2. Tata Cahaya
Untuk benda-benda koleksi an-organik batu, keramik, kaca, tembikar, besi dan baja dan organik kayu, bambu, tulang, tanduk dan gading yang
kurang peka terhadap cahaya, penerangan cahaya dapat mencapai 150 LUX. Sedangkan benda-benda koleksi yang peka terhadap cahaya, seperti lukisan,
barang-barang cetakan dan tekstil penerangan cahaya maksimal 50 LUX. Lampu TL pada obyek yang peka terhadap cahaya dipasang maksimal pada
jarak 40 cm dari benda koleksi.
Gambar 2.5 Tata Pameran dengan Dinding Penutup
Sumber, Data Arsitek Jilid 2 : 250
Gambar 2.7 Tata Cahaya Pada Benda Pameran
Sumber, Data Arsitek Jilid 3 : 144
Gambar 2.6 Tata Cahaya Pada Museum
Sumber, Data Arsitek Jilid 2 : 250
3. Tata Warna
Pengaturan warna memberikan efek menunjang penampilan koleksi dipajang dan menarik perhatian bagi pengunjung. Untuk ruangan yang
tetap sebaiknya menggunakan warna netral atau warna pastel, misalnya abu-abu, krem dan sebagainya.
4. Tata Pengamanan
Pengamanan benda koleksi menggunakan vitrin dengan kaca setebal 5 mm agar tahan terhadap benturan dan mencegah debu dan kotoran masuk.
Adapun jenis peralatan pengaman yang dapat dipasang di ruang pameran antara lain, kamera CCTV.
5. LabelingPenamaan
Label adalah sarana komunikasi untuk memberikan informasi yang dimiliki oleh museum mengenai objek pameran kepada pengunjung.
6. Foto-foto Penunjang
Foto-foto penunjang dibuat dengan dimensi yang mudah dilihat disesuaikan dengan jarak pandangnya. Tujuannya adalah agar benda-
benda koleksi yang dipamerkan lebih informatif terhadap pengunjung.
2.1.9 Jenis Pengunjung Museum
Banyak orang dengan berbagai kepentingan berkunjung ke museum, seperti disebutkan dalam buku Pengantar Didaktik Museum yang diterjemahkan oleh
Sutaarga disebutkan beberapa jenis pengunjung museum sesuai dengan kepentingannya, diantaranya:
Gambar 2.8 Tata Cahaya Pada Pameran
Sumber, Data Arsitek Jilid 3 : 144
a. Pengunjung dengan Tujuan Studi, yaitu pengunjung yang datang ke
museum untuk menambah pengetahuan dan penalarannya mengenai koleksi museum dan mengadakan observasi mengenai museum itu sendiri.
b. Pengunjung dengan Posisi Dinas atau Bidang Bimbingan Edukatif, yaitu
pengunjung yang datang secara khusus dan resmi atas nama lembaga tertentu untuk keperuan atau tujuan edukatif yang lebih mendalam.
c. Pengunjung dengan Tujuan Tertentu atau Pengunjung Terarah, yaitu
pengunjung yang datang dengan membawa pertanyaan tertentu atau perhatian tertentu terhadap benda koleksi atau museum itu sendiri.
d. Pengunjung dengan Tujuan Rekreasi, yaitu pengunjung museum dalam
berbagai tingkat, minat, dan perhatian tanpa tujuan yang terperinci.
2.2 Tinjauan Umum Cafe Pada tinjauan umum café akan dibahas mengenai pengertian café, ciri-ciri
café, perencanaan dasar café dan studi standar kapasitas cafe.
2.2.1 Pengertian Café
Secara harfiah kata café berasal dari bahasa perancis yang berarti minuman kopi, tetapi kemudian café dijadikan tempat dimana orang bisa memesan jenis
minuman lainnya selain kopi. Berikut beberapa pengertian cafe menurut beberapa sumber iterator, diantaranya:
a. Menurut Soekresno 2000:16-17 disebutkan bahwa cafe, coffee shop dan
canteen termasuk dalam Informal Restaurant, yaitu industri jasa pelayanan makanan dan minuman yang dikelola secara komersial dan professional
dengan lebih mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktian dan percepatan frekuensi yang silih berganti.
b. Menurut Marsum 2010:8 disebutkan bahwa dilihat dari klasifikasi
restaurant menurut pengelolaan dan sistem penyajiannya, cafetaria atau cafe merupakan restaurant yang mengutamakan penjualan sandwich,
cake, kopi dan teh.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan café memiliki arti memiliki arti restoran dalam lingkup yang lebih kecil, dimana didalamnya menjual
makanan dan minuman dengan menu yang disajikan secara cepat cenderung pada makanan ringan atau kudapan. Café juga dapat disebut sebagai warung kopi yang
berevolusi menjadi lebih modern dan memiliki banyak inovasi pada menu yang disajikan. Café saat ini tidak hanya dijadikan sebagai tempat membeli makanan dan
minuman tetapi berkembang menjadi tempat berkumpul, bertukar pikiran, tempat bersantai bahkan temat untuk mengerjakan tugas-tugas. Perkembangan tersebut
membuat café semakin berinovasi menyediakan tempat yang nyaman dan dilengkapi berbagai fasiitas seperti free WiFi dan free charging untuk membuat
pengunjungnya betah berlama-lama.
2.2.2 Ciri-Ciri Cafe
Adapun ciri-ciri dari restaurant informal café disebutkan dalam buku Soekresno yang berjudul Manajemen Food and Baverage antara lain:
a. Harga makanan dan minuman yang relative murah
b. Penerimaan pelanggan tanpa sistem pemesanan tempat
c. Para pelanggan yang datang tak terikat untuk mengenakan pakaian formal
d. Sistem penyajian yang dipakai yaitu American Serviceready plate
bahkan self serfice ataupun counter service. e.
Tidak menyediakan hiburan musik langsung f.
Daftar menu langsung dipajang di counter atau di atas meja g.
Menu yang disediakan terbatas dan relative cepat disajikan h.
Jumlah tenaga servis relative sedikit dengan standar kebutuhan 1 pramusaji melayani 12-16 pelanggan.
2.2.3 Perencanaan Dasar Café
Mendesain suatu café dibutuhkan sebuah perencanaan yang mengacu pada food serfice atau pelayanan dari café tersebut. Berdasarkan pelayanan dari café akan
didapat segala failitas yang dibutuhkan. Menurut Littlefield 2008:17 perencanaan dasar café teriri dari 3 yaitu pelayanan dan penyajian makanan, dapur, dan fastfood
outlet meliputi: