Ketentuan Dasar Jalan di Kabupaten

commit to user 10

2.2.2. Ketentuan Dasar Jalan di Kabupaten

Jalan mempunyai peran yang sangat strategis dalam bidang sosial, budaya, dan hankam kaitannya dengan inegritas nasional. Hal itu terbukti pada negara- negara yang sedang berkembang. Hampir 90 angkutan barang dan orang yang menggunakan prasarana jalan. Sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang ada, jalan di Indonesia dikelompokan berdasarkan kelas jalan dan wewenang pembinaannya. Salah satu pengelompokkan berdasarkan wewenang pembinaannya adalah jalan kabupaten, yaitu jalan umum yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten atau instansi yang ditunjuk. Penetapan status Jalan Kabupaten dilakukan dengan Keputusan Gubernur atas usulan Pemerintah Kabupaten. Dalam Undang- undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, Pemerintah Kabupaten selain mempunyai wewenang pembinaan jalan kabupaten, juga mempunyai wewenang pembinaan jalan desa. Jalan kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk jalan nasional atau jalan propinsi, menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten dan jalan strategis kabupaten. Berdasarkan perkiraan LHR Lalu lintas Harian Rata-rata yang melalui jalan tersebut sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan, jalan kabupaten diklasifikasikan menjadi beberapa kelas jalan, yaitu: Kelas IIIA, IIIB, dan IIIC dengan muatan sumbu terberat MST sebesar 8 Ton. Volume lalu lintas pada kelas jalan tersebut dikelompokkan ke dalam volume lalu lintas rendah, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2. commit to user 11 Tabel 2.2. Klasifikasi Jalan Kabupaten Anonim, 2005c Kelas Jalan Fungsi Jalan KRLL LHR smp Lebar Perk. m Tipe Permukaan Keterangan III A Lokal Primer 4 500 5,5 Aspal Jalan kabupaten yang menghubungkan ibu kota kabupaten dengan pusat kecamatan III B Lokal Sekunder 3 200 - 500 5,5 Aspal Jalan kabupaten yang menghubungkan pusat kecamatan dengan pusat kecamatan lainnya 2 50 – 200 5,5 Min Kerikil dan Maks Aspal III C Lokal Sekunder 1 50 5,5 Kerikil Jalan kabupaten yang menghubungkan desa dengan pusat kecamatan Walaupun demikian dimungkinkan volume lalu lintas normal melewati jalan kabupaten sehingga dalam metode perencanaannya, baik tebal perkerasan maupun geometrik harus disesuaikan dengan volume lalu lintas yang ada, yaitu volume lalu lintas rendah LHR ≤ 1.000 smp atau volume lalu lintas normal LHR 1.000 smp. Syarat minimal digunakan bila anggaran tidak mencukupi, pekerjaan layak secara ekonomis dan sumber daya mendukungmemadai.

2.2.3. Tingkat Kemantapan Jalan