resiko tindakan yang diambil seperti takut akan efek samping, lama pengobatan, biaya pengobatan dan resiko lainnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan 40,0 responden merasa jadwal aturan makan obat yang dianjurkan berat untuk dilaksanakan, 64,3 responden tidak
pernah minum obat ARV ketika bersama orang lain, 54,3 responden mengalami kesulitan dalam memperoleh obat kebanyakan dikarenakan pekerjaan yang tidak
dapat ditinggalkan. Sebanyak 82,9 responden memiliki pekerjaan yang tetap sehingga sulit untuk mendapatkan izin keluar dari kantor, seperti pekerjaan
terbanyak yaitu 40 karyawan swasta. Hal ini sejalan dengan penelitian Aji 2010 mengenai kepatuhan pasien HIV dan AIDS terhadap terapi antiretroviral
dimana sebagian besar responden memiliki hambatan-hambatan selama menjalani terapi yaitu kesulitan dalam meninggalkan pekerjaan 37.2, takut dikeluarkan
dari pekerjaan bila sering izin meninggalkan pekerjaan untuk mengambil obat 30.
Sebanyak 74,3 responden mengkonsultasikan kesulitan tersebut dengan orang yang kenal dekat dan mengetahui bahwa dia terkena HIVAIDS dan 62,9
responden memiliki berat badan naik, dapat beraktivitas secara normal dan keluhan menurun setelah menjalani terapi antiretroviral.
5.2 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Responden Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral
Dari hasil analisis multivariat dengan menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p=0,169 p0,05. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa H diterima dan H
a
ditolak sehingga tidak ada pengaruh
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan responden yang berkaitan dengan terapi antiretroviral terhadap kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral pada pasien ODHA di Puskesmas
Teladan Kota Medan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden terkait dengan
terapi antiretroviral. Pengetahuan merupakan proses hasil tahu dan ini terjadi setelah responden melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga dimana pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri maupun dari oranglain. Berdasarkan hasil
distribusi frekuensi pada tabel 4.6. menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 80,0.
Peneliti berasumsi bahwa responden mengetahui dengan baik tentang terapi antiretroviral. Dapat dilihat dari sebagian besar responden menjawab dengan
benar pertanyaan yang diberikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan antiretroviral baik itu pengertian tentang ARV, dimana ARV diperoleh, apa saja
yang diperlukan pasien sebelum mendapatkan terapi ARV, manfaat dari ARV itu sendiri dan efek samping yang mungkin terjadi dan faktor resiko bila lupa minum
obat dan juga sesuai dengan tingkat pendidikan dari pasien yang rata-rata pendidikan SMAsederajat keatas. Tentu saja dengan pengetahuan yang tinggi
tersebut diharapkan ODHA dapat menjalani kepatuhan terapi ARV ini sesuai dengan aturan yang dianjurkan dokter dan lebih memerhatikan kondisi kesehatan
mereka. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya kepada 22 ODHA mengenai
hubungan antara pengetahuan, motivasi dan dukungan keluarga dengan kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
terapi ARV pada pasien ODHA. Dimana pengetahuan ODHA mengenai terapi ARV tergolong baik yaitu 14 responden atau sebanyak 63,6 Mahardining,
2010. Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini yang paling banyak
adalah pendidkan SMAsederajat tetapi tingkat kepatuhan buruk. Maka, pada penelitian ini disimpulkan bahwa tidak dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan
seseorang yang tinggi mampu menjamin pengetahuan yang dimilikinya banyak. Pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Perubahan menuju perilaku baru merupakan suatu proses yang kompleks dan memelurkan waktu yang relatif lama. Sebelum seseorang
mengadopsi perilaku baru ia harus tahu terlebih dahulu apa arti manfaat perilaku tersebut bagi dirinya sendiri atau keluarganya. Orang akan melakukan tindakan
pencegahan atau penanganan apabila ia tahu apa tujuan dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan tahu apa bahayanya bila tidak melakukan
tindakan tersebut Notoatmodjo, 2005. Setelah dilakukan penelitian dan dilakukan olahan data, pengetahuan
responden tentang terapi antiretroviral tidak memengaruhi kepatuhan ODHA dalam menjalani terapi ARV. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan
pengetahuan responden tentang terapi antiretroviral dapat dikategorikan baik. Pemahaman pengetahuan pasien ODHA ini dipengaruhi oleh informasi yang
diterima.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Pengaruh Ketersediaan Sarana dan Fasilitas Kesehatan Terhadap Kepatuhan Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral
Pengaruh ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan terhadap kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral dari hasil analisis multivariat dengan
menggunakan analisis statistik regresi linear berganda didapatkan nilai p=0,006 dimana nilai p0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H
ditolak dan H
a
diterima, artinya ada pengaruh antara ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan terhadap kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral di Puskesmas
Teladan Kota Medan. Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti diperoleh dari tabel
4.8. bahwa ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan di Puskesmas Teladan Kota Medan tergolong baik sebesar 51,4. Dimana responden lebih memilih
Puskesmas Teladan dikarenakan keramahan dari petugas kesehatan tanpa membedakan pasien satu dengan lainnya, terutama dokter yang menangani di
klinik VCT beberapa responden mengatakan bahwa dokter tersebut sudah seperti keluarga sendiri dikarenakan keterbukaan dokter terhadap mereka dan peduli
terhadap pengobatan yang sedang dijalani pasien, jarak tempuh ke Puskesmas tidak terlalu jauh dan memudahkan pasien memperoleh pemeriksaan dokter.
Namun, ada beberapa pasien yang memang sengaja mencari tempat pengambilan obat yang rumahnya lumayan jauh dari Puskesmas agar mendapatkan privasi dan
tidak diketahui oleh masyarakat sekitar yang ada didaerah rumah mereka. Kemudian dilihat dari privasi dan kenyamanan menunggu atau memperoleh
perawatan bahwa sebagian besar fasilitas sudah cukup memadai dengan ruang
Universitas Sumatera Utara
tunggu yang tidak banyak dilewati oleh banyak orang dan terletak dilantai 2, ruang periksa tidak terbuka sehingga menjamin privasi, dan ruangan konsultasi
juga ber AC. Ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan merupakan suatu penunjang
jalannya kegiatan yang berkaitan kesehatan untuk dapat memberikan segala informasi, pemeriksaan, perawatan dan pengobatan kepada pasien.
Setelah dilakukan olahan data, ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan memengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani terapi antiretroviral. Berdasarkan
hasil wawancara dengan responden ODHA yang mengambil obat di Puskesmas Teladan Kota Medan, para pasien ODHA yang menjadi responden dalam
penelitian ini menyatakan bahwa ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan yang dikategorikan baik, tetapi masih ada beberapa pasien ODHA yang menyatakan
ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan buruk. Banyak yang mengatakan untuk mendapatkan layanan pemeriksaan dokter di Puskesmas Teladan Kota Medan
mudah, karena dokter selalu ada ditempat jarang yang mengatakan sulit untuk menemui dokter untuk mendapatkan layanan kesehatan. Jarak tempuh yang dilalui
pasien dari rumah ke Puskesmas sebagian besar menyatakan jauh karena kebanyak pasien memang tinggal jauh dari Puskesmas agar mendapatkan privasi
untuk mendapatkan obat dan mereka beranggapan ambil obat jauh tidak banyak lingkungan rumah mereka yang mengetahui bahwa mereka penderita HIVAIDS.
Meskipun begitu, responden mengatakan sarana transportasi tersedia setiap saat ditempat mereka tinggal untuk pergi ke Puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Responden sebagian besar menyatakan fasilitas di Puskesmas Teladan Kota Medan sangat bagus. Karena mereka merasa untuk pemeriksaan cukup lengkap
hanya saja untuk pemeriksaan tes awal memang pasien harus memeriksakan diri ke laboratorium yang lebih lengkap dan membutuhkan biaya yang dapat dikatakan
mahal bagi mereka. Namun, pengobatan setelah positif menerima obat antiretroviral mereka tidak mengeluarkan biaya apapun tetapi ditanggung oleh
pemerintah. Petugas kesehatan juga mengatakan apabila tidak ditanggung biaya pengobatan oleh pemerintah kemungkinan pasien tidak mau berobat karena biaya
obat tersebut terbilang sangat mahal. Maka dari itu ketersediaan sarana dan fasilitas kesehatan memengaruhi kepatuhan dalam menjalani terapi antiretroviral.
5.4 Pengaruh Lingkungan Terhadap Kepatuhan Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral