Peraturan-peraturan itu tidak boleh berlaku surut. d.
Perumusan-perumusan peraturan-peraturan itu harus jelas dan terinci, ia harus dapat dimengerti oleh rakyat.
e. Hukum tidak boleh meminta dijalankannya hal-hal yang tidak mungkin.
f. Diantara sesama peraturan tidak boleh terdapat pertentangan satu sama
lain. g.
Peraturan-peraturan harus tetap, tidak boleh sering diubah-ubah. h.
Harus terdapat kesesuaian antara tindakan-tindakan para pejabat hukum dan peraturan-peraturan yang telah dibuat.
21
Kegagalan untuk mewujudkan salah satu dari nilai-nilai tersebut bukan hanya menyebabkan timbulnya sistem hukum yang jelek, tetapi lebih
daripada itu. Hukum yang demikian itu sama sekali tidak dapat disebut hukum.
C. Prinsip-Prinsip Dalam Ekonomi Syariah.