Pemakaian Karakteristik Bentuk-bentuk Tuturan

cxcvi tingkatan, yaitu baru dan lama, serta halus dan kasar. Bentuk pisuhan yang diperluas dengan menggunakan kata yang mengandung tingkatan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 24 Perluasan Pisuhan dengan Kata yang Mengandung Perbedaan Tingkatan Pisuhan Perluasan Bentuk Baru Makna Goblok Gendheng Senthing Asem Sempel Gendheng Bocor Temen Rodok Rodok Kurang Nemen Anyaran Alus Goblok temen Rodok gendheng Rodok senthing Kurang asem Nemen sempele Gendheng anyaran Bocor alus Bodoh sekali Agak gila Agak gila Kurang asam kurang ajar Sangat gila Gila baru Bocor gila halus

2. Pemakaian Karakteristik Bentuk-bentuk Tuturan

Pisuhan dalam ”Basa Suroboyoan” Berdasarkan Konteks Sosiokultural Berdasarkan hasil temuan dan analisis, karakteristik bentuk pisuhan ” basa Suroboyoan” adalah mengacu pada 12 model, yaitu: 1 keadaan, 2 binatang, 3 makhluk yang menakutkan, 4 benda-benda, 5 bagian tubuh, 6 kekerabatan, 7 aktivitas, 8 profesi, 9 makanan, cxcvii 10 tempat, serta 11 etnik dan bangsa. 12 tiruan bunyi. Hasil tersebut akan dibandingkan dengan pendekatan karakteristik bentuk dalam pisuha n yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama, apabila dibandingkan dengan karakteristik bentuk pisuhan dalam bahasa Madura Dianita Indrawati, 2006 terdapat perbedaan tentang model acuan. Dalam Dianita Indrawati 2006, model acuan 1 peristiwa dan sesuatu yang buruk, 2 kekurangan fisik, 3 kekurangan mental, dan 4 sifat diperikan menjadi model acuan tersendiri, sementara dalam model acuan pisuha n dalam ” ba sa Sur oboyoa n” dijadikan satu model acuan, yaitu keadaan. Penyatuan model dalam pisuha n ” basa Sur oboyoa n” tersebut karena keadaan mental, fisik, sifat, dan peristiwa yang tidak menyenangkan tersebut dapat digolongkan menjadi satu model acuan, yaitu keadaan. Terdapat 4 model acuan yang tidak digunakan dalam pisuha n bahasa Madura, yaitu 1 benda-benda, 2 makanan, 3 etnik dan bangsa, serta 4 tiruan bunyi. . Kedua, apabila dibandingkan dengan karakteristik bentuk pisuhan dalam bahasa Indonesia I Dewa Putu Wijana, 2006 terdapat perbedaan model acuan. Dalam penelitiannya, I Dewa Putu Wijana menggunakan model acuan berupa seruan sementara dalam penelitian ini tidak digunakan penggolongan tersebut karena seruan merupakan penggolongan yang bukan berdasarkan makna tetapi berdasarkan jenis pisuhan sumpah serapah yang diantaranya adalah makian, umpatan, hujatan, sumpahan, kutukan, dan kecarutan. Misalnya kata pisuha n Cuk yang merupakan pisuha n berbentuk lontaran atau seruan cxcviii mempunyai makna sanggama atau setubuh. Ketika dianalisis berdasarkan model acuan, pisuhan Cuk tersebut mengacu pada aktivitas seksual. Terdapat 4 model acuan yang tidak digunakan dalam pisuha n bahasa Madura, yaitu 1 makanan, 2 tempat, 3 etnik dan bangsa, serta 4 tiruan bunyi. Ketiga, apabila dibandingkan dengan karakteristik bentuk pisuhan dalam bahasa Jawa Sri Wahono Saptomo, 2006 terdapat perbedaan model acuan. Dalam Sri Wahono Saptomo 2006, model acuan 1 benda-benda dan 2 kotoran manusia atau hewan diperikan menjadi model acuan tersendiri sementara dalam model acuan pisuha n ” basa Sur oboyoan” dijadikan satu model acuan, yaitu benda-benda. Penyatuan model dalam pisuha n ” ba sa Sur oboyoa n” tersebut karena kotoran manusia atau hewan dapat digolongkan sebagai benda-benda. Terdapat satu model acuan yang tidak digunakan dalam pisuhan bahasa Jawa dalam penelitian Sri Wahono Saptomo, yaitu tiruan bunyi. Untuk memperjelas perbedaan karakteristik bentuk berdasarkan model acuan, perbandingan karakteristik bentuk dibuat dalam bentuk tabel. Berikut adalah tabel perbandingan karakteristik bentuk berdasarkan model acuan yang digunakan dalam pisuhan . Tabel 25 Perbandingan Analisis Karakteristik Bentuk Pisuhan Karakteristik bentuk pisuhan ” basa Sur oboyoa n” Karakteristik bentuk makian Madura Dianita Indrawati, 2006 Karakteristik bentuk makian bahasa Indonesia I Dewa Putu Wijana, 2006 Karakteristik bentuk makian bahasa Jawa Sri Wahono Saptomo, 2001 1. Keadaan 1. Peristiwa dan sesuatu yang 1. Keadaan, 1. Keadaan orang, cxcix buruk 2. Kekurangan fisik 3. Kekurangan mental 4. Sifat 2. Binatang 5. Binatang 2. Binatang 2. Binatang 3. Makhluk yang menakutkan 6. Makhluk halus 3. Makhluk Halus 3. Makhluk halus 4. Benda-benda - 4. Benda-benda 4. Benda-benda 5. Kotoran manusia atau binatang 5. Bagian tubuh 7. bagian tubuh, 5. Bagian tubuh 6. Bagian tubuh 6. Kekerabatan 8. Istilah kekerabatan 6. Kekerabatan 7. Kekerabatan 7. Aktivitas 9. Seks dan Aktivitasnya 7. Aktivitas 8. Aktivitas tertentu 8. Profesi 10. Profesi 8. Profesi 9. Profesi 9. Makanan - - 10. Makanan 10.Tempat 11. Tempat - 11. Tempat atau daerah asal 11. Etnik dan bangsa -. -. 12. Etnik dan bangsa. 12. Tiruan bunyi. -. - - 9. Seruan Secara keseluruhan, karakteristik bentuk pisuhan berdasarkan penggabungan tiga pendekatan dari I Dewa Putu Wijana, Dianita Indrawati, dan Sri Wahono Saptomo adalah menggunakan 11 model yang mengacu pada: 1 keadaan, 2 binatang, 3 makhluk yang menakutkan, 4 benda-benda, 5 bagian tubuh, 6 kekerabatan, 7 aktivitas, cc 8 profesi, 9 makanan, 10 tempat, serta 11 etnik dan bangsa. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara karakteristik bentuk pisuha n ” ba sa Sur oboyoa n” dengan pendekatan karakteristik bentuk pisuha n berdasarkan penggabungan ketiga pendekatan dari Dianita Indrawati 2006, I Dewa Putu Wijana 2006, dan Sri Wahono Saptomo 2001 di atas. Terdapat satu model acuan baru yang digunakan dalam pisuha n ” ba sa Sur oboyoa n” , yaitu menggunakan model yang mengacu pada tiruan bunyi.

3. Pemakaian Karakteristik Bentuk-bentuk Tuturan