xlii tersebut disepakati dan dilanjutkan dengan ikrar, maka terjadilah
aqdu
32
.
a. Unsur-unsur akad.
Sebelum terjadi akad dalam perjanjianperikatan harus terwujud terlebih dahulu adanya beberapa unsur dari perikatan itu
sendiri yang terdiri dari : 1.
Shigat al-aqad yaitu : suatu yang didasarkan dari dua belah pihak yang berakad yang menunjukkan atas apa yang ada dihati
keduanya tentang terjadinya akad. Hal ini dapat diketahui dengan ucapan, isyarat dan tulisan sighat yang biasa disebut
ijab kabul.
2. Akad dengan perbuatan yaitu perbuatan yang menunjukkan
saling meridloi. 3.
Akad dengan isyarat bagi yang tidak agi yang tidak bisa berbicara, bagi yang bisa berbicara tidak diperkenankan
melakukan akad dengan isyarat, melainkan harus dengan lisan, tulisan atau perbuatan.
Lebih rinci Gemala Dewi, juga menguraikan ada tiga unsur yang terkandung dalam akad, yaitu :
1. Pertalian ijab dan dan kabul.
Ijab adalah pernyataan kehendak oleh suatu pihak maujib untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Kabul
adalah pernyataan menerima atau menyetujui kehendak mujib tersebut kepada pihak lain qaabil. Ijab dan kabul ini harus ada
dalam melaksanakan sesuatu perikatan.
2. Dibenarkan oleh syara’.
Akad yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah atau hal-hal yang diatur dalam Al Qurán dan Hadits.
Pelaksanaan akad, tujuan akad, maupun obyek akad, tidak boleh bertentangan dengan syariah. Jika bertentangan mengakibatkan
akad tersebut tidak sah. .
3. Mempunyai akibat hukum terhadap obyeknya.
Akad merupakan salah satu tindakan hukum terhadap obyek hukum tasharuf. Adanya akad menimbulkan akibat hukum
terhadap obyek hukum yang diperjanjikan oleh para pihak dan juga memberikan konsekuensi hak dan kewajiban yang
mengikat para pihak.
32
Abdul Gani Abdullah, dalam Gemala Dewi dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm.48.
xliii Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam rangka
mewujudkan akad, secara detail ada dua syarat yaitu : 1.
Syarat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya dalam segala hal macam akad.
2. syarat khusu yaitu syarat-syarat yang diisyaratkan wujudnya
dalam sebagian akad, tidak dalam sebagian yang lain. Syarat- syarat ini bisa disebut syarat tambahan
idhofiyah
yang harus ada disamping syarat-syarat umum, seperti adanya saksi.
b. Rukun dan Syarat Akad.