Penyajian Materi Dalam Buku Teks Muatan Lokal Pendidikan

commit to user 103 Muatan Lokal Pendidikan Multikultur Kalimantan Barat, untuk kelas VII SMPMTs.

b. Penyajian Materi Dalam Buku Teks Muatan Lokal Pendidikan

Multikultur Kalimantan Barat. Buku teks muatan lokal pendidikan multikultur memuat materi- materi dari penduduk yang merupakan etnis terbesar di Kalimantan Barat, yaitu etnis Dayak, Melayu, Tionghoa dan Madura. Pada bagian awal buku teks menampilkan silabus dengan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD yang memaparkan konsep dasar dan arti penting pendidikan multikultur, mengenal dan memahami kondisi bahwa Kalimantan Barat sebagai wilayah yang multikultural serta menjadikan materi sebagai sumber guna memajukan Kalimantan Barat. Penyajian materi harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, maka untuk mengkaji materi dalam buku teks muatan lokal menggunakan buku pedoman instrumen penilaian buku teks yang meliputi komponen kelayakan isi, komponen kebahsaan dan komponen penyajian. 1. Komponen Kelayakan Isi Cakupan materi yang menjelaskan secara mendalam dan memuat pengetahuan serta keleluasaan materi. Buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat sudah memuat materi-materi secara mendalam namun belum semua cakupan termuat dalam buku tersebut karena materi hanya berpusat pada materi mengenai kebudayaan yang berasal dari etnis Dayak, Melayu, Tionghoa dan commit to user 104 Madura. Ketepatan fakta yang disajikan sebagian sudah memaparkan kenyataan empiris dan mudah ditemukan, seperti dalam masyarakat Dayak ada Gawai Dayak yang dijelaskan pada bab 4 halaman 65 sampai 70. Hal ini menarik untuk dipelajari peserta didik dan pesta Gawai Dayak biasa disebut pesta panen padi mudah dijumpai karena sering dilaksanakan dalam event tertentu dan dipentaskan sehingga materi yang ada dalam buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat memuat kejadian yang mutakhir dan aktual. Selain itu dalam komponen penyajian juga harus memperhatikan wawasan produktivitas yang bertujuan untuk menumbuh semangat inovasi, kreativitas dengan menghasilkan karya-karya baru. Hal ini nampak ketika dalam proses pelaksanaan pembelajaran muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat di kelas yang menugaskan siswa untuk mengaplikasikan materi yang telah dipelajari baik secara individu maupun kelompok. Selain tugas yang dibuat oleh guru muatan lokal, dalam buku teks juga ada tugas-tugas yang terdapat disetiap akhir pokok bahasan. 2. Komponen Kebahasaan Buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat penulisannya menggunakan bahasa Indonesia dan ada beberapa ditemukan bahasa Inggris seperti dalam menjelaskan pengertian multikulturalisme yang terdapat pada bab satu halaman 7. Kalimat yang terlalu berbelit-belit semakin nampak ketika akan menjelaskan commit to user 105 pendidikan multikultur sehingga bagi pembaca pesan tersebut yang ingin disampaikan menjadi sulit untuk dipahami. Hal serupa juga diungkap oleh Siti Syarifah wawancara, 20 Agustus 2010. Tergambar dalam setiap bab untuk menjelaskan materi tertentu, seperti pada bab pertama menjelaskan pendidikan multikultur yang dimulai dari latar belakang terbentuknya pendidikan multikultur hingga pengertian secara rinci. Kemudian pada bab dua halaman 17 menjelaskan tentang mengenal multikultur di Kalimantan Barat yang isi materinya memaparkan gambaran etnis Dayak dengan kebudayaannya, Melayu, Tionghoa dan Madura dengan bahasa Indonesia serta istilah daerahnya masing-masing. Seperti pada halaman 27 untuk menjelaskan gambaran etnis Dayak dalam keterbukaan dengan bahasa Dayak apalagi manusia, anjing pun diberi makan. Hal ini menunjukan ada keutuhan makna dalam bab, subbab dan alenia yang mencerminkan kesatuan tema dan pokok pikiran. 3. Komponen Penyajian a. Teknik Penyajian Dalam teknik penyajian yang paling utama adalah sistematika sajian tiap bab harus utuh atau lengkap. Buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat, pada setiap bab diawali dengan pendahuluan sebagai pengantar untuk menjelaskan materi pokok. Masing-masing bab yang diawali commit to user 106 pendahuluan selalu menyampaikan keistimewaan dari setiap etnis dan keberagaman budaya Kalimantan Barat, misalnya pada bab tiga yang membahas mengenai interaksi masyarakat multietnis di Kalimantan Barat. Isi materi dalam setiap pembahasan ada menampilkan gambar dan pada akhir bab termuat simpulan yang berupa nilai-nilai perdamaian serta tugas perorangan maupun kelompok. Kelogisan sajian materi merupakan penyajian yang sesuai dengan alur pikir deduktif atau induktif. Pada buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat, dalam bab pertama tercermin pola pikir deduktif yang membahas mengenai pendidikan multikultur. Dari penjelasan tersebut siswa diarahkan untuk mengetahui latar belakang lahirnya multikultur, pengertian pengertian multikultur sampai pada pendidikan multikultur untuk mewujudkan toleransi masyarakat Kalimantan Barat. Sementara pada bab-bab lainnya lebih cenderung menggunakan alur pikir induktif, salah satu contoh pada bab lima halaman 73 yang membahas budaya masyarakat Melayu Kalimantan Barat. Buku teks menyajikan materi tentang tradisi masyarakat Melayu seperti Meriam Karbit, yang merupakan tradisi masyarakat Melayu yang bermukim di kota Pontianak dan tradisi ini relatif baru yakni mulai tahun 1771. Di Pontianak permainan meriam karbit dilakukan di pinggir sungai Kapuas dan di daerah lain di Kalimantan Barat commit to user 107 biasanya dimainkan di tepi sungai dan halaman besar dalam perkampungan dan tradisi ini memiliki hubungan erat dengan sejarah berdirinya kerajaan Pontianak. Sedangkan tradisi Antar Ajung Suatu tradisi budaya masyarakat Sambas khususnya di Kecamatan Paloh, yang melaksanakan ritual mengantar perahu kecil ke laut. Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun dan tujuannya adalah agar mendapatkan hasil panen yang melimpah di musim tanam yang baru. Tradisi Antar Ajung tidak bisa dilepaskan dari kisah Raden Sandhi yang menikah Sambas. Keruntutan sajian konsep ketika dikaji mulai dari bab pertama hingga bab tujuh lebih cenderung pada materi yang sederhana ke kompleks atau dari yang materi yang sudah dikenal sampai yang belum dikenal oleh siswa. Pada bab dua materi yang membahas mengenai multikultur di Kalimantan Barat, isi materinya menguraikan gambaran singkat etnis Dayak, Melayu, Tionghoa, Madura dan beberapa etnis-etnis lain. Contoh pada halaman 27 yang membahas tentang gambaran singkat etnis Melayu, yang menjelaskan proses asalnya kata Melayu dan eksistensi orang-orang Melayu dalam rangka hegemoni kekuasaan sehingga berdiri banyak kerajaan Melayu di Kalimantran Barat. Dengan demikian pengetahuan sejarah berdirinya kerajaan-kerajaan dan budaya Melayu semakin menambah wawasan siswa terutama dari etnis lain commit to user 108 dan siswa merasa bangga bahwa Kalimantan Barat memiliki kerajaan-kerajaan besar Valen dan Helen, wawancara 23 Agustus 2010. Keseimbangan sajian materi antar bab dan antar subbab sudah berurutan namun dalam setiap materi terkadang belum menuntaskan pokok pikiran sehingga materinya tidak mendalam dan sempit, namun hal ini beralasan karena sasaran pembelajaran untuk siswa SMP Edi V Petebang, wawancara 22 Nopember 2010. Diantara materi terlalu banyak mengunakan istilah asing seperti asimilasi, akulturasi, inkulturasi, integrasi dan amalgasi. Sehingga sulit dipahami siswa, apalagi guru yang menyampaikan dalam proses belajar mengajar hanya mengunakan satu sumber yakni buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat Kheyti Stefani, Emelia Christin, Desi Tamara dan Angelia DI, wawancara 30 Agustus 2010. b. Pendukung Penyajian Materi Kesesuaian ilustrasi yang disajikan pada buku teks muatan lokal pendidikan multikultur memperjelas materi, hal ini terlihat pada pembahasan gambaran etnis Dayak yang menjelaskan kelompok-kelompok besar etnis Dayak di Kalimantan Barat dengan menggunakan tabel. Kemudian pada materi interaksi masyarakat Dayak dengan Melayu, gambar yang ditampilkan tidak sesuai dengan tema materi yakni tradisi makan saprahan dalam masyarakat commit to user 109 Melayu Sambas dan perlu diketahui tradisi tersebut hanya ada di Sambas dan dilakukan pada saat upacara perkawinan sehingga jarang melibatkan orang Dayak secara penuh. Pada setiap gambar disertai dengan rujukan dari mana asal sumber didapatkan dan gambar diberikan identitas sesuai dengan materi pembahasan. Beberapa materi yang menggunakan tabel untuk menjelaskan secara rinci isi materi tidak diberi keterangan sumber seperti pada halaman 30 yang membahas tentang gambaran etnis Melayu di Kalimantan Barat. Sumber diolah oleh tim ANPRI sesuai dengan beberapa sumber yang ada. Buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat, dalam pengantar dijelaskan secara rinci tujuannya adalah untuk menciptakan kedamaian di Kalimantan Barat karena selama ini sudah terjadi 14 kali konflik kekerasan yang melibatkan etnis. Mengingat pentingnya pengajaran budaya, adat tradisi etnis maka pendidikan multikultur harus diberikan dan diperkenalkan sejak dini kepada anak didik agar tercipta toleransi, menghargai dan menghormati antar mereka yang mungkin hidup dalam masyarakat multietnis. Glosarium tidak tampak dalam buku teks muatan lokal pendidikan multikultur, hanya istilah-istilah yang dimunculkan pada tiap materi selalu dijelaskan pada sisi teks yang di dalam kurungkan, misalnya kata Nyabata Tuhan, teori Sald Bolw teori gado-gado, commit to user 110 Hidden Curriculum, di samping itu juga tidak menampilkan indeks. Daftar pustaka yang digunakan sebagai sumber bahan rujukan diawali dengan nama pengarang secara alfabetis, judul buku tetapi tidak ditebalkan atau dimiringkan dan bahkan tidak di garis bawahi sebagai tanda bahwa teks tersebut adalah judul buku yang digunakan, penertbit, tempat dan tahun terbit. Salah satu contohnya Coomans, Mikail MSF. Manusia Dayak: Dulu, Kini dan Masa Depan, PT.Gramedia, Jakarta, 1987. Rangkuman merupakan konsep kunci bab yang bersangkutan yang dinyatakan dalam kalimat ringkas dan jelas yang bertujuan untuk memudahkan peserta didik memahami isi materi. Dalam buku teks muatan lokal pendidikan multikultur Kalimantan Barat, rangkuman tidak diberikan pada akhir keseluruhan bab melainkan ditampilkan disetiap akhir bab dan rangkuman berupa nilai-nilai perdamaian. Salah satu contoh materi pada bab empat tentang pesta panen masyarakat Dayak Kalimantan Barat, rangkuman terletak pada akhir pembahasan di halaman 71-72, berupa nilai-nilai perdamaian, misalnya padi memberi sumber kehidupan bagi masyarakat Dayak, pesta padi menjadi sarana budaya yang menghubungkan manusia Dayak dengan Tuhan, partisipasi seluruh warga dalam satu wilayah adat pada upacara pesta padi mencerminkan nilai kebersamaan, nilai ketaatan terhadap adat dan commit to user 111 tradisi, dan pesta panen memuat nilai solidaritas dan menghargai antar sesama manusia. c. Penyajian Pembelajaran Penyajian materi menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran, terdapat pada materi interaksi masyarakat multietnis di Kalimantan Barat dalam bab tiga halaman 51, peserta didik diajak untuk mengambil nilai-nilai dari materi pembelajaran dan dijadikan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian peserta didik secara mental dan emosional untuk belajar mandiri dan kelompok dalam pencapaian Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD. Hal tersebut tampak pada akhir materi, misalnya peserta didik diminta untuk menceritakan pengalamnnya kepada teman sekelas, mengenai kehidupan sehari-hari berkaitan dengan interaksi masyarakat yang multietnis di desa mereka masing-masing. Dengan demikian peserta didik memahami konsep multikultur dan keragaman etnis yang terjadi di daerahnya Lenny Marviana dan Wanda Chenanta, wawancara, 23 Agustus 2010. Selain itu peserta didik dirangsang untuk berpikir kritis atas penjelasan materi berdasarkan pengalaman peserta didik dalam masyarakat, pertanyaan biasanya diajukan ketika peserta didik merasa bingung tentang materi budaya etnis lain. Misalnya meteri budaya etnis Melayu tentang Antar Ajung yang merupakan tradisi masyarakat Melayu Sambas, dan sedang diajarkan pada peserta didik commit to user 112 yang mayoritas dari etnis Dayak, mereka kurang mengerti mengapa upacara tersebut dilakukan berdasar atas kisah Raden Sandhi yang menikah dengan anak raja yang berasal dari orang kebenaran mahkluk halus sehingga tidak masuk akal Kheyti Stepani, wawancara Agustus 2010. Di samping itu juga peserta didik diberikan pengalaman untuk membuat karya berupa lampion, miniatur rumah adat Dayak, kliping tentang upacara ada masyarakat Dayak, kliping tentang permainan Barongsai Kornelius Yoni, wawancara 23 Agustus 2010. Pada setiap akhir bab buku teks muatan lokal pendidikan multikultur peserta didik disajikan dengan soal-soal atau pertanyan-pertanyaan untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan.

c. Materi Sejarah Yang Ada Dalam Buku Teks Muatan Lokal

Dokumen yang terkait

Institusionalisasi Kearifan Lokal: Model Penerbitan Buku Cerita Rakyat Tribabahasa Sebagai Strategi Penguatan Aset Budaya Lokal (Untuk Mendukung Pengayaan Materi Muatan Lokal Pada Pendidikan Dasar)

0 32 2

Analisis Muatan Radikalisme Dalam Buku Teks Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA

9 48 138

MUATAN MATERI KEADILAN SERTA PELAKSANAANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN Muatan Materi Keadilan Serta Pelaksanaannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (Analisis Isi Pada Buku Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegar

0 3 14

MUATAN MATERI KEADILAN SERTA PELAKSANAANNYA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN Muatan Materi Keadilan Serta Pelaksanaannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan (Analisis Isi Pada Buku Pendidikan Pancasila Dan Kewarganega

0 2 16

ANALISIS MUATAN MATERI DAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN HAM (Dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Karangan Analisis Muatan Materi Dan Pelaksanaan Pendidikan HAM (Dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Karangan Rahayuningsih, Fajar dan Setiati

0 0 15

ANALISIS MUATAN MATERI DAN PELAKSANAAN PENDIDIKAN HAM (Dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Karangan Analisis Muatan Materi Dan Pelaksanaan Pendidikan HAM (Dalam Buku Pendidikan Kewarganegaraan Kelas V Karangan Rahayuningsih, Fajar dan Setiati

0 2 15

Materi SEJARAH LOKAL

0 0 4

Analisis Buku Teks Sejarah oleh

0 1 3

MATERI SEJARAH LOKAL DALAM IMPLEMENTASI

0 0 5

Mobile Learning Sejarah Lokal Kalimantan

0 0 8