commit to user 8
empiris dan metode mekanis dalam hal penentuan tebal perkerasan jalan AC El-Basyouny, 2010.
Pendekatan optimum untuk desain rencana pelapisan tambah overlay pada perkerasan lentur dikembangkan untuk mengantisipasi buruknya performa
perkerasan maupun umur jalan. Pendekatan optimum ini diaplikasikan untuk desain menggunakan metode AASHTO. Untuk mendapatkan performa jalan dan umur jalan
yang lebih baik pada overlay desain sebaiknya menggunakan indeks perkerasan yang lebih tinggi Abaza et al, 2003.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang disebutkan di atas ditemukan beberapa persamaan dengan penelitian ini antara lain:
a. Analisis dilakukan terhadap jenis kerusakan dan kondisi perkerasan dengan memfokuskan pada permukaan jalan.
b. Pemilihan variabel dalam mengevaluasi perbandingan pola penanganan antara sistem kontraktual dengan sistem swakelola.
Walaupun demikian ada beberapa perbedaan yang dapat dikemukakan sehingga obyek penelitian yang diteliti tetap menarik, antara lain:
a. Pada penelitian-penelitian sebelumnya pada umumnya hanya meneliti kondisi perkerasan pada satu ruas jalan seperti yang dilakukan oleh Sri Wardoyo dan
Syamrizal, sedangkan penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa ruas jalan berdasarkan jenis dan riwayat penanganan.
b. Perbedaan lokasi penelitian yang akan dilakukan dengan lokasi penelitian sebelumnya. Lokasi dan karakteristik pengguna jalan sangat menentukan kinerja
perkerasan. Terkait dengan kesamaan beberapa variabel dalam mengevaluasi perbandingan pola penanganan antara sistem kontraktual dan sistem swakelola
yang dilakukan Marjohan, lokasi tinjauan yang berbeda, serta penambahan komposisi responden merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengelolaan Jalan di Kabupaten
Wewenang penyelenggaraan umum ada pada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta penguasaan jalan ada pada negara. Agar peran jalan dalam
melayani kegiatan masyarakat dapat tetap terpelihara dan keseimbangan
commit to user 9
pembangunan antar wilayah dapat terjaga, negara mengadakan pengaturan tentang pemberian kewenangan penyelenggaraan jalan. Negara memberikan wewenang
kepada pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan. Dalam UU 382004 tentang jalan juga disebutkan bahwa
masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan jalan, selanjutnya secara terinci diberikan pada Tabel 2.1.
Khusus untuk pemerintah kabupaten, negara memberikan wewenang penyelenggaraan jalan yang meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan
desa. Selanjutnya sesuai dengan sistem pemerintahan yang berlaku di Indonesia wewenang tersebut dilimpahkan kepada instansi yang ditunjuk di daerah. Wewenang
penyelenggaraan jalan tersebut meliputi kegiatan penyelenggaraan jalan yang terdiri atas seluruh siklus kegiatan dan perwujudan jalan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan. Tabel 2.1. Wewenangan Pemerintah Kabupaten dalam Penyelenggaraan Jalan
Kabupaten Anonim, 2004
No Wewenang
Pengertian 1.
Pengaturan a. Perumusan kebijakan penyelenggaraan jalan kabupaten
berdasarkan kebijakan nasional di bidang jalan dengan memperhatikan keserasian antar daerah dan antar kawasan.
b. Penyusunan pedoman operasional penyelenggaraan jalan kabupaten.
c. Penetapan status jalan kabupaten. d. Penyusunan perencanaan jaringan jalan kabupaten.
2. Pembinaan
a. Pemberian bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan dan pelatihan para aparatur penyelenggara jalan kabupaten.
b. Pemberian izin, rekomendasi, dispensasi, dan pertimbangan pemanfaatan ruang manfaat jalan, ruang milik jalan, dan ruang
pengawasan jalan. c. Pengembangan teknologi terapan di bidang jalan untuk jalan
kabupaten. 3.
Pembangunan a. Perencanaan
teknis, pemrograman,
dan penganggaran,
pengadaan lahan, serta pelaksanaan konstruksi jalan kabupaten. b. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kabupaten.
c. Pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kabupaten.
4. Pengawasan
a. Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kabupaten. b. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan
kabupaten.
commit to user 10
2.2.2. Ketentuan Dasar Jalan di Kabupaten