lix ada ketika akad diadakan, tidak terjadi sedikit-sedikit, sehingga
kematian salah satu pihak tidak membatalkan akad. Dalam hal akad gadai, kematian pihak pemegang gadai tidak
mengakibatkan berakhirnya akad, tetapi dilanjutkan oleh ahli warisnya, guna menjamin hak atas piutang. Apabila yang meninggal
adalah pihak yang berhutang, dan ahli warisnya masih kecil-kecil anak-anak, barang gadai dijual untuk melunasi hutang. Akan
tetapi, apabila ahli warisnya sudah besar-besar dewasa, mereka mengganti kedudukan yang mewariskan, dan berkewajiban untuk
menyelesaikan akad gadai dengan melunasi utang. Dalam akad persekutuan, karena akad itu tidak mengikat
secara pasti kedua belah pihak, kematian salah satu anggotanya mengakibatkan berakhirnya akad. Demikian pula dalam akad
perwakilan. Apabila akad menyangkut hak-hak perorangan, bukan hak-hak
kebendaan, kematian salah satu pihak mengakibatkan berakhirnya akad, seperti perwalian, perwakilan, dan sebagainya. Apabila akad
menyangkut hak-hak kebendaan, terdapat berbagai macam ketentuan, bergantung kepada bentuk dan sifat akad yang diadakan.
Hal ini akan diketahui dalam pembahasan tentang akad-akad tertentu.
E. Karakteristik Pembiayaan Murabahah.
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan atau financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan. 2.
Tujuan Pembiayaan.
lx Secara umum tujuan pembiayaan diadakan menjadi dua kelompok yaitu
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
c. Meningkatkan produktivitas
d. Membuka lapangan kerja baru
e. Terjadi distribusi pendapatan
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk : a.
Upaya memaksimalkan laba b.
Upaya meminimalkan resiko c.
Pandayagunaan sumber ekonomi d.
Penyaluran kelebihan dana Sehubungan dengan aktivitas bank syariah, maka pembiayaan
merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Oleh karena itu tujuan pembiayaan yang dilaksanakan bank syariah adalah untuk
memenuhi kepentingan stakeholder, yakni :
1. Pemilik
Dari sumber pendapatan diatas, para pemilik mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank
tersebut.
2. Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.
3. Masyarakat.
b. Pemilik dana
Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan diperoleh bagi hasil.
c. Debitur yang bersangkutan
lxi Para debitur dengan penyediaan dana baginya. Mereka terbantu
guna menjalankan usahanya sektor produktif atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya pembiayaan
komsumtif d.
Masyarakat umumnya atau konsumen Mereka dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan.
4. Pemerintah
Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbatu dalam pembiayaan pembangunan negara, disamping itu akan diperoleh
pajak berupa pajak penghasilan dan keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan
5. Bank
Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya
agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.
3. Fungsi pembiayaan
Sesuai dengan tujuan pembiayaan sebagaimana diatas, menurut Sinungan 1983 pembiayaan secara umum memiliki fungsi untuk :
a. Meningkatkan daya guna uang
b. Meningkatkan daya guna barang
c. Meningkatkan peredaran uang
d. Menimbulkan kegairahan berusaha
e. Stabilitas ekonomi
f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
4. Jenis-jenis Pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah memiliki banyak jenis pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan pada
dasarnya dapat dikelompokkan menurut aspek, diantaranya : 1.
Pembiayaan menurut tujuan :
lxii Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi :
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan
untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha. b.
Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.
2. Pembiayaan menurut jangka waktu.
Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi : b.
Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun
c. Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai 5 tahun. d.
Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.
Jenis pembiayaan pada bank syariah, akan diwujudkan dalam bentuk aktiva produktif dan aktiva tidak produktif, yaitu :
1. Jenis aktiva produktif pada bank syariah, dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut : a.
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Untuk jenis pembiayaan dengan prinsip ini meliputi :
1 Pembiayaan Mudharabah
2 Pembiayaan Musyarakah
b. Pembiayaan dengan prinsip jual beli piutang. Untuk jenis
pembiayaan dengan prinsip ini meliputi : 1
Pembiayaan Murabahah 2
Pembiayaan Salam 3
Pembiayaan Istishna c.
Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini diklasifikasikan manjadi pembiayaan :
1 Pembiayaan Ijarah
2 Pembiayaan Ijarah Mumtahiya BiltamlikWa Iqtina
lxiii d.
Surat Berharga Syariah e.
Penempatan f.
Penyertaan Modal g.
Penyertaan Modal Sementara h.
Transaksi Rekening Administratif i.
Sertifikat Wadi’ah Bank Indonesia SWBI Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas
pembiayaan adalah berbentuk pinjaman, yang disebut dengan pinjaman Qardh.
5. Pembiayaan Murabahah.
a. Definisi, Rukun dan Syarat serta jenis Murabahah.
1 Definisi Murabahah.
Menurut Fiqh, Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana menjual menyebutkan dengan jelas
barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian barang kepada
pembeli, kemudian
ia mensyaratkan
atasnya labakeuntungan dalam jumlah tertentu.
Ibnu Qudamah
dalam bukunya
Mughni 4280
mendefinisikan Murabahah adalah menjual dengan herga asal ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati
58
. Dalam buku II Bab I pasal 20 KHES disebutkan pengertian
Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahib al mal dengan pihak yang membutuhkan
melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang harga jual terdapat nilai lebih yang
merupakan keuntungan atau laba bagi shahib al mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Menurut
teknis perbankan :
58
Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, ctk. Pertama, UII Press, Yogyakarta,2000, hlm.22
lxiv a.
Murabahah adalah akad jual beli barang sebesar harga pokok barang
ditambah dengan
margin keuntungan
yang disepakati.
b. Berdasarkan akad jual beli tersebut bank membeli barang
yang dipesan oleh dan menjualnya kepada nasabah. Harga jual bank adalah harga beli dari suplier ditambah keuntungan
yang disepakati. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
2 Rukun dan syarat-syarat Murabahah.
Untuk terbentuknya akad pembiayaan murabahah dalam Islam harus lah memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat
murabahah. Menurut mayoritas jumhur ahli-ahli hukum Islam, rukun yang membentuk akad murabahah ada 5 yaitu :
a. Adanya penjual ba’i
b. Adanya pembeli musytari
c. Objek atau barang mabi’ yang diperjual belikan.
d. Harga tsaman nilai jual barang berdasarkan mata uang.
e. Ijab kabul sighatatau formula akad, suatu pernyataan
kehendak oleh masing-masing pihak yang disebut ijab dan kabul.
Rukun adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam suatu transaksi. Adapun yangmenjadi rukun dari murabahah adalah
sebagai berikut :
1. Pihak yang berakad.
a. Cakap hukum
b. Sukarela ridha tidak dalam keadaan dipaksaterpaksa
atau dibawah tekanan.
2. Obyek yang diperjualbelikan
a. Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang
b. Bermanfaat
lxv c.
Penyerahannya dari penjual dan pembeli dapat dilakukan d.
Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad e.
Sesuai dengan spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan diterima pembeli.
3. Akadsighat
a. Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa
berakad. b.
Antara ijab dan qabul serah terima harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang disepakati
c. Tidak
mengandung klausula
yang bersifat
menggantungkan keabsahan transaksi pada halkejadian yang akan datang
d. Tidak membatasi waktu
Sedangkan syarat murabahah adalah : a.
Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah b.
Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan
c. Kontrak harus bebas dari riba
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat
atas barang sesudah pembelian e.
Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian misalnya jika pembelian dilakukan secara
hutang. Jadi disini terlihat adanya unsur keterbukaan transparansi.
Disamping suatu akad perjanjian murabahah harus memenuhi rukun-rukun sebagaimana termaktub diatas, harus
juga memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a.
Pembeli harus mengetahui harga pokok
historical cost
barang yang akan dibeli.
lxvi b.
Jumlah keuntungan
mark up
bank harus diketahui oleh pembeli.
c. Barang yang dibeli jelas kriterianya, ukuran jumlah dan
sifat-sifatnya d.
Barang yang dijual sudah dimiliki oleh penjual e.
Penjual dan pembeli harus ada dalam satu majelis dan harus saling ridha.
f. Penjual dan pembeli mempunyai kekuasaan dan cakap
hukum dalam taransaksi jual beli g.
Sistem pembayaran, kewajiban dan jangka waktunya disepakati bersama.
3 Jenis Murabahah
1.
Murabahah
dapat dilakukan berdasarkan pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian
barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak
mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
cicilan. 2.
Murabahah
tanpa pesanan.
b. Aspek Syariah Murabahah.
Dasar Hukum Murabahah
a. Al-Qur’an.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi Al- Murabahah adalah :
“ Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu
“QS. An-Nisa’ : 29
“ Dan Allah SWT., telah menghalalkan jual beli dan mengharmkan riba”
lxvii
b. “ Sunnah
Hadits-hadits Rasul yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi Al-Murabahah adalah :
“
Dari Rafaah bin Rafie r.a., bahwa Rasulullah SAW., pernah ditanya pekerjaan apakah yang paling mulia, Rasulullah SAW
menjawab : pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur
“ HR. Al Bazar, Imam Hakim mengkatagorikan Shahih.
“
Pedagang yang jujur dan benar berada di surga bersama para Nabi, Shiddiqin dan Syuhada
“Imam Tarmizi berkata hadits ini hasn
Dari Suab ar Rumi ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Tiga perkara di dalamnya terdapat keberkatan 1 Menjual dengan
pembayaran tangguh murabahah, 2. Muqaradhah nama lain dari mudharabah, 3. Mencampurkan tepung dengan gandum
untuk kepentingan rumah bukan untuk diperjual belikan “.
c. Ijma’
Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu
membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu jual beli adalah salah satu jalan untuk
mendapatkannya secara sah. Dengan demikian maka mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Aspek Teknis Murabahah
1. Musyawarah dan Kesepakatan
a. Kesepakatan kedua belah pihak antara bank dan nasabah
sangat diperlukan dalam menentukan keputusan dan akan memperlancar urusan. Masing-masing mempunyai hak dan
kewajiban yang sama, serta bersama menjaga amanah dana masyarakat.
lxviii b.
“ dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
diputuskan dengan musyawarah antar mereka, dan mereka menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada
mereka “ QS. Asy-Syuraa : 38. c.
Dari Abdullah bin Harits dari Hakim Ibnu Hizam berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“ Penjual dan pembeli sama- sama bebas menentukan jual belinya selagi keduanya belum
berpisah, jika keduanya jujur dan terus terang, maka jual beli mereka akan diberkati Allah, tetapi jika saling
mendustai dan curang, maka berkah jual beli mereka itu akan terhapus
“. d.
Rasulullah SAW bersabda : “
Umatku tidak akan sepakat terhadap suatu kesesatan
“. HR. Ahmad bin Hambal, Ibnu Majah dan Ath Thabrani.
2. Jaminan.
a. Jaminan diperlukan untuk memperkecil resiko-resiko yang
merugikan bank dan untuk melihat kemampuan nasabah dalam menanggung pembayaran kembali atas utang yang
diterima dari bank. b.
“Jika kamu dalam perjalanan dan bermu’amalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang
penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan
hendaklah ia bertaqwa kepada Allah, Tuhannya , “ QS. Al Baqarah : 283.
3. Dokumentasi
lxix Dokumentasi
adalah salah
satu syarat
transaksipengikatan antara nasabah dengan bank yang dapat dipergunakan sebagai berikut :
a. “
Hai orang-orang
yang beriman,
apabila kamu
bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dengan benar.
Dan hendaklah
seorang peniulis
di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya
sebagaimana Allah
telah mengajarkannya,
maka hendaklah
ia menulis,
dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa
yang akan ditulis itu dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu lemah akalnya atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakan, maka hendaklah walinya mengimlakan dengan jujur
QS. Al Baqarah : 282. b.
“ Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah yang dipikulnya dan jajinya “
QS. Al Mu’minun : 8 c.
Dari Amir bin Suraid dari ayahnya dari Nabi SAW., beliau bersabda :
“ Memperpanjang menunda-nunda pembayaran hutang atas orang yang mampu adalah kezaliman yang
menghalalkan kehormatannya dan siksanya
“ HR. Imam yang lima kecuali Imam Tarmizi
d. Ketentuan Fatwa tentang Murabahah.
Ketentuan tentang murabahah Fatwa DSN No.04DSN- MUIIV2000
1. Ketentuan umum murabahah yang terdapat dalam bank syariah
a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang
bebas riba. b.
Barang yang diperjualkan tidak diharamkan oleh syariah Islam.
c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualitasnya.
lxx d.
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara berhutang.
f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
pemesan dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebutpihak bank dapat mengadakan perjanjian
khusus dengan nasabah berupa pengikatan jaminan dan atau asuransi.
i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga akad wakalah akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara
prinsip menjadi milik bank.
2. Ketentuan Murabahah kepada nasabah
a. Nasabah mengajukan permohoann dan perjanjian pembelian
suatu barang atau asset kepada bank. b.
Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan
pedagang. c.
Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima membeli-nya sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum
lxxi perjanjian tersebut mengikat, kemudian kedua belah pihak
harus membuat kontrak jual beli. d.
Dalam jual beli bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan
awal pemesanan. e.
Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
3. Jaminan dalam murabahah
a. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan agar nasabah
serius dengan pesanannya. b.
Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
4. Hutang dalam Murabahah
a. Secara prinsip penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi
murabahah tidak ada kaitanya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut.
Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk
menyelesaikan hutangnya pada bank b.
Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi
seluruhnya. c.
Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan hutangnya sesuai dengan
kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran
angsuran atau
meminta kerugian
itu diperhitungkan.
5. Penundaan pembayaran dalam Murabahah
lxxii a.
Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya .
b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja,
atau jika salah sati pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase
Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
6. Bangkrut dalam Murabahah
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia
sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
7. Uang muka Murabahah Fatwa DSN No.13DSN-MUIIX2009
a. Dalam akad penyaluran dana murabahah, Lembaga
Keuangan Syariah LKS dibolehkan utnuk meminta uang muka apabila kedua belah pihak bersepakat.
b. Besar
jumlah uang
muka ditentukan
berdasarkan kesepakatan.
c. Jika nasabaha membatalkan akad murabahah, nasbah harus
memberikan ganti rugi kepada LKS dari uang muka tersebut. d.
Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada nasabah.
e. Jika jumlah uang muka lebih besar dari kerugian, LKS harus
mengembalikan kelebihannya kepada nasabah.
8. Diskon Murabahah F atwa DSN No.16DSN-MUIIX2000
a. Harga tsaman dalam jual beli adalah satu jumlah yang
disepakati oleh kedua belah pihak baik sama nilai qimah benda yang menjadi objek jual beli, lebih tinggi maupun
lebih rendah.
lxxiii b.
Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan
kesepakatan. c.
Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari suplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon,
karena itu diskon adalah hak nasabah. d.
Jika pemberian diskon setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian persetujuan yang
dimuat dalam akad. e.
Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.
9. Sanksi atas nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran
Fatwa DSN No.17DSN-MUIIX2000
a. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang
dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayarannya dengan sengaja.
Nasabah yang tidakbelum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi.
b. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran danatau
tidak mempunyai kemauan dan iktikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi. Sanksi didasarkan pada
prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibanya.
c. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya
ditentukan atas kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan
sebagai dana sosial.
10. Potongan pelunasan dalam murabahah Fatwa DSN
No.23DSN-MUIIII2002
lxxiv a.
Jika nasabah dalam transaksi murabahah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari
waktu yang disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut dengan syarat tidak
diperjanjikan dalam akad. b.
Besarnya potongan diatas diserahkan pertimbangan LKE.
11. Ketentuan ganti rugi Ta’widh
a. Bank dapat mengenakan ganti rugi ta’widh hanya atas
kerugian riil yang dapat diperhitung nasabah yang dengan jelas kepada nasabah yang dengan sengaja atau karena
kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan akan mengakibatkan kerugian pada bank.
b. Besarnya ganti rugi yang dapat diakui sebagai pendapatan
bank adalah sesuai nilai kerugian riil real loss yang berkaitan
dengan upaya
bank untuk
memperoleh pembayaran dari nasabah dan bukan kerugian yang
diperkirakan akan terjadi potential loss karena adanya peluang yang hilang opportunity lossal-fursha al dhai’ah
c. Klausal pengenaan ganti rugi harus ditetapkan secara jelas
dalam akad dan dipahami oleh nasabah. d.
Besarnya ganti rugi atas kerugian riil ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah.
e. Aspek Teknis Perbankan Syariah
1. Implementasi
a. Tujuan Jual Beli
Akad murabahah digunakan oleh bank untuk memfasilitasi nasabah melakukan pembelian dalam rangka
memenuhi kebutuhan akan :
lxxv 1
Barang konsumsi
seperti rumah,
kendaraanalat transportasi, alat-alat rumah tangga dan sejenisnya tidak
termasuk renovasi atau proses membangun 2
Pengadaan barang dagangan 3
Bahan baku dan atau bahan pembantu produksi tidak termasuk proses produksi
4 Barang modal seperti pabrik, mesin dan sejenisnya
5 Barang lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah
dan disetujui bank. b.
Bank 1
Bank diperbolehkan menentukan supplier atas barang yang dibeli oleh nasabah
2 Bank menerbitkan Purchase Order PO dan Celivery
Order DO sesuai kesepakatan dengan nasabah kepada suplier agar barang tersebut dikirimkan kepada nasabah.
3 Bank akan mentransfer uang pembelian barang langsung
kepada penjualsuplier. 4
Proses pengadaan barang murabahah aktiva murabahah harus dilakukan oleh pihak bank.
5 Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip
menjadi milik bank maka terlebih dahulu dibuat akad wakalah.
c. Nasabah
1 Nasabah harus cakap hukum.
2 Mempunyai kemampuan untuk membayar.
d. Harga jual bank
1 Ketentuan harga jual bank ditetapkan pada awal
perjanjian dan tidak boleh berubah selama jangka waktu
lxxvi pembayaran
angsuran, termasuk
jika dilakukan
perpanjangan. 2
Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
3 Apabila nasabah memberikan uang muka urbun, maka
uang muka nasabah tersebut diperlukan sebagai pengurang Hutang Nasabah piutang murabahah.
Namun emikian, akad jual beli yang dibuat antara bank dengan nasabah tetap berpedoman kepada harga jual beli
awal yang telah disepakati. 4
Bank dapat meminta uang muka pembelian kepada nasabah. Dalam murabahah, uang muka harus dibayarkan
oelh nasabah kepada bank, bukan kepada pemasok. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang
murabahah jadi dilaksanakan tidak diperkenankan sebagai
pembayaran angsuran.
Tetapi apabila
murabahah batal, uang muka dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan
kesepakatan, antara lain : a
Potongan uang muka bank oleh pemasok. b
Biaya administrasi c
Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan lainnya.
5 Jangka waktu.
Jangka waktu Murabahah ditentukan oleh kebijakan bank dalam bentuk SK Direksi.
6 Denda kepada nasabah.
Bank berhak mengenakan denda kepada nasabah yang tidak dapat memenuhi kewajiban piutang murubaliah
dengan indikasi antara lain :
lxxvii a.
Adanya unsur kesengajaan yaitu nasabah mempunyai dana tetapi tidak melakukan pembayaran piutang
murabahah, dan b.
Adanya unsur penyalahgunaan dana yaitu nasabah mempunyai dana tetapi digunakan terlebih dahulu
untuk hal lain. c.
Pengenaan dan besarnya denda ditentukan oleh bank dalam bentuk SK Direksi.
d. Pengenaan denda harus dituangkan dalam surat
penawaran offering letter dan akan baiok ta’zir maupun ta’widh.
e. Pengakuan denda dapat berupa ta’zir atau ta’widh.
7 Potongan.
a. Apabila setelah akad transaksi murabahah, pemasok
memberikan potongan harga atas barang yang dibeli oleh bank dan telah dijual kepada nasabah, maka
potongan harga tersebut menjadi hak nasabah. b.
Bank dapat memberi potongan harga muqossah apabila nasabah melakukan pelunasan pembayaran
tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati, dengan syarat tidak diperjanjikan dalam
akad dan besarnya potongan ditetapkan oleh komite penyaluran dana.
8 Komisi.
Dalam hal meminta nasabah menyediakan jaminan ata spiutang murabahah.
9 Jaminan
Bank dapat meminta nasabah menyediakan jaminan atas piutang murabahah.
10 Lain-lain.
lxxviii a.
Nasabah dapat dibebani biaya administrasi dan biaya lainnya, seperti biaya notaris, asuransi, dll.
b. Apabila dikemudian hari nasabah ternyata tidak
mempunyai kemampuan untuk membayar, maka penyelesaiannya diputuskan oleh komite penyaluran
dana.
2. Dokumentasi.
a. Surat Persetujuan Prinsip offering Letter.
b. Akad Jual Beli.
c. Perjanjian Pengikatan Jaminan
d. Surat Permohonan Realisasi Murabahah.
e. Tanda Terima Uang untuk akad Wakalah.
f. Tanda Terima barang yang ditandatangani Nasabah.
F. Penelitian Yang Relevan