commit to user 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Penelitian pada ruas jalan Solo – Gemolong yang dilakukan oleh Sri Wardoyo dengan memfokuskan pada manajemen pemeliharaan jalan dengan hasil: jenis
kerusakan pada ruas jalan tersebut meliputi amblas, retak buaya, keriting, retak memanjang, rusak tengah, rusak tepi, pengelupasan, jembul, dan lubang. Jenis
kerusakan yang paling banyak ditemukan adalah kerusakan amblas sebesar 1459,93 m
2
. Jenis kerusakan yang paling sedikit adalah kerusakan jembul, dan sungkur sebesar 77 m
2
Wardoyo, 2003. Analisis pelaksanaan pemeliharaan jalan antara sistem swakelola dengan
sistem dikontrakkan, pernah dilakukan oleh Marjohan di Kabupaten Bengkalis dengan hasil penelitian: pelaksanaan pekerjaan secara swakelola lebih
menguntungkan ditinjau dari segi waktu pelaksanaan, prosedur pelaksanaan, dan biaya pelaksanaan pekerjaan, sedangkan dari segi mutu pekerjaan tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan Marjohan, 2009. Penelitian lain dilakukan Syamsurizal pada pelaksanaan swakelola
pemeliharaan jalan Kerikil di Kabupaten Rokan Hulu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui metode yang paling efisien dari metode yang sudah ada dan memberikan
masukan instansi terkait tentang efektifitas upaya penanganan pemeliharaan dengan metode swakelola dengan mempergunakan peralatan milik pemerintah kabupaten
Rokan Hulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya penanganan pemeliharaan jalan rutin swakelola dengan pekerjaan pengkerikilan lebih efisien dengan
pencapaian target volume meningkat sampai 100 dari target panjang sebelumnya Syamsurizal, 2005.
Pavement condition evaluation system PACES merupakan suatu system untuk mencatat tingkatan dan tipe kerusakan permukaan pada perkerasan beraspal.
Sistem ini dikembangkan oleh Georgia Department of Transportation GDOT lebih
6
commit to user 7
dari lima belas tahun yang lalu. Sistem ini hanya dipergunakan untuk kondisi struktur permukaan perkerasan, tidak termasuk skid resistance dan rideability, keduanya
diukur dengan kecepatan tinggi Kim et al, 2006. Penelitian yang dilakukan oleh Janof et al 2005 memaparkan sebuah metode
baru dalam menilai kerataan permukaan. Metode tersebut menggunakan alat bantu statistik disamping penilaian fisik kondisi perkerasan berdasarkan tingkat
kenyamanan pengendara. Indikator kenyamanan ditentukan berdasarkan angka kenyamanan pengendara. Berdasarkan nilai rideability number RN tersebut
ditentukan kebutuhan pemeliharaan terhadap ruas jalan. Penemuan ini merupakan sumbangan yang sangat positif terhadap perkembangan program manajemen
rehabilitasi perkerasan terutama dalam mengumpulkan dan menganalisis karakteristik permukaan perkerasan sebagai dasar untuk pengujian selanjutnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Okine mengembangkan model untuk memprediksi kerataan perkerasan jalan selama umur layan dalam mendukung beban
lalu lintas berdasarkan kerusakan permukaan jalan dan pengaruh lingkungan. Model yang dikembangkan mampu memprediksi kerataan roughness dari waktu ke waktu
selama umur layan jalan. Ini sangat berguna dalam merumuskan rencana dan teknik pemeliharaan jalan. Artificial neural networks ANNs mampu memprediksi tingkat
kerataan perkerasan berdasarkan awal mula terjadi deformasi permanen, peningkatan retak, dan jenis-jenis kerusakan lainnya. ANNs merupakan salah satu model
matematik yang diharapkan mampu menggambarkan secara umum kondisi perkerasan, serta menghitung umur sisa perkerasan Okine, 2004.
Penentuan tebal lapis tambah perkerasan overlay Asphalt Concrete AC berdasarkan beberapa parameter yang secara empiris merupakan suatu kesepakatan
para ahli jalan. Pendapat ahli ini digunakan untuk memberikan penghargaan maupun hukuman pada kontraktor dalam hal jaminan kualitas konstruksi. Selain pendapat
ahli, property dari AC sendiri juga berpengaruh dalam peningkatan performa jalan. Karena itu diperlukan pengembangan suatu metode untuk menghilangkan perbedaan
antara job mix yang dihasilkan dengan performa dan peningkatan umur jalan. Model yang diterapkan yaitu integrasi antara AASHTO’S Mechanistic Empirical Pavement
dan Simple Performance Test NCHRP 9 – 19. Dari perpaduan ini diperoleh suatu model yang dinamakan NCHRP 9 – 22 yang mengkombinasikan antara metode
commit to user 8
empiris dan metode mekanis dalam hal penentuan tebal perkerasan jalan AC El-Basyouny, 2010.
Pendekatan optimum untuk desain rencana pelapisan tambah overlay pada perkerasan lentur dikembangkan untuk mengantisipasi buruknya performa
perkerasan maupun umur jalan. Pendekatan optimum ini diaplikasikan untuk desain menggunakan metode AASHTO. Untuk mendapatkan performa jalan dan umur jalan
yang lebih baik pada overlay desain sebaiknya menggunakan indeks perkerasan yang lebih tinggi Abaza et al, 2003.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang disebutkan di atas ditemukan beberapa persamaan dengan penelitian ini antara lain:
a. Analisis dilakukan terhadap jenis kerusakan dan kondisi perkerasan dengan memfokuskan pada permukaan jalan.
b. Pemilihan variabel dalam mengevaluasi perbandingan pola penanganan antara sistem kontraktual dengan sistem swakelola.
Walaupun demikian ada beberapa perbedaan yang dapat dikemukakan sehingga obyek penelitian yang diteliti tetap menarik, antara lain:
a. Pada penelitian-penelitian sebelumnya pada umumnya hanya meneliti kondisi perkerasan pada satu ruas jalan seperti yang dilakukan oleh Sri Wardoyo dan
Syamrizal, sedangkan penelitian yang akan dilakukan meliputi beberapa ruas jalan berdasarkan jenis dan riwayat penanganan.
b. Perbedaan lokasi penelitian yang akan dilakukan dengan lokasi penelitian sebelumnya. Lokasi dan karakteristik pengguna jalan sangat menentukan kinerja
perkerasan. Terkait dengan kesamaan beberapa variabel dalam mengevaluasi perbandingan pola penanganan antara sistem kontraktual dan sistem swakelola
yang dilakukan Marjohan, lokasi tinjauan yang berbeda, serta penambahan komposisi responden merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil
penelitian.
2.2. Landasan Teori