Analisis Kinerja Ruas Jalan Berdasarkan Kekuatan Struktur

commit to user 59 Tabel 4.25. Tingkat Kemantapan Jalan Nama Ruas Pjg km Jenis Permukaan Kondisi Jalan km Baik Sedang Rusak Rusak Berat Kolo Kolo – Bitombang 3,50 Lasbutag 3,50 - - - Silolo – Bontobuki 3,00 Lasbutag 2,50 0,20 0,30 - Sasara – Rea Rea 3,60 Lasbutag 3,10 0,10 0,40 - Tanabau – Baera 2,50 Lapen 1,70 0,50 0,30 - Tile Tile – Lembangia 2,70 Lapen 2,20 0,50 - - Tajuiya Baru – Tonjo 4,00 Lapen 4,00 - - -

4.2.2. Analisis Kinerja Ruas Jalan Berdasarkan Kekuatan Struktur

Perkerasan dengan Metode Analisis Komponen SKBI 1987 Analisis tebal perkerasan ruas jalan eksisting dilakukan untuk mengevaluasi kekuatan perkerasan jalan dalam mendukung beban lalu lintas. Metode analisis menggunakan Metode Analisis Komponen SKBI 1987 yang dikembangkan oleh Ditjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum. Di bawah ini diberikan perhitungan kekuatan struktur perkerasan jalan ruas Kolo Kolo – Bitombang. 4.2.2.1. Data Teknis Jalan a. Status jalan : Lokal sekunder b. Jenis perkerasan : Perkerasan lentur c. Lapis permukaan : Lasbutag d. Lebar jalan : 3,50 m e. Jumlah lajur : 1 lajur f. Lebar bahu jalan : 1 m g. Kelandaian maksimum : 9,57 4.2.2.2. Perhitungan ITP Jalan Eksisting Nilai Indeks Tebal Perkerasan jalan eksisting ITP ada menggambarkan kekuatan lapisan perkerasan berdasarkan jenis dan ketebalan lapisan struktur perkerasan. Langkah-langkah perhitungan nilai ITP ada adalah: a. Kekuatan lapisan perkerasan Koefisien kekuatan relatif dari jenis lapisan perkerasan berdasarkan Tabel 2.14 adalah: Lasbutag LP a 1 = 0,26 commit to user 60 Batu pecah kelas B LPA a 2 = 0,13 Telford LPB a 3 = 0,12 b. Tebal lapisan perkerasan Tebal lapisan perkerasan berdasarkan data struktur perkerasan adalah: Lasbutag LP D 1 = 5 cm Batu pecah kelas B LPA D 2 = 10 cm Telford LPB D 3 = 15 cm c. Kondisi perkerasan Nilai kondisi lapis permukaan ditentukan berdasarkan interpretasi hasil survei kerusakan permukaan, disandingkan dengan pendekatan empiris seperti ditunjukkan pada tabel 2.12. Kondisi lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah ditentukan melalui pendekatan nilai Plastisitas Indeks PI sesuai kriteria pada Tabel 2.12. Nilai kondisi yang diambil adalah batas bawah dari interval nilai sesuai kriteria yang ada. Lasbutag LP P 1 = 90 Batu pecah kelas B LPA P 2 = 80 Telford LPB P 3 = 90 d. Nilai Indeks Tebal Perkerasan yang ada ITP ada Nilai ITP ada dihitung dengan menggunakan rumus: ITP ada = P 1 .a 1 .D 1 + P 2 .a 2 .D 2 + P 3 .a 3 .D 3 Sehingga diperoleh: Lasbutag LP = 90 x 0,26 x 5 = 1,17 Batu pecah kelas B LPA = 80 x 0,13 x 10 = 1.04 Telford LPB = 70 x 0,12 x 15 = 1,26 ITP ada = 3,47 4.2.2.3. Perhitungan Indeks Tebal Perkerasan yang diperlukan Nilai Indeks Tebal Perkerasan yang diperlukan ITP perlu menggambarkan kebutuhan struktur perkerasan dalam melayani beban kendaraan selama umur rencana yang ditentukan. Pada umumnya pemeliharaan jalan kabupaten dilakukan dengan umur rencana 5 tahun, sehingga ruas jalan telah melewati umur layanan 2 tahun sejak digunakan pada tahun 2008. Oleh karena itu, diambil umur rencana perhitungan 3 tahun sejak evaluasi dilakukan, atau sampai dengan tahun 2013. commit to user 61 Langkah-langkah perhitungan dalam menentukan Indeks Tebal Perkerasan yang diperlukan ITP perlu adalah: a. Beban lalu lintas primer LHR Jenis kendaraan yang melintasi ruas jalan tersebut terdiri dari: 1 Sepeda motor dengan berbagai merek dan jenis. 2 Kendaraan ringan, seperti kendaraan pribadi jeep, mini bus, mobil angkutan penumpang mini bus, dan kendaraan barang mini bus, pick up. 3 Kendaraan berat truk 2 as. Jenis kendaraan yang diperhitungan dalam Metode Analisis Komponen adalah minimal jenis kendaraan ringan 2 ton, sehingga jumlah LHR diperoleh: Kendaraan ringan 2 ton = 36 Truk 2 as 8 ton = 11 LHR kendaraanhari2 jalur = 47 b. Angka Ekivalen E Perhitungan angka ekivalen E masing-masing kendaraan adalah: Kendaraan ringan 2 ton = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004 Truk 2 as 8 ton = 0,0183 + 0,141 = 0,1593 c. Lintas Ekivaken Permulaan LEP LEP = LHRj x Cj x Ej Kendaraan ringan 2 ton = 36 x 1,0 x 0,004 = 0,014 Truk 2 as 8 ton = 11 x 1,0 x 0,1593 = 1,752 LEP = 1,767 d. Lintas Ekivaken Akhir LEA LEA = LHRj 1 + m UR x Cj x Ej Nilai LHRj 1 + m UR adalah prediksi volume lalu lintas pada tahun 2013. Berdasarkan Tabel 4.12 nilai LHRj 1 + m UR berdasarkan jenis kendaraan: Kendaraan ringan 2 ton = 57 Truk 2 as 8 ton = 16 sehingga perhitungan nilai LEA menjadi: Kendaraan ringan 2 ton = 57 x 1,0 x 0,004 = 0,023 Truk 2 as 8 ton = 16 x 1,0 x 0,1593 = 2,549 LEA = 2,572 commit to user 62 e. Lintas Ekivaken Tengah LET LET = 0,5 x LEP + LEA LET = 0,5 x 1,767 + 2,572 LET = 2,169 f. Lintas Ekivaken Rencana LER LER = LET x FP LER = LET x UR10 LER = 2,169 x 0,3 LER = 0,651 g. Daya dukung Tanah Dasar DDT Daya Dukung Tanah Dasar DDT ditentukan berdasarkan nilai CBR tanah dasar subgrade. Nilai CBR tanah dasar secara analitis ditentukan melalui Persamaan 2.7: CBRsegmen = CBRrata-rata – CBRmax – CBRminR CBRrata-rata = 9,54 CBRmax = 12,70 CBRmin = 6,30 R dari Tabel 2.8 = 3,18 jumlah titik pengamatan CBR 10 CBRsegmen = 9,54 – 12,70 – 6,30 3,18 CBRsegmen = 9,54 – 2,013 CBRsegmen = 7,53 Dari Gambar 2.2 Grafik Korelasi CBR dengan DDT diperoleh: DDT = 5,4 h. Faktor Regional FR Faktor Regional FR adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya perbedaan kondisi jalan dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Berdasarkan Tabel 2.9, nilai FR diperoleh: Kelandaian = 9,57 Kelandaian II kend. berat = 23,40 30 Curah hujan = 2.484 mmthn Iklim II FR = 2,0 commit to user 63 i. Indeks Permukaan IP 1 Indeks Permukaan Awal IPo Berdasarkan Tabel 2.11 untuk permukaan lasbutag diperoleh nilai IPo sebesar: IPo = 3,4 – 3,0 2 Indeks Permukaan Akhir IPt Penentuan IP pada akhir umur rencana perlu mempertimbangkan faktor- faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah ekivalen rencana LER seperti ditunjukkan pada Tabel 2.10. Status jalan = lokal LER = 0,271 IPt = 1,0 – 1,5 j. Indeks Tebal Perkerasan akhir umur rencana ITP perlu Nilai ITP perlu ditentukan berdasarkan: DDT = 5,4 LER = 0,651 FR = 2,0 IPo = 3,4 – 3,0 IPt = 1,0 – 1,5 dari nomogram 6 untuk mencari ITP Lampiran F diperoleh: ITP perlu = 2,86 4.2.2.4. Perhitungan Selisih ITP perlu dengan ITP ada ∆ITP Perhitungan ∆ITP dilakukan untuk menentukan apakah konstruksi perkerasan yang ada saat ini masih mampu mendukung beban lalu lintas berdasarkan proyeksi nilai LHR sampai tahun 2013 umur layanan 5 tahun sejak digunakan. Jika nilai ∆ITP bernilai positif maka diperlukan lapis tambah perkerasan overlay. Sebaliknya jika ∆ITP bernilai negatif tidak diperlukan lapis tambah, hanya dilakukan pemeliharaan rutin. ∆ITP = ITP perlu - ITP ada ∆ITP = 2,86 - 3,47 ∆ITP = -0,61 commit to user 64 Nilai ∆ITP untuk ruas jalan Kolo Kolo – Bitombang diperoleh -0,61, sehingga untuk penanganan kerusakan perkerasan hanya diperlukan pemeliharaan rutin. Melalui cara yang sama dilakukan perhitungan kekuatan perkerasan jalan untuk ruas-ruas yang lain. Hasil perhitungan dengan metode Analisis Komponen SKBI 1987 enam ruas jalan diberikan pada Tabel 4.26 di bawah ini perhitungan kekuatan perkerasan lentur dilampirkan pada Lampiran E. Tabel 4.26. Hasil Perhitungan Kekuatan Perkerasan Jalan Umur rencana 3 tahun No. Ruas Nama Ruas Paramater Kekuatan Perkerasan Penanganan ITP perlu ITP ada ∆ITP 002 021 034 037 039 065 Kolo Kolo – Bitombang Silolo – Bontobuki Tanabau – Baera Tile Tile – Lembangia Sasara – Rea Rea Tajuiya Baru – Tonjo 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 2,86 3,47 3,21 3,21 3,18 3,18 3,43 -0,61 -0,35 -0,35 -0,31 -0,31 -0,56 Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin Pemeliharaan rutin

4.2.3. Analisis Data Kuesioner Pola Penanganan Kegiatan Pemeliharaan Jalan