commit to user
94 maupun harta benda dan merusak seluruh sendi-sendi kehidupan yang
sudah lama dibangun. Oleh karena itu untuk melanjutkan cita-cita perdamaian maka beberapa lembaga non pemerintah berlomba-lomba
untuk memulihkan melalui rekonsiliasi konflik. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menanamkan nilai-nilai toleransi terhadap peserta didik
sejak dini melalui sekolah. Kemudian dikenalkanlah pendidikan multikultural kepada peserta didik, yang di dalamnya mengajarkan
tentang budaya dari etnis-etnis yang ada di Kalimantan Barat. Sehingga peserta didik mendapat pemahaman dan pengetahuan terhadap toleransi
dalam kehidupan masyarakat multietnis.
2. Sajian Data
a. Tujuan Dimunculkannya Buku Teks Muatan Lokal Pendidikan
Multikultur Kalimantan Barat.
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam, budaya, etnis, agama, bahasa, namun dapat bersatu dalam
kemajemukannya. Hal ini merupakan kekayaan yang tidak dimilik oleh bangsa lain. Toleransi salah satu faktor yang menentukan perbedaan dapat
berjalan seiring, bersamaan dengan sikap gotong royong yang sudah ada sejak masa nenek moyang. Ketika melirik kebelakang, sejarah bangsa
Indonesia tidak bisa terlepas dari sikap kebersamaan, senasip sepenanggungan yang membentuk jiwa cinta tanah air sehingga Indonesia
mampu melepaskan belenggu penjajah di muka bumi Indonesia.
commit to user
95 Di era globalisasi ini bangsa Indonesia sedang mengalami masa
krisis baik krisis moral, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik. Konflik, kemiskinan, kebodohan dimana-mana, sehingga muncul ketidakpuasan
dari pihak-pihak tertentu yang ingin merubah dan bahkan melawan kebijakan pemerintah yang sudah disepakati bersama. Hal ini terjadi di
Kalimantan Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah rawan konflik yang sifatnya massif. Sehingga harus ada penanganan khusus yang
tentunya melibatkan banyak elemen baik pemerintah maupun stakeholder setempat.
Damai bukan saja penghentian konflik kekerasan tetapi lebih pada proses mengisinya dalam rangka pendewasaan masyarakat akan sadar arti
sebuah perdamaian. Kalimantan Barat sudah mengalami 14 kali konflik etnis yang melibatkan etnis Dayak, Melayu, Madura dan Tionghoa masa
kesultanan Sambas. Konflik kekerasan di Kalimantan Barat harus menjadi pelajaran yang sangat penting bagi seluruh masyarakatnya, bahwa setiap
konflik yang terjadi hanya menghasilkan kehancurkan seluruh sendi kehidupan. Dengan demikian stabilitas keamanan, ekonomi, pendidikan
dan unsur yang berhubungan dengan masyarakat akan terganggu. Oleh karena itu seluruh rakyat dan elemen penting pemerintah di
Kalimantan Barat harus bertekad menciptakan perdamaian dan mencegah konflik agar tidak terjadi lagi. Pemerintah sebagai pihak yang bertanggung
jawab untuk memenuhi, melindungi dan menghormati hak-hak rakyatnya, wajib berbuat sesuatu untuk terciptanya kedamaian. Semua individu,
commit to user
96 lembaga, wajib memberikan kontribusinya dalam rangka menbangun
perdamaian. Untuk itulah beberapa aliansi atau lembaga swadaya masyarakat di Kalimantan Barat berjuang melakukan rekonsiliasi konflik
dengan berbagai macam jalur, baik informal maupun formal. Organisasi non pemerintah yang melakukan upaya rekonsiliasi
tersebut yakni, Institut Dayakologi, Lembaga Gemawan, Sekretariat Segerak Pancur Kasih, Mitra Sekolah Masyarakat MiSEM, Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Daerah BK3D Kalimantan Barat dan PEK- Pancur Kasih. Dari forum inilah muncul kesepakatan untuk mendirikan
aliansi strategis yang dinamakan ANPRI Aliansi untuk Perdamaian dan Rekonsiliasi.
Isu-isu yang dimunculkan dalam ANPRI ini adalah mencari sebab- sebab yang memicu konflik, yang diantaranya ketidakadilan, penindasan
kaum kaya terhadap kaum miskin karena kebijakan yang salah. Oleh karena itu maka budaya merupakan faktor yang menyebabkan kesalahan
tersebut. Kekerasan sudah menjadi semacam budaya dalam kehidupan di masyarakat, maka harus dilawan melalui budaya juga yakni budaya anti
kekerasan non violence. Ada banyak wadah untuk menanamkan budaya damai, antara lain
media massa dan lembaga pendidikan. Pendidikan formal merupakan salah satu wadah yang baik untuk menanamkan budaya anti kekerasan, budaya
menghormati dan menghargai perbedaan. Pada proses pelaksanaan menanamkan budaya damai dan anti kekerasan maka yang dipilih ANPRI
commit to user
97 adalah Sekolah Menengah Pertama SMP. Adapun alasan SMP yang
dipilih; a. secara psikologis anak usia dini adalah masa-masa atau proses penanaman budaya cinta damai, hormat menghormati, menghargai orang
lain akan lebih mudah, b. tahap pemikiran anak usia dini dalam proses pemahaman materi pelajaran akan lebih baik dan c. pembentukan jati diri
manusia yang berakhlak mulia. Hal ini dilakukan atas pertimbangan, ketika muatan lokal pendidikan multikultural diterapkan pada siswa
Sekolah Dasar SD, secara penalarannya siswa terlalu sulit untuk memahami materi karena kendala bahasa dan penekanan tujuan isi buku
teks yang tinggi. Kemudian alasan tidak dimulai pada Sekolah Menengah Atas SMA karena faktor usia yang sudah beranjak remaja dan dewasa
akan lebih sulit menanamkan nilai-nilai luhur budaya etnisitas sebab siswa-siswa SMA banyak mendapatkan berbagai macam pengaruh dari
luar sehingga untuk mempelajari multikultural etnis akan dianggap biasa- biasa saja. Proses penanaman nilai-nilai budaya merupakan sesuatu yang
berat apabila usia, tingkat penalaran, psikologis manusia dan tidak dibarengi dengan sikap penduli dari manusia tersebut maka pendidikan
yang dilakukan merupakan sesuatu yang sia-sia. Oleh karena itu tingkatan sekolah yang dinaggap pantas dan tepat dalam rangka mensosialisasikan
dan penanaman nilai-nilai budaya etnisitas Kalimantan Barat adalah Sekolah Menengah Pertama Edi V Petebang, wawancara 22 Nopember
2010.
commit to user
98 Pada tahap pertama ANPRI melakukan kerjasama dengan 7
sekolah swasta dengan latar belakang siswa dari 4 etnis besar di Kalimantan Barat, yakni etnis Dayak, Melayu, Madura dan Tionghoa.
Ketujuh sekolah tersebut adalah SMP Santo Fransiskus Asisi mayoritas siswa dari etnis Tionghoa, SMP Haruniyah mayoritas siswa dari etnis
Melayu, Madrasah Tsanawiyah MTs Nurul Alamiah mayoritas siswa dari etnis Madura, Madrasah Tsanawiyah MTs Nahdatul Atfal
mayoritas siswa dari etnis Madura, SMP Santo Benediktus Pahauman mayoritas siswa dari etnis Dayak, SMP Don Bosco Menjalin mayoritas
siswa dari etnis Dayak dan SMP Gerpemi Tebas mayoritas siswa dari etnis Melayu.
Pada awalnya ANPRI telah mengundang dan mensosialisasikan pendidikan multikultural kepada beberapa sekolah negeri dan swasta yang
ada di Kalimantan Barat melalui seminar di Pontioanak, namun yang berminat untuk mengembangkan nilai-nilai budaya melalui pelajaran
muatan lokal hanya sekolah-sekolah swasta karena tidak terikat pada aturan, kebijakan kurikulum dari pusat dan sekolah yang berstatus negeri
sudah menetapkan materi muatan lokalnya sendiri melalui otonomi sekolah berdasarkan kurikulum dari dinas pendidikan daerah maupun
propinsi. Dengan adanya 7 Sekolah Menegah Pertama sebagai mitra kerja dalam rangka menyusun buku teks, maka ANPRI merasa optimis bahwa
tujuan awalnya akan berjalan dengan harapan yang sempurna Edi V. Petebang, wawancara 22 Nopember 2010.
commit to user
99 Tujuan diterbitkan buku teks muatan lokal pendidikan multikultur
Kalimantan Barat, jelas untuk rekonsiliasi konflik melalui jalur pendidikan namun yang ditekankan adalah penanaman dan pengetahuan siswa
terhadap budaya etnis lain sehingga terciptanya sikap menghargai, menghormati dan toleransi diantara siswa tersebut. Hal senada diungkap
oleh guru-guru yang terlibat dalam proses penyusunan buku teks, salah satunya Siti Syarifah wawancara 20 Agustus 2010, bahwa tujuan buku
teks bagian dari proses rekonsiliasi konflik di Kalimantan Barat. Awalnya sedikit bertentangan karena mengingat daerah sekitar sekolah tempatnya
bertugas banyak etnis Madura yang pernah menjadi korban konflik tahun 1999, ungkapan tersebut muncul dari Siti Syarifah.
Penyusunan materi muatan lokal pendidikan multikultur melalui proses yang sangat panjang. Pertama, ANPRI dan 7 sekolah mitra kerja
melakukan seminar tentang mata pelajaran muatan lokal multikultur dalam konteks Kalimantan Barat. Dari seminar yang diselenggarakan tersebut
menghasilkan catatan-catatan penting yaitu, multikultural merupakan isu yang pantas diangkat dan dijadikan materi dalam muatan lokal, nilai-nilai
budaya dalam multikultural mengandung unsur keluhuran yang tinggi dan harus dikenalkan dan ditanamkan dalam diri siswa sejak dini. Atas dasar
itulah maka multikultural Kalimantan Barat diterima dan diangkat menjadi bagian dari materi muatan lokal.
Seminar tersebut diikuti oleh perwakilan sekolah yang bekerjasama dengan ANPRI diantaranya kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang
commit to user
100 kurikulum dan guru-guru muatan lokal. Kemudian tahap kedua,
perwakilan sekolah yakni wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan guru muatan lokal merancang silabus berdasarkan kurikulum KTSP tahun 2006
yang isinya; substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah, tidak terlepas dari mata pelajaran seni-budaya dan keterampilan, tetapi juga mata
pelajaran lainnya. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga sekolah harus mengembangkan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi
Dasar KD untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester
atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun. Banyak kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka merancang
buku teks muatan lokal pendidikan Multikultur, yaitu sulitnya menyatukan isi materi yang direkomendasikan oleh setiap perwakilan sekolah yakni
merumuskan nilai-nilai budaya dan agama dari setiap etnis yang akan diangkat dalam buku teks Siti Syarifah, wawancara 20 Agustus 2010.
Pemenuhan akan kebutuhan materi dari setiap etnis yang sudah direncanakan diserahkan kepada tim, sehingga guru muatan lokal secara
suka rela dari sekolah sebagai mitra kerja mencari sendiri materi tersebut Edi V Petebang, wawancara 22 Nopember 2010.
Selain kendala dalam penyatuan materi dari berbagai sumber mengenai budaya dan agama, hambatan lain muncul dari kesulitan untuk
mengetahui kemampusn daya serap siswa baik dari kelas VII maupun kelas VIII. Saat penyatuan materi dari seluruh guru dan tim sehingga
commit to user
101 terbentuk buku teks muatan lokal, namun halaman buku yang terlalu tebal
mengingat waktu yang diberikan untuk mata pelajaran muatan lokal hanya 2 jam sehingga harus dikurangi lagi halamannya Edi V Petebang,
wawancara 22 Nopember 2010. Kurang mengerti dan paham akan materi buku teks muatan lokal
muncul dari guru mata pelajaran muatan lokal, yang disebabkan oleh latar belakang pendidikan guru yang bukan dari disiplin ilmu sosial, karena
ditekuni terus menerus maka guru pun menjadi tertarik untuk lebih mendalami isi materi yang diajarkan kepada siswa Kornelius Yoni,
wawancara 23 Agustus 2010. Atas kerjasama yang baik antara ANPRI dan sekolah-sekolah yang
menjadi mitra dengan kesadaran akan pentingnya tujuan buku. Dengan terkumpulnya materi yang sudah dilakukan pembenahan maka
terbentuklah buku teks muatan lokal pendidikan Multikultural tersebut. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba silabus dan buku teks
muatan lokal pendidikan Multikultural di 7 SMP MTs selama satu semester yakni pada semester ganjil tahun 20072008.
Setelah uji coba selesai, selanjutnya dilakukan pertemuan dan evaluasi. Hasil evaluasi merekomendasikan bahwa isi dan materi dalam
buku teks muatan lokal sudah memenuhi standar kebutuhan dan tingkat pemahaman siswa namun masih ada kekurangan yang dapat diperbaiki.
Silabus muatan lokal pendidikan multikultur disusun oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru muatan lokal yang berjumlah 21 orang dan tim
commit to user
102 penulis buku teks. Penyusunan silabus sesuai prinsip pengembangan
silabus dari Badan Standar Nasional Pendidikan BNSP, yakni ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, fleksibel
dan menyeluruh. Tim penulis silabus dan buku teks muatan lokal pendidikan Multikultural telah mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan KTSP, dalam pengembangan kurikulum ada tujuh prinsip yakni, berpusat pada potensi, beragam dan terpadu, tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar
sepanjang hayat, seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah ANPRI, 2008 : ix.
Langkah terakhir adalah menyiapkan buku teks untuk diterbitkan, percetakan yang dipercaya oleh tim ANPRI untuk mencetak buku teks
muatan lokal adalah Mitra Kasih yang merupakan mitra kerja Istitut Dayakologi, dalam rangka pembiayaan buku teks tersebut ANPRI
mendapatkan dana bantuan dari kerjasama dengan CCFD Comite Catholique la et Pour le Developpment dari Francis dan Cordaid
Catholic Organisation for Relief and Development dari Belanda Edi V Petebang, wawacara 22 Nopember 2010. ANPRI yang diketuai oleh Edi
V Petebang dengan timnya yaitu Subro, Julia Kam, R. Giring, Irang Maulana dan Fajri, dengan mendapatkan rekomendasi dari Dinas
Pendidikan Propinsi Kalimantan Barat, ketika itu masih dipimpin oleh Drs. H. Ngatman, M.Pd, maka terbentuk buku teks yang diberi judul
commit to user
103 Muatan Lokal Pendidikan Multikultur Kalimantan Barat, untuk kelas VII
SMPMTs.
b. Penyajian Materi Dalam Buku Teks Muatan Lokal Pendidikan