c. Hubungan variabel lingkungan dengan kepatuhan dalam menjalani terapi ARV menunjukkan hubungan yang sedang r=0,489 dan berpola negatif,
artinya semakin baik lingkungan maka akan terjadi penurunan dalam menjalani terapi antiretroviral.
d. Hubungan variabel interaksi dengan petugas kesehatan dengan kepatuhan dalam menjalani terapi ARV menunjukkan hubungan yang sedang
r=0,540 dan berpola positif, artinya semakin baik interaksi dengan petugas kesehatan maka semakin meningkat kepatuhan dalam menjalani
terapi antiretroviral. e. Hubungan variabel dukungan sosial dengan kepatuhan dalam menjalani
terapi ARV menunjukkan hubungan yang rendah r=0,355 dan berpola negatif, artinya semakin tinggi dukungan sosial maka akan terjadi
penurunan dalam menjalani terapi antiretroviral. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.17. berikut ini.
Tabel 4.17. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson No.
Variabel Correlation
Coefficient r Sig. p
1. Pengetahuan
-0,050 0,775
2. Ketersediaan Sarana Fasilitas
0,533 0,001
3. Lingkungan
-0,489 0,003
4. Interaksi dengan Petugas
0,540 0,001
5. Dukungan sosial
-0,355 0,037
4.4 Hasil Uji Statistik Multivariat
Berdasarkan hasil uji statistik bivariat diketahui bahwa variabel ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan, lingkungan, interaksi dengan petugas
kesehatan dan dukungan sosial menunjukkan p-value 0,05, sehingga variabel-
Universitas Sumatera Utara
variabel tersebut dapat dilanjutkan dalam analisis multivariat regresi linear berganda. Hasil uji statistik regresi linear berganda dengan tingkat kepercayaan
95 ɑ=0,05 menunjukkan bahwa :
1. Terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel ketersediaan sarana dan
fasilitas kesehatan p=0,006, variabel lingkungan p=0,012, variabel interaksi dengan petugas kesehatan p=0,012, dan variabel dukungan sosial
p=0,018 terhadap kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral. 2.
Variabel pengetahuan p=0,169 tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral.
3. Dari hasil diperoleh nilai Koefisien determinan R Square menunjukkan nilai
0,740 ini berarti regresi linear berganda yang digunakan dapat menjelaskan pengaruh faktor predisposing, enabling dan reinforcing terhadap tindakan
kepatuha sebesar 74 dan selebihnya 26 dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.
4. Model persamaan regresi yang terbentuk adalah:
Y = -1,039 konstanta + 0,751 X1 – 1,217 X2 + 0,529 X3 + 0,852 X4
X1: Variabel ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan X2: Variabel lingkungan
X3: Variabel interaksi dengan petugas kesehatan X4: Variabel dukungan sosial
Berdasarkan persamaan diatas dapat di deskripsikan sebagai berikut: 1.
Nilai konstanta sebesar -1,039, artinya jika ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan X
1
, lingkungan X
2
, interaksi dengan petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan X3 dan dukungan sosial X4 dianggap konstan, maka
kepatuhan turunsebesar 1,039.
2. Apabila dinaikkan satu poin ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan,
maka kepatuhan akan naik sebesar 0,751 kali. 3.
Apabila dinaikkan satu poin lingkungan, maka kepatuhan akan turun sebesar 1,217 kali.
4. Apabila dinaikkan satu poin interaksi dengan petugas kesehatan, maka
kepatuhan akan naik sebesar 0,529 kali. 5.
Apabila dinaikkan satu poin dukungan sosial, maka kepatuhan akan naik sebesar 0,852 kali.
Hasil regresi linear berganda sesuai dengan tabel 4.18. berikut ini.
Tabel 4.18. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
Dari tabel diatas faktor yang paling dominan adalah dukungan sosial terhadap kepatuhan pasien ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral di
Puskesmas Teladan Kota Medan Tahun 2016.
No. Variabel
Taraf Signifikan
B R
R Square
F Value
P Value
1. Constant
-1,039 2.
Pengetahuan 0,169
-0,467 0,860 0,740
16,483 0,0001
3. Ketersediaan
Sarana Fasilitas
0,006 0,751
4. Lingkungan
0,012 -1,217
5. Interaksi dengan
Petugas 0,012
0,529
6. Dukungan sosial
0,018 0,852
Universitas Sumatera Utara
58
BAB V PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi antiretroviral di Puskesmas Teladan
Kota Medan Tahun 2016 sebagai berikut : 5.1 Kepatuhan Responden Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral
Kepatuhan berasal dari kata patuh, yang berarti disiplin dan taat. Menurut Sacket dalam Niven 2002 mendefenisikan kepatuhan pasien yaitu sejauh mana
perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti memperoleh dari tabel
4.16. bahwa kepatuhan responden di Puskesmas Teladan Kota Medan sebagian besar kepatuhan responden buruk sebesar 91,4.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebanyak 77,1 obat yang diambil di Puskesmas diminum sesuai dengan petunjuk yang diberikan, 62,9 responden
pernah tidak mengkonsumsi obat ARV dalam 24 jam terakhir dikarenakan munculnya efek samping, merasa sudah sembuh, dan ada yang merasa jenuh
terhadap obat tersebut. Dalam Health Belief Model yang dikutip Noor 2009 dimana model
perilaku ini menjelaskan tentang fungsi keyakinan personal tentang besar ancaman penyakit serta keuntungan rekomendasi yang diberikan petugas. Tiap
individu menilai keuntungan tindakan yang diambil misal, berobat akan memperingan simptom, meskipun begitu individu selalu dibayang-bayangi oleh
Universitas Sumatera Utara
resiko tindakan yang diambil seperti takut akan efek samping, lama pengobatan, biaya pengobatan dan resiko lainnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan 40,0 responden merasa jadwal aturan makan obat yang dianjurkan berat untuk dilaksanakan, 64,3 responden tidak
pernah minum obat ARV ketika bersama orang lain, 54,3 responden mengalami kesulitan dalam memperoleh obat kebanyakan dikarenakan pekerjaan yang tidak
dapat ditinggalkan. Sebanyak 82,9 responden memiliki pekerjaan yang tetap sehingga sulit untuk mendapatkan izin keluar dari kantor, seperti pekerjaan
terbanyak yaitu 40 karyawan swasta. Hal ini sejalan dengan penelitian Aji 2010 mengenai kepatuhan pasien HIV dan AIDS terhadap terapi antiretroviral
dimana sebagian besar responden memiliki hambatan-hambatan selama menjalani terapi yaitu kesulitan dalam meninggalkan pekerjaan 37.2, takut dikeluarkan
dari pekerjaan bila sering izin meninggalkan pekerjaan untuk mengambil obat 30.
Sebanyak 74,3 responden mengkonsultasikan kesulitan tersebut dengan orang yang kenal dekat dan mengetahui bahwa dia terkena HIVAIDS dan 62,9
responden memiliki berat badan naik, dapat beraktivitas secara normal dan keluhan menurun setelah menjalani terapi antiretroviral.
5.2 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Responden Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral