penularan dari ibu ke bayi selama periode kehamilan, kelahiran dan menyusui, tranfusi darah yang tidak aman dan praktek tatoo merupakan cara penularan HIV
pada umumnya Kemenkes, 2012.
2.1.2 Penularan HIVAIDS
Menurut Komite AIDS HKBP 2011, penularan HIVAIDS dapat melalui:
1. Darah, dapat melalui transfusi darah yang sudah tercemar HIV dan melalui
pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV. 2.
Cairan sperma dan cairan vagina, melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom.
3. Transfusi darah yang tercemar, alat cukur dan peralatan lainnya. Bila seorang
pengidap HIVAIDS bercukur dan luka, lalu darahnya menempel pada pisau cukur, maka bila orang yang berpangkas berikutnya terluka maka dia akan
memiliki resiko besar tertular HIV. 4.
Air Susu Ibu ASI, penularan ini dari seorang ibu hamil yang positif HIV dan melahirkan secara normal, kemudian menyusui bayinya dengan ASI.
Selain itu, HIV juga dapat menular melalui pisau cukur yang dipakai oleh tukang pangkas.
2.1.3 Penanggulangan HIVAIDS
Penanggulangan HIVAIDS yang perlu diprioritaskan adalah upaya pencegahan melalui komunikasi, informasi dan edukasi KIE. Pendidikan
kesehatan reproduksi, program pendidik sebaya peer educator merupakan
Universitas Sumatera Utara
komponen penting dalam KIE disamping upaya lainnya seperti penanggulangan
NAPZA, konseling, pendamping dan perawatan ODHA Permenkes, 2013.
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang mampu membunuh HIV maupun vaksin untuk mencegah penularan. Obat-obatan yang ada dan digunakan
saat ini lebih kepada upaya melemahkan daya progresivitas virus, memperlambat perkembangbiakan virus, memperkuat daya tahan tubuh dengan meningkatkan
antibodi yang akan meningkatkan kualitas hidup ODHA. Terapi yang dikenal sebagai terapi antiretroviral ARV seperti Nevirapine, Efavirens, Tenovir dan
lain-lain dapat diperoleh di rumah sakit tertentu dan terbukti sangat menolong
ODHA Permenkes, 2013. 2.1.4 Pendiagnosaan HIVAIDS
WHO telah menetapkan Stadium Klinis HIVAIDS untuk dewasa maupun anak. Untuk dewasa maupun anak, stadium klinis HIVAIDS masing-masing
terdiri dari 4stadium. Jika dilihat dari gejala yang terjadi pembagian stadium klinis HIVAIDS adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Stadium Klinik HIVAIDS Gejala terkait HIV
Stadium Klinis
Asimptomatik 1
Gejala ringan 2
Gejala lanjut 3
Gejala berat sangat lanjut 4
Sumber : Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk ODHA, 2006 Gejala klinis khas HIV adalah sebagai berikut :
1. HIV Stadium I : Asimtomatis atau terjadi PGL persistent generalized
lymphadenopath
Universitas Sumatera Utara
2. HIV Stadium II : Berat badan menurun lebih dari 10, ulkus atau jamur di
mulut, menderita herpes zoster 5 tahun terakhir, sinusitis, rekuren. 3.
HIV Stadium III : Berat badan menurun lebih dari 10, diare kronis, dengan sebab tak jelas lebih dari 1 bulan.
4. HIV Stadium IV : Berat badan menurun lebih dari 10, gejala-gejala
infeksi pneumosistosis, TBC, kriptokokosis, herpes zoster dan infeksi lainnya sebagai komplikasi turunnya sistem imun, virus penyebabnya
dapat diisolasi dari limfosit darah tepi atau dari sumsum tulang penderita. Menurut kriteria WHO gejala klinis AIDS untuk penderita dewasa
meliputi minimum 2 gejala major dan 1 gejala minor. Gejala major : 1. Berat badan menurun lebih dari 10
2. Diare kronis lebih dari 1 bulan 3. Demam lebih dari 1 bulan.
Gejala minor : 1. Batuk lebih dari 1 bulan 2. Pruritus dermatitis menyeluruh
3. Infeksi umum rekuren misalnya herpes zoster atau herpes simpleks
4. Limfadenopati generalisata 5. Kandidiasis mulut dan orofaring
2.2 Kepatuhan