16
2.2.5 Efisiensi Tataniaga
Efisiensi tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan
kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Menurut Mubyarto 1995, syarat-syarat tataniaga
yang efisien adalah 1 mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan 2 mampu mengadakan
pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang
tersebut. Menurut Mubyarto 1995, kondisi efisiensi tataniaga dapat tercapai bila ada
pembagian yang adil bagi semua lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut.
Salah satu kegunaan dari perhitungan marketing margin price spread dan share margin adalah mengetahui tingkat efisiensi pemasaran. Secara umum dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi marketing margin suatu komoditi, maka semakin rendah tingkat efisiensi sistem tataniaga Gultom, 1996.
2.3 Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Roma Kasitha Sinaga 2009 yang berjudul Analisis Tataniaga Sayuran Kubis Ekspor di Desa Saribudolok Kecamatan Silimakuta,
Kabupaten Simalungun. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis saluran tataniaga, menganalisis fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga
tataniaga, menganalisis biaya tataniaga, Price Spread, dan Share Margin lembaga tataniaga, dan menganalisis efisiensi tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian.
Universitas Sumatera Utara
17
Hasil penelitian diperoleh: Terdapat satu saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian, yaitu Petani
– Gapoktan – Eksportir; Setiap lembaga tataniaga melakukan fungsi tataniaga yang berbeda; Biaya, price spread, dan share margin
setiap lembaga tataniaga adalah biaya produksi petani Rp 527.27kg 17.58, harga jual petani Rp 1,200.00kg 40, dan keuntungan petani Rp 672.73kg
22.42; biaya tataniaga Gapoktan Rp 350.00kg 11.67, harga jual Gapoktan Rp 1,800.00kg 60, dan keuntungan yang diperoleh Gapoktan Rp 250.00kg
8.33; dan biaya tataniaga eksportir Rp 442.00kg 5.00, harga jual Rp 3,000.00kg 100, dan keuntungan eksportir Rp 758.00 25.27. Ditinjau dari
biaya tataniaga, maka saluran tataniaga kubis ekspor di daerah penelitian efisien, namun bila ditinjau dari share margin petani, maka saluran tataniaga kubis ekspor
di daerah penelitian tidak efisien. Menurut penelitian Luhut Sihombing 2005 yang berjudul Analisis Tataniaga
Kentang di profinsi Sumatera Utara. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis statistika. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rantai
pemasaran kentang. Pertama, petani - pedagang pengumpul - pedagang besaragen eksportir - eksportir belawan. Kedua, petani - pusat pasar - pusat pasar provinsi
medan – pengecer - konsumen akhir. Ketiga, petani - pedagang pengumpul desa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran kentang di daerah penelitian belum efisien. Hal ini dicirikan oleh harga yang diterima, petani
produsen masih rendah yaitu sebesar 34,95, rendahnya profit share yaitu 13,21 tingginya marketing margin, nisbah margin keuntungan yang kurang
merata di antara middleman, rendahnya nilai koefisien korelasi dan elastisitas transmisi harga. Upaya penyempurnaan sistem tataniaga dapat ditempuh dengan
Universitas Sumatera Utara
18
penguatan kelembagaan yang ada kelompok tani dan KUD, sehingga fungsi - fingsi tataniaga seperti informasi pasar, risk manajemen dapat bekerja secara
optimal.
2.4 Kerangka Pemikiran