commit to user
83
4.2.3 Hambatan – hambatan
Dalam upaya melakukan sebuah perubahan, tentu dalam perjalanannya menemui hambatan dan kendala. Begitu pula, dalam proses peningkatan pelayanan
yang dilakukan oleh pustakawan di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta, mereka juga menemui hambatan – hambatan yang mampu menjadi
penghalang dalam perannya untuk meningkatkan layanan. Adapun hambatan yang ditemui pustakawan Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta dalam
melaksanakan perannya adalah :
4.2.3.1 Sumber daya manusia pustakawan
“Saya dan Bu Umi sebentar lagi mau pension sebagai pustakawan, jadi tinggal dua pustakawan, pekerjaannya akan semakin berat, sepertinya dalam
waktu dekat nanti kita akan mengajukan permohonan untuk memdapatkan pustakawan dari test CPNS, tapi itu baru rencana mudah – mudahan
terlaksana karena di sini memang sangat membutuhkan pustakawan apalagi yang dari program pendidikan formal, mereka kan memiliki pengetahuan
dalam pengembangan perpustakaan lebih bagus dan lebih baru dari kami yang hanya melalui program diklat” Wawancara dengan Bapak Warsito,
Pustakawan bagian Pelayanan Perpustakaan, 17 Februari 2011.
Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta hanya memiliki empat pustakawan, dua diantaranya akan memasuki masa pensiun. Selain itu, jenjang
jabatan fungsional pustakawan tidak seimbang, dimana terdapat tiga pustakawan dengan jenjang penyelia dan satu pustakawan dengan jenjang pelaksana lanjutan.
Apabila tugasnya dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka hanya satu pustakawan saja yang melakukan seluruh tugas yang terdapat di perpustakaan
sebagai tanggung jawab atas jabatan sebagai pustakawan tingkat terampil jenjang pelaksanaan lanjutan.
commit to user
84
Selain kendala akan jenjang jabatan fungsional yang ada, kinerja pustakawan dapat dikatakan kurang maksimal. Seorang pustakawan mengakui bahwa
dari seluruh pekerjaan yang terdapat di perpustakaan jika dilakukan oleh seorang pustakawan, maka pustakawan yang lain tidak bersedia untuk membantu. Hal
tersebut membuat pustakawan yang memiliki semangat untuk melakukan perubahan menjadi ikut malas – malasan dan terkesan acuh terhadap perkembangan serta
peningkatan layanan di perpustakaan.
4.2.3.2 Gedung bangunan dan ruangan
“Dulu letaknya bukan di sini, di Panggung sana Jln. Urip Sumoharjo, di sana dulu ramai, sampai sore kita buka, kadang hampir jam tutup masih
banyak pengunjungnya, gedungnya luas, tapi karena sering bocor jadi dipindahkan ke sini. Gedung ini juga sudah tua, lantai dua itu sudah tidak
bisa untuk menampung seluruh koleksi, nanti lantainya bisa melengkung turun, kurang aman” Wawancara dengan Bapak Warsito, Pustakawan
bagian Pelayanan Perpustakaan, 17 Februari 2011.
Bangunan yang digunakan oleh Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta di Jl. Kepatihan No.3 Surakarta merupakan bangunan tua yang tidak
layak jika digunakan sebagai gedung perpustakaan. Gedung tersebut memiliki dua lantai, lantai pertama digunakan sebagai layanan perpustakaan, sedangkan lantai
kedua sebagai administrasi dan layanan pengolahan bahan pustaka. Ruangan yang digunakan sebagai tempat layanan perpustakaan tidak cukup nyaman untuk
menampung seluruh koleksi, sebagai ruang baca, dan sebagai meja layanan sirkulasi. Selain ruangan yang sempit, ventilasi pun kurang dan pencahayaan harus dibantu
dengan cahaya listrik. Sehingga jika terjadi pemadaman lampu, ruangan perpustakaan menjadi gelap dan mengurangi kenyamanan bagi pengguna.
commit to user
85
Suwarno 2009:80 menyebutkan aspek yang perlu diperhatikan pada unsur gedung adalah :
1. Lokasi, harus ditempat yang mudah dan ekonomis didatangi masyarakat pemakainya;
2. Luas tanah jika perpustakaan menempati gedung tersendiri diusahakan cukup menampung bangunan gedung, dengan kemungkinan perluasan
dalam kurun waktu 10 – 15 tahun mendatang; 3. Luas gedung atau ruangannya harus cukup menampung ruang koleksi
bahan pustaka, ruang baca dengan kapasitas minimal 10 dari jumlah masyarakat yang dilayani, ruang layanan, ruang kerja pengolahan dan
administrasi;
4. Ruangan – ruangan lain yang diperlukan, seperti gedung dan kamar kecil;
5. Konstruksi, mencakup aspek kekuatan dan pengamanan; 6. Cahaya didalam ruangan harus terang;
7. Kesejukan didalam ruangan dan pertukaran udara ventilasi harus baik; 8. Lingkungan yang tenang;
9. Tempat parkir kendaraan secukupnya; 10. Taman,dll.
Sedangkan menurut Sutarno 2006:82, sebuah gedung yang dibangun dan diperuntukkan perpustakaan diharapkan memiliki sejumlah ruangan untuk
menampung berbagai kegiatan perpustakaan. Ruangan – ruangan tersebut antara lain meliputi : ruangan koleksi, dengan kapasitas daya tampung bahan pustaka
tertentu, misalnya untuk perpustakaan umum kabupaten kota dapat menampung 20.000 – 30.000 judul buku, dan berbagai koleksi yang lain yaitu :
1. Ruangan bacanya dapat menampung jumlah pengunjung sekitar 30 – 40 orang tempat duduk;
2. Ruangan koleksi referensi; 3. Ruangan koleksi pandang dengar PD untuk perpustakaan umum dan
perpustakaan tertentu lainnya; 4. Ruangan kerja pengolahan;
5. Ruangan kerja tata usaha administrasi; 6. Ruangan kepala perpustakaan;
7. Ruangan layanan, lemari catalog dan penitipan barang; 8. Ruangan lobi dan ruang pengumuman pamer;
9. Ruang pertemuan dengan kapasitas tertentu, misalnya 75 – 100 orang; 10. Ruang gudang;
11. Kamar kecil, garasi secukupnya;
commit to user
86
12. Di luar gedung, diperlukan lahan parkir untuk mobil, motor pengunjung dan karyawan secukupnya, serta halaman dengan ingkungan yang hijau
asri-taman. Hal – hal yang tersebut di atas belum diterapkan secara optimal oleh pihak
pengelola perpustakaan, hal ini berdampak kepada seluruh sektor layanan yang terdapat di perpustakaan. Selain itu, mampu mengurangi angka kunjungan dari
masyarakat pemakai.
4.2.3.3 Sarana prasarana