commit to user
47 sosial dan budaya kepada peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan
kepada mereka untuk akrab, dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya Mulyasa, 2007 : 272. Dengan demikian dalam kerangka inilah
perlunya dikembangkan kurikulum muatan lokal. Seiring perubahan dan pergantian kebijakan dalam mengatur struktur
kurikulum sehingga muatan-muatan untuk kepentingan peserta didik semakin diperhatikan. Struktur kurikulum SMPMTs memuat 10 mata pejaran, muatan
lokal dan pengembangan diri. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan
potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal
ditentukan oleh satuan pendidikan Mulyasa, 2007 : 52-53. Berikut struktur kurikulum SMPMTs yang mautan lokal termuat
didalamnya :
Tabel 1 : Struktur Kurikulum SMPMTs Mulyasa, 2007 : 54
KOMPONEN KELAS DAN ALOKASI WAKTU
VII VIII
IX A. Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama 2
2 2
2. Pendidikan Kewarganegaraan 2
2 2
3. Bahasa Indonesia 4
4 4
4. Bahasa Inggris 4
4 4
5. Matematika 4
4 4
6. Ilmu Pengetahuan Alam 4
4 4
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4
4 4
8. Seni Budaya 2
2 2
9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
2 2
2 10. KeterampilanTeknologi
Informasi dan Komputer 2
2 2
B. Muatan Lokal 2
2 2
C. Pengembagan Diri 2
2 2
Jumlah 32
32 32
2
: Ekuivalen 2 jam pelajaran
commit to user
48
b. Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan dalam mengembangkan kurikulum muatan lokal adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam undang-undang Sisdiknas juga dikemukakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : Pendidikan
Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olah Raga, Keterampilan Kejuruan
dan Muatan Lokal Mulyasa, 2007 : 25. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu Mulyasa, 2007 : 25-26. Muatan lokal masuk pada ruang lingkup kelompok mata pelajaran,
ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga dan kesehatan. 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Meliputi: standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan
commit to user
49 dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata
pelajaran, yang akan bermuara pada kompetensi dasar Mulyana, 2007 : 27.
c. Tujuan Pengajaran Muatan Lokal
Pelaksanaan kurikulum muatan lokal dimaksudkan terutama untuk mengimbangi kelemahan-kelemahan pengembangan kurikulum sentralisasi,
dan bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya, serta mau dan mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam,
kualitas sosial dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional, maupun pembangunan lokal, sehingga peserta didik tidak terlepas dari akar
sosial budaya lingkungannya. Sedangkan tujuan yang lebih spesifik dari kurikulum muatan lokal adalah :
1. Mengelola lingkungan alam secara bertanggung jawab, melestarikan nilai- nilai dan mengembangkan kebudayaan daerah serta meningkatkan mutu
pendidikan dan jatidiri manusia Indonesia dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap senang bekerja, bergaul, serta ketertiban dalam upaya meningkatkan mutu kehidupan sebagai pribadi
anggota masyarakat dan warga negara Indonesia yang bertanggung jawab Depdikbud, 1994.
Suharsimi Arikunto 1998 dalam Nandi Warnandi tt : 6-7, mengemukakan tujuan pengajaran muatan lokal secara khusus lagi, yaitu
sebagai berikut :
commit to user
50 1. Lebih mengenal kondisi alam lingkungan sosial dan lingkungan budaya
yang terdapat di daerahnya. 2. Dapat menerapkan kemampuan dan keterampilan yang dipelajarinya untuk
memecahkan masalah yang ditemukan di sekitarnya. Lebih lanjut dikemukakan Mulyasa 2007 : 274, bahwa secara khusus
pengajaran muatan lokal bertujuan agar peserta didik : 1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial dan
budayanya. 2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan- aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dengan
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Pemahaman terhadap tujuan dan konsep muatan lokal pada hakekatnya untuk menjembatani antara peserta didik dengan lingkungannya. Melalui
tujuan-tujuan di atas diharapkan dapat membentuk perilaku peserta didik, agar mereka memiliki wawasan yang luas dan mantap tentang keadaan lingkungan
dan kebudayaan masyarakat. Sehingga nantinya peserta didik mampu mengembangkan serta melestarikan sumber daya alam
commit to user
51
d. Ruang Lingkup
Ruang lingkup muatan lokal dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah sebagai berikut :
1. Jenis Muatan Lokal Muatan lokal dapat berupa bahasa daerah, kesenian daeah, keterampilan,
adat istiadat pendidikan budi pekerti, kerajinan daerah, pengetahuan tentang ciri khas lingkungan alam sekitar, dan sejarah lokal yang
berhubungan dengan daerah tersebut Mulyasa, 2007 : 276. Dalam hubungannya dengan jenis muatan lokal, maka penelitian ini akan mengkaji
materi sejarah yang di munculkan dalam buku teks muatan lokal pendidikan multikultural.
2. Lingkup Sekolah Muatan lokal berlaku pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik
pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan maupun pendidikan khusus. 3. Lingkup Wilayah Berlakunya Muatan Lokal
a. Pada seluruh kabupaten atau kota dalam propinsi, khususnya di SMAMA, dan SMK
b. Hanya pada satu kabupaten atau kota, atau beberapa kabupaten atau kota madya tertentu dalam suatu propinsi yang memiliki karakter sama.
c. Pada seluruh atau beberapa kecamatan dalam suatu kabupaten atau kota yang memiliki karakter sama.
Sekolah-sekolah di wilayah yang mempunyai beberapa muatan lokal dapat memilih dan melaksanakan muatan lokal sesuai dengan
commit to user
52 karakter peserta didik, kondisi masyarakat, kemampuan dan kondisi
sekolah serta daerah yang bersangkutan.
e. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
Setiap daerah memiliki berbagai pilihan mata pelajaran muatan lokal, sehubungan dengan itu dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahap yang
dilalui, yaitu : 1. Persiapan
Menentukan mata pelajaran muatan lokal untuk setiap tingkat kelas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi sekolah, dan kesiapan
guru yang akan mengajar. Guru muatan lokal sebaiknya guru yang ada di sekolah, tetapi bisa menggunakan nara sumber yang lebih tepat dan
professional. Kegiatan tersebut bisa dikoordinir oleh kepala sekolah atau wakil kepala sekolah bidang akademis bekerja sama dengan komite
sekolah. Sumber dana untuk pembelajaran muatan lokal dapat menggunakan dana BOS Bantuan Oprasional Sekolah, tetapi bisa
mencari sponsor. Bagi SMK dan SMA mungkin dapat menjual produk pembelajaran muatan lokal ke masyarakat, misalnya hasil keterampilan
membuat wayang golek dari kayu, membuat nimiatur dari budaya daerahnya masing-masing. Sumber belajar muatan lokal dapat
menggunakan bahan-bahan yang sudah ada, atau merancang sendiri sesuai dengan keperluan. Informasi tentang sumber belajar dapat diperoleh di
kantor kecamatan, kelurahan dan kantor desa. Informasi tersebut bisa juga
commit to user
53 ditanyakan kepada tokoh masyarakat nonformal, masyarakat dunia usaha,
industri, dan lembaga swadaya masyarakat Mulyasa, 2007 : 280-281. 2. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran muatan lokal hampir sama dengan mata pelajaran lain, yang dalam garis besarnya adalah mengkaji silabus,
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan mempersiapkan penilaian.
3. Tindak Lanjut Tindak lanjut erat kaitannya dengan hasil penilaian terhadap pelaksanaan
pembelajaran. Bentuknya bisa berupa perbaikan terhadap proses pembelajaran, tetapi juga bisa merupakan upaya untuk mengembangkan
lebih lanjut hasil pembelajaran, misalnya dengan membentuk kelompok belajar dan group kesenian. Tindak lanjut bisa juga dengan melakukan
kerjasama dengan masyarakat, misalnya untuk memasarkann hasil produk pembelajaran muatan lokal. Dengan demikian, melalui
pembelajaran muatan lokal ini, diharapkan melahirkan lulusan yang kreatif dan produktif serta siap untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, bangsa dan negara Mulyasa, 2007 : 281-282.
4. Pendidikan Multikultur
Memperbincangkan pemikiran pendidikan selalu menarik perhatian bagi semua kalangan, utamanya para stakeholders pedidikan. Sebab, tema dan
pendekatan yang dilakukan sangat beragam. Salah satunya adalah pendidikan dan
commit to user
54 multikultur, yang melahirkan konsep pendidikan multikultur, pada saat ini
digunakan dan diterapkan di dalam sistem pendidikan .
Pendidikan adalah suatu usaha sadar manusia mempersiapkan generasi mudanya. Dalam mempersiapkan generasi muda tersebut, pendidikan harus mulai
dari apa yang sudah dimilikinya dan apa yang sudah diketahuinya. Apa yang sudah dimilikinya dan sudah diketahuinya itu adalah apa yang terdapat pada
lingkungan terdekat peserta didik terutama pada lingkungan budayanya. Prinsip ini berkenaan dengan cara bagaimana peserta didik belajar Hamid Hasan, tt : 1
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan terdekat peserta didik akan selalu berpengaruh terhadap kehidupan peserta didik. Pengaruh ini terkadang
positif tetapi tidak jarang pula bersifat negatif. Sebagai upaya sadar, pendidikan haruslah memperkuat dan mengembangkan pengaruh positif dan mengurangi
pengaruh negatif tersebut. Pengaruh positif diarahkan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai-nilai budaya masyarakat dan bangsa untuk menjadi suatu
kepribadian baru peserta didik Hamid Hasan, tt : 1. Dalam bahasa Undang- Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Secara etimologi, multikultur dibentuk dari kata multi banyak, kultur
budaya. Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaan masing-masing
yang unik. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa
commit to user
55 bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya. Pengingkaran suatu
masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui politics of recognition merupakan akar dari segala ketimpangan dalam berbagai bidang kehidupan Choirul Mahfud,
2009 : 73. Sebagai sebuah wacana baru, pengertian pendidikan multikultur
sesungguhnya hingga saat ini belum begitu jelas dan masih diperdebabtkan oleh pakar pendidikan. Ketika memaknai multikultur sebagai arti harfiahnya saja maka
pengertiannya masih sangat sederhana. Namun demikian dapat disepakati bahwa multikultur merupakan sebuah artikulasi dari keanekaragaman budaya sebuah
komunitas dan dapat diterima keberadaannya di komunitas lain. Multikultur dan multi etnis merupakan kesatuan konsep keanekaragaman
dalam suatu daerah atau wilayah yang didomisili oleh berbagai macam jenis masyarakat. Maka konsep multikultur merupakan keanekaragaman hidup
masyarakat yang disatukan menjadi multikultural. Dengan demikian multikultural adalah keanekaragaman budaya, masyarakat yang hidup secara berdampingan
dalam perbedaan tanpa ada prasangka dan menjunjung tinggi arti kesejajaran kebudayaan masing-masing masyarakat.
Sedangkan multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada kebudayaan yang tinggi, dan tidak ada kebudayaan yang rendah di antara keragaman budaya
tersebut. Semua kebudayaan pada prinsipnya sama-sama ada. Oleh karena itu, harus diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi.
Asas itu pulalah yang diambil oleh Indonesia, yang kemudian dirumuskan dalam semboyan bhineka tunggal ika. Pernyataan tersebut mengandung makna
commit to user
56 meskipun berbeda-beda tetapi ada keinginan untuk tetap menjadi satu Anwar
Efendi, 2008 : 1 Menurut Supardi Suparlan dalam jurnal antropologi ke-3 di Bali tahun
2002 menyatakan bahwa konsep multikulturalisme tidaklah dapat disamakan dengan konsep keanekaragaman secara suku bangsa atau kebudayaan suku bangsa
yang menjadi ciri masyarakat majemuk, karena multikulturalisme menekankan keanekaragaman
kebudayaan dalam
kesederajatan. Ulasan mengenai
multikulturalisme akan mengulas berbagai permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum,
kesempatan kerja dan berusaha, Hak Asasi Manusia, hak budaya komuniti dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan tingkat serta mutu
produktivitas. Parekh
dalam Chairul
Mahfud 2009
: 93-94
menjelaskan, multikulturalisme dibedakan lima macam. Pertama, multikulturalisme isolasionis,
masyarakat dalam kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan berinteraksi yang hanya satu sama lain. Kedua, multikulturalisme akomodatif,
masyarakat kultural yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi bagi kebutuhan kaum minoritas.
Ketiga, multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok- kelompok kultural utama berusaha mewujudkan kesetaraan equality dengan
budaya dominan dan mengangankan kehidupan otonom dalam rangka politik yang secara kolektif dapat diterima. Keempat, multikulturalisme kritikal interaktif,
masyarakat plural dimana kelompok-kelompok tidak terlalu peduli dengan
commit to user
57 kehidupan kultural otonom, tetapi lebih menuntut penciptaan kultur kolektif yang
mencerminkan perspektif distingtif mereka. Kelima, multikultural kosmopolitan, paham yang berusaha menghapuskan
batas-batas kultur sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat yang setiap individunya tidak terikat kepada budaya tertentu. Individu bebas terlibat dalam
eksperimen interkultur dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultur masing- masing tanpa ada perpecahan.
Multikulturalisme bukan hanya sebuah wacana tetapi sebuah ideologi yang harus diperjuangkan, karena dibutuhkan sebagai landasan bagi tegaknya
demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Multikulturalisme bukan sebuah ideologi yang berdiri sendiri terpisah dari
ideologi-ideologi lainnya. Multikulturalisme adalah konsep yang menjelaskan dua perbedaan dengan
makna yang saling berkaitan. Multikulturalisme sebagai kondisi kemajemukan kebudayaan atau pluralisme budaya dari suatu masyarakat Alo Liliweri, 2005 :
68. Multikulturalisme sebagai sebuah ideologi, gagasan bertukar pengetahuan dan keyakinan yang dilakukan melalui pertukaran kebudayaan atau perilaku
budaya setiap hari. dalam Yani Kusmarni 2010 : 3 mengemukakan bahwa
pendidikan multikultural adalah proses penanaman cara hidup menghormati, tulus dan toleran terhadap keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat
plural. Paul Suparno yang juga dikutip Yani Kusmarni mengatakan bahwa
commit to user
58 pendidikan multikultural membantu peserta didik untuk mengerti, menerima dan
menghargai orang dari suku, budaya dan nilai yang berbeda. Pendapat yang lebih lengkap tentang pendidikan multikultural
dikemukakan oleh Ainul Yaqin bahwa pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara
menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada peserta didik, seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur
agar proses belajar menjadi efektif dan mudah. Pendidikan multikultural juga untuk melatih dan membangun karakter siswa agar mampu bersikap demokratis,
humanis dan pluralis dalam lingkungan mereka Ainul Yaqin, 2005 : 25. Dengan kata lain, melalui pendidikan multikultural peserta didik
diharapkan dapat dengan mudah memahami, menguasai, memiliki kompetensi yang baik, bersikap dan menerapkan nilai-nilai demokratis, humanisme dan
pluralisme di sekolah dan di luar sekolah. Oleh karena itu tujuan pokok dari pendidikan multikultural adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip keadilan,
demokrasi dan sekaligus humanisme. Pendidikan di alam demokrasi seperti Indonesia harus berorientasi pada kepentingan bangsa yang berlatar belakang
multi-etnik, multi-religion, multi-language dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa penyelenggara pendidikan harus memperhatikan ragam kondisi bangsa yang
heterogen Yani Kusmarni, 2010 : 4. Wacana pendidikan multikultural sangat penting sebagai salah satu agenda
pendidikan masa depan di Indonesia, terutama dalam mengembangkan manusia Indonesia yang cerdas. Manusia cerdas tidak hanya cerdik dan berkemampuan
commit to user
59 untuk menguasai ilmu pengetahuan dan menyelesaikan masalah, tetapi juga
bermoral, bersikap demokrasi, keadilan dan humanis. Dengan kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan tanpa mempedulikan
perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Oleh karena itu sebagai upaya mewujudkan prinsip demokrasi, keadilan dan humanisme dalam pendidikan
multikultural di Indonesia perlu diperhatikan, Pertama, perbedaan agama di Indonesia, yang merupakan fakta keragaman di negeri ini; Kedua, multi-etnis dan
corak bahasa yang dimiliki oleh tiap-tiap suku bangsa. Keragaman ini dapat menjadi pemicu konflik dalam konteks nasional jika tidak terakomodir dengan
baik. Untuk itu peran pendidikan multikultural sangat menentukan untuk meredam konflik antar etnis; Ketiga, perbedaan jenis kelamin dan gender serta
status sosial. Pendidikan multikultural dapat mengakomodir perbedaan jenis kelamin dan latar belakang sosial; Keempat, perbedaan kemampuan yang dimiliki
oleh orang, baik dilihat secara fisik dan non-fisik Yani Kusmarni, 2010 : 4-5 Sementara itu, Sleeter dan Grant, menjelaskan bahwa pendidikan
multikultural memiliki empat makna model, yakni, 1 pengajaran tentang keragaman budaya sebuah pendekatan asimilasi kultural, 2 pengajaran tentang
berbagai pendekatan dalam tata hubungan sosial, 3 pengajaran untuk memajukan pluralisme tanpa membedakan strata sosial dalam masyarakat, dan 4
pengajaran tentang refleksi keragaman untuk meningkatkan pluralisme dan kesamaan Sada, Clarry. 2004 : 85.
Pendidikan multikultural biasa diartikan sebagai pendidikan keragaman budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan yang
commit to user
60 menawarkan ragam model untuk keragaman budaya dalam masyarakat, dan
terkadang juga diartikan sebagai pendidikan untuk membina sikap siswa agar menghargai keragaman budaya masyarakat Kamanto Sunarto, 2004 : 47
Anita Lie 2001 menyatakan bahwa pendidikan mutikultural dalam era global di Indonesia menghadapi tiga tantangan mendasar; Pertama, fenomena
hegemonisasi yang terjadi dalam dunia pendidikan akibat tarik ulur antara keunggulan dan keterjangkauan. Peserta didik tersegregasi pemisahan dalam
sekolah-sekolah sesuai latar belakang sosio-ekonomi, agama dan etnisitas; Kedua, kurikulum yang masih berdasarkan gender, status sosial-ekonomi, kultur lokal dan
geografi. Hal ini menunjukkan ketidakseimbangan dan bias yang membatasi kesadaran multikultural peserta didik; Ketiga, guru, kelayakan dan kompetensi
guru di Indonesia pada umumnya masih di bawah standar apalagi untuk mengelola pembelajaran multikulturalime.
Pendidikan multikultural merupakan strategi yang memanfaatkan keragaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu
kekuatan untuk membentuk sikap multikultural, pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang
luas. Terjadinya anarkisme yang dikaitan dengan tuntutan pengakuan terhadap identitas etnis disebabkan oleh tidak adanya kesadaran untuk memahami budaya
lain dan kebudayaan yang tumbuh dalam sebuah komunitas dipandang sebagai kemutlakan yang harus diakui dan diagungkan. Sikap berlebihan itu kemudian
memberikan peluang berupa gesekan-gesekan yang terjadi antarbudaya akan terjebak pada sikap fanatik, eksklusif yang berdampak pada perpecahan.
commit to user
61 Pendidikan multikultural dalam kurikulum harus dapat mengakomodasi
perbedaan kultur peserta didik, memanfaatkan kebudayaan itu sebagai sumber konten dan memanfaatkannya sebagai titik berangkat untuk pengembangan
kebudayaan itu sendiri, pemahaman terhadap kebudayaan orang lain, toleransi, membangkitkan semangat kebangsaan anak didik berdasarkan bhineka tunggal
ika, mengembangkan pribadi etis, dan dapat memanfaatkan kebudayaan pribadi anak didik sebagai bagian dari entry behavior anak didik sehingga dapat
menciptakan kesempatan yang sama untuk berprestasi. Dengan pendekatan pendidikan multikultural dalam pengembangan
kurikulum sebagai suatu prinsip yang menggunakan keberagaman kebudayaan peserta didik dalam mengembangkan filosofi, misi, tujuan dan komponen
kurikulum serta lingkungan belajar sehingga anak didik dapat menggunakan kebudayaan pribadinya untuk memahami dan mengembangkan berbagai
wawasan, konsep, keterampilan, nilai, sikap dan moral yang diharapkan Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, 2010 : 197-198.
Pendidikan multikultural Multicultural Education merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan
persamaan hak bagi setiap kelompok. Pendidikan multikultural mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti gender, etnic, ras,
budaya, strata sosial dan agama Choirul Mahfud, 2009 : 177. Sejalan dengan pemikiran di atas, bahwa secara sederhana pendidikan multikultural sebagai
pendidikan tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografis dan kultur lingkungan masyarakat.
commit to user
62 Multikultur dan multi etnis adalah kenyataan yang ada di Indonesia, hal itu
dipandang sebagai kekayaan budaya dan kekuatan bangsa. Sebagian besar rakyat Indonesia juga sudah lama dan biasa hidup dalam lingkungan heterogen.
Multikultural tidak akan mengganggu keutuhan negara karena rakyat Indonesia sudah menyadari bahwa kerukunan dalam komunitas lebih menyenangkan dalam
kerjasama Oesman Arif, 2011 : 5. Dari beberapa penjelasan teori di atas dapat ditarik kesimpulan yang
menjadi satu
kesatuan makna
dan pemahaman
tentang multikultur,
keanekaragaman yang
diartikulasikan menjadi
multikultural dan
multikulturalisme yang diartikan sebagai kesejajaran. Sehingga dapat digeneralisasikan bahwa pendidikan multikultur adalah keberagaman budaya yang
hidup dalam perbedaan namun menjunjung tinggi asas kesejajaran dan kesederajatan. Semua kebudayaan mempunyai kearifan tradisional yang berbeda
dan tidak dapat dinilai sebagai positif-negatif dan tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang kebudayaan yang lain karena baik-buruknya setiap kebudayaan
mempunyai volume yang berbeda-beda. Dalam buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat,
menekankan pada pendidikan tentang beranekaragaman budaya, khususnya yang ada dan hidup di masyarakat Kalimantan Barat. Lebih khusus untuk
memperkenalkan kembali budaya etnis Dayak, Melayu, Tionghoa dan Madura. Pendidikan multikultur adalah sebagai pendidikan mengenai keanekaragaman
budaya yang dimaksudkan untuk menciptakan rasa damai, menghargai, menghormati dan menerima keanekaragaman budaya yang lain.
commit to user
63
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian lain yang relevan dengan judul dan pembahasan ini yaitu sebagai berukut:
Buku Paket Sejarah SMU Sebagai Media Proses Belajar Mengajar Bagi Guru Dan
Siswa , menyimpulkan bahwa buku paket Sejarah Nasional Indonesia mempunyai relevansi dengan kurikulum SMU 1994 walaupun ada pokok bahasan yang belum
termuat. Buku paket ini juga belum dapat dimanfaatkan secara optimal dalam PBM sejarah karena banyaknya buku paket lain yang beredar dan muncul
tanggapan posistif dan negatif terhadap buku paket tersebut. Buku Teks
Sejarah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP Sebagai Media Proses Belajar Mengajar Bagi Siswa Dan Guru
disusun dengan memperhatikan beberapa aspek dan indikator yang telah dibakukan, maka sangat mungkin merupakan buku teks yang bermutu. Dengan
buku teks sejarah yang baik dan bermutu disertai dengan tingkat keterbacaan yang tinggi maka dapat digunakan sebagai media oleh guru sebagai alat bantu belajar
mengajar yang dapat dikombinasikan dengan pelajaran yang lain.
C. Kerangka Pikir
Kurikulum muatan lokal dibuat untuk mengembangkan potensi daerah dan isi, materi diserahkan kepada daerah sesuai dengan kebutuhan sekolah. Tujuan
kurikulum muatan lokal adalah untuk mengelola, melestarikan lingkungan dan
commit to user
64 menumbuhkembangkan kebudayaan daerah. Materi muatan lokal dapat berupa
bahasa daerah, kesenian, sejarah, budaya, adat tradisi, keterampilan dan kegiatan yang sesuai dengan kemapuan sekolah sehingga sekolah otonom memilih materi.
Kalimantan Barat yang merupakan daerah multietnis dan budaya berpotensi untuk mengembangkan daerahnya melalui muatan lokal pendidikan
multikultur. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut maka dibuatlah buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat untuk SMPMTs.
Mengingat Kalimantan Barat memiliki multikultur dan etnis sehingga buku teks tersebut disusun berdasarkan etnis, kultur, adat istiadat yang bertujuan untuk
rekonsiliasi konflik dan pengenalan kembali budaya lokal Kalimantan Barat. Agar buku teks mautan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat dapat
memenuhi kebutuhan dan tujuan pembuatannya, maka materi yang disajikan mencakup kebudayaan etnis Dayak, Melayu, Tionghoa dan Madura serta sejarah
lokal Kalimantan Barat. Kerangka pikir tercermin secara skematis di bawah ini:
Kurikulum Muatan Lokal
Mata Pelajaran Muatan Lokal
Pendidikan Multikultur Kalimantan Barat
Tujuan :
Rekonsiliasi konflik Pengenalan budaya
lokal
Buku Teks
Penyajian Materi
Etnis Dayak,Melayu,Tionghoa dan Madura.
Kebudayaan tiap etnis
Materi Sejarah
Sejarah lokal Kalbar Sejarah Kebudayaan etnis
Skema 1 : Kerangka Pikir
commit to user
65
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Pontianak dan Pahauman, Propinsi
Kalimantan Barat. 2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan melalui tahapan persiapan yaitu melakukan observasi lokasi dan mencari informasi mengenai keberadaan informan, yang
mulai dilakukan pada bulan Maret 2010. Pada waktu yang bersamaan peneliti sudah mempersiapkan proposal dari hasil bimbingan selama bulan Maret
sampai Juni 2010. Proposal yang bertujuan untuk mengurus surat ijin penelitian di Sekretariat Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta pada
bulan Juni hingga Juli 2010. Surat ijin penelitian berguna untuk memperoleh ijin penelitian di tempat peneliti mencari informasi yaitu tim penyusun buku
teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat yang terdiri dari ketua ANPRI, guru-guru mata pelajaran muatan lokal, wakil kepala sekolah
bidang kurikulum dan siswa. Pengumpulan data dimulai pada bulan Agustus hingga Nopember 2010. Setelah mendapatkan data peneliti melakukan analisis
data dengan bimbingan oleh dosen pembimbing. Bersamaan dengan pembimbingan, peneliti melakukan proses penulisan laporan hingga tesis ini