Perbandingan Kinerja Perkerasan Berdasarkan Kerusakan Permukaan

commit to user 74

4.3. Pembahasan

4.3.1. Perbandingan Kinerja Perkerasan Berdasarkan Kerusakan Permukaan

Tolok ukur kinerja perkerasan dinyatakan dalam tingkat kemantapan jalan. Kondisi baik dan sedang digolongkan sebagai kondisi mantap, sedangkan kondisi rusak ringan dan rusak berat termasuk kondisi tidak mantap. 4.3.1.1. Kinerja Perkerasan Ruas Jalan yang Menggunakan Lapen Berdasarkan hasil evaluasi kerusakan permukaan jalan terhadap tiga ruas jalan, yaitu Tanabau – Baera, Tile Tile – Lembangia, dan Tajuiya Baru – Tonjo sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.25, selanjutnya dilakukan klasifikasi kondisi jalan sesuai dengan tingkat kemantapan jalan. Hasil klasifikasi tingkat kemantapan jalan diberikan pada Tabel 4.44. Tabel 4.44. Tingkat Kemantapan Jalan dengan Permukaan Lapen Nama Ruas Panjang km Kondisi Jalan km Baik Sedang Rusak Rusak Berat Tanabau – Baera 2,50 1,70 0,50 0,30 - Tile Tile – Lembangia 2,70 2,20 0,50 - - Tajuiya Baru – Tonjo 4,00 4,00 - - - Jumlah 9,20 7,90 1,00 0,30 - Tingkat Kemantapan Mantap Tidak Mantap Persentase 96,74 3,26 Tabel 4.44 memperlihatkan bahwa dari 9,20 km panjang jalan yang disurvei, 8,90 km atau 96,74 masih berada dalam kondisi mantap, sedangkan 0,30 km atau 3,26 dalam kondisi tidak mantap setelah melewati umur layanan 2 tahun. Jenis kerusakan yang umum terjadi pada ruas jalan yang menggunakan lapen adalah retak yang terjadi meliputi retak bercabangberliku meandering cracks dan retak memanjang longitudinal cracks, lubang dan amblas. Retak bercabangberliku kemungkinan disebabkan oleh perambatan dari deformasi lapisan perkerasan di bawahnya, lemahnya pinggir perkerasan akibat perubahan kadar air, penurunan tidak seragam pada tanah dasar dan adanya akar pohon di bawah lapis perkerasan. Retak memanjang dapat disebabkan oleh bahan pada pinggir perkerasan yang kurang baik, sokongan atau material bahu jalan kurang baik, terjadinya penurunan material bahu jalan serta drainase kurang baik. Lubang yang terjadi kemungkinan disebabkan oleh kurangnya kadar aspal sebagai pengikat commit to user 75 agregat dan penggunaan agregat yang kotor sehingga mengurangi kelekatan aspal pada agregat. Amblas kemungkinan disebabkan oleh beban kendaraan yang berlebihan overloading, penurunan pada tanah dasar maupun pelaksanaan pemadatan yang kurang baik. Permukaan jalan kabupaten yang menggunakan lapen pada umumnya memiliki tekstur terbuka dan kasar. Gambar 4.12. Kerusakan dan Tekstur Permukaan Lapen Berdasarkan hasil penelusuran lanjutan melalui wawancara dengan Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Selayar, ada beberapa hal yang mempengaruhi kualitas pemeliharaan jalan sehingga memicu terjadinya kerusakan. Beberapa catatan pelaksanaan yang dikemukakan antara lain: a. Penggunaan agregat bulat kerikil sebagai agregat pengunci untuk menggantikan material batu pecah ukuran 1 – 2 cm split yang menyebabkan interlocking antara agregat pokok dengan agregat pengunci kurang sempurna. b. Penggunaan agregat yang kotor sehingga mengurangi kelekatan aspal terhadap agregat. c. Pemadatan yang kurang baik terutama pada daerah tanjakan. d. Kurangnya kuantitas aspal pengikat tack coat. 4.3.1.2. Kinerja Perkerasan Ruas Jalan yang Menggunakan Lasbutag Berdasarkan hasil evaluasi kerusakan permukaan jalan terhadap tiga ruas jalan, yaitu Kolo Kolo – Bitombang, Silolo – Bontobuki, dan Sasara – Rea Rea sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4.25, selanjutnya dilakukan klasifikasi kondisi jalan sesuai dengan tingkat kemantapan jalan. Hasil klasifikasi tingkat kemantapan jalan diberikan pada Tabel 4.45. commit to user 76 Tabel 4.45. Tingkat Kemantapan Jalan dengan Permukaan Lasbutag Nama Ruas Panjang km Kondisi Jalan km Baik Sedang Rusak Rusak Berat Kolo Kolo – Bitombang 3,50 3,50 - - - Silolo – Bontobuki 3,00 2,50 0,20 0,30 - Sasara – Rea Rea 3,60 3,10 0,10 0,40 - Jumlah 10,10 9,10 0,30 0,70 - Tingkat Kemantapan Mantap Tidak Mantap Persentase 93,07 6,93 Tabel 4.45 memperlihatkan bahwa dari 10,10 km panjang jalan yang disurvei, 9,40 km atau 93,07 masih berada dalam kondisi mantap, sedangkan 0,70 km atau 6,93 dalam kondisi tidak mantap setelah melewati umur layanan 2 tahun. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jenis kerusakan yang terjadi pada permukaan lasbutag sama seperti pada permukaan lapen, yaitu retak memanjang longitudinal cracks, retak bercabangberliku meandering cracks, lubang, dan amblas. Tekstur permukaan lasbutag lebih rapat dan halus dibandingkan dengan lapen. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa permukaan lasbutag rentan terhadap pengelupasan stripping seperti ditemukan pada Ruas Silolo – Bontobuki. Gambar 4.13. Kerusakan dan Tekstur Permukaan Lasbutag Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pemeliharaan jalan dengan menggunakan lasbutag sebagaimana dituturkan melalui wawancara dengan Kepala Seksi Pemeliharaan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Selayar antara lain: a. Bentuk curah, mudah terkontaminasi dengan lempung dan bahan lainnya pada saat penimbunan dan pengangkutan. commit to user 77 b. Proses pemecahan crushing yang kurang baik. Ukuran butir yang relatif besar, pada spesifikasi lasbutag disyaratkan ukuran butir maksimum adalah lolos saringan No. 4 4,76 mm, kenyataanya di lapangan dijumpai butir asbuton di atas 1” 2,54 mm. Hal itu akan mempengaruhi pengaktifan bitumen asbuton oleh bahan peremaja. c. Proses pengeringan drying yang kurang baik sehingga kadar air relatif tinggi dan tidak seragam. Pada asbuton curah kadar air dapat mencapai 20. d. Kadar aspal yang tidak homogen. e. Pemadatan yang kurang baik. f. Ketebalan lapisan yang tidak mencukupi. Gambar 4.14. Timbunan Asbuton Konvensional Pembahasan mengenai kinerja perkerasan jalan yang menggunakan lapen dan lasbutag menunjukkan bahwa berdasarkan kerusakan pada lapis permukaan, kinerja ruas jalan yang menggunakan lapen lebih baik dibandingkan dengan ruas jalan yang menggunakan lasbutag. Hal itu ditunjukkan melalui persentase tingkat kemantapan jalan. Struktur perkerasan jalan dengan lapen menghasilkan kondisi mantap sebesar 96,74 lebih besar dari 93,07 untuk jalan yang menggunakan lasbutag setelah melewati umur layanan 2 tahun dari keseluruhan ruas jalan yang ditinjau. commit to user 78 Gambar 4.15. Tingkat Kemantapan Jalan Pada beberapa segmen jalan yang dievaluasi, ditemukan kondisi jalan tidak mantap yang termasuk kategori rusak ringan. Jenis kerusakan yang ditemukan pada kedua lapis permukaan sama, meliputi retak, lubang, dan amblas dengan kuantitas kecil. Selain beberapa kemungkinan penyebab kerusakan yang harus diantisipasi sebagaimana diuraikan sebelumnya, kondisi bahu dan drainase jalan memerlukan perhatian yang serius. Tabel 4.9 menunjukkan kondisi bahu jalan pada umumnya sedang dan rusak, yaitu kemiringan buruk dan elevasi yang lebih tinggirendah dari permukaan jalan. Hal itu menyebabkan rendahnya sokongan material bahu dan menghalangi pergaliran air ke samping. Kondisi drainase yang ada pada umumnya rusak dan rusak berat, bahkan masih banyak daerah sepanjang ruas yang masih memerlukan drainase sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.10. Drainase yang buruk akan meningkatkan konsentrasi air di permukaan pada musim hujan. Hal itu memberikan sumbangan yang cukup besar terjadinya pelepasan ikatan antara aspal dengan agregat disbounding sebagai gejala awal penyebab kerusakan permukaan jalan. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Mantap Tidak Mantap 96.74 3.26 93.07 6.93 T in g k at Ke m an tap an Lapen Lasbutag commit to user 79

4.3.2. Perbandingan Kinerja Perkerasan Berdasarkan Kekuatan Struktur