Biaya Tataniaga Efisiensi Tataniaga

15

2.2.4 Biaya Tataniaga

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tataniaga menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tataniaga petani terdiri dari semua jenis pengeluaran yag dikorbankan oleh setiap perantara dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang, dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa modalnya Gultom, 1996. Daniel 2002 menyatakan bahwa besarnya biaya tataniaga berbeda satu sama lain, tergantung pada: a. Macam komoditas yang dipasarkan komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga membutuhkan biaya tataniaga yang besar. b. Lokasi daerah produsen bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya transportasi menjadi besar pula. c. Macam dan peranan lembaga tataniaga semakin banyak lembaga niaga yang terlibat dan semakin panjang rantai tataniaga, maka semakin besar biaya tataniaganya. Biaya tataniaga suatu produk biasanya biasanya diukur secara kasar dengan price spread dan share margin. Price spread menyatakan perbedaan dua tingkat harga dan menunjukkan jumlah yang diperlukan untuk menutupi biaya barang-barang didua tingkat pasar, misalnya pasar lokal dan grosir atau grosir dan eceran Hanafiah dan Saefuddin, 1986. Universitas Sumatera Utara 16

2.2.5 Efisiensi Tataniaga

Efisiensi tataniaga merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi tataniaga dapat terjadi jika sistem tersebut dapat memberikan kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat, yaitu produsen, konsumen akhir, dan lembaga-lembaga pemasaran. Menurut Mubyarto 1995, syarat-syarat tataniaga yang efisien adalah 1 mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya, dan 2 mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut. Menurut Mubyarto 1995, kondisi efisiensi tataniaga dapat tercapai bila ada pembagian yang adil bagi semua lembaga yang terlibat dalam kegiatan tataniaga tersebut. Salah satu kegunaan dari perhitungan marketing margin price spread dan share margin adalah mengetahui tingkat efisiensi pemasaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi marketing margin suatu komoditi, maka semakin rendah tingkat efisiensi sistem tataniaga Gultom, 1996.

2.3 Penelitian Terdahulu