11
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu Negara di Asia Tenggara yang sedang mengalami perkembangan di segala bidang kehidupan baik itu sosial maupun
ekonomi. Hal itu dapat kita lihat dari banyaknya bentuk modernitas yang masuk ke Indonesia dan pembangunan infrastruktur yang terjadi di setiap Perkotaan-
perkotaan di Indonesia. Pembangunan infrastruktur seperti jalan raya, pusat perbelanjaan yang besar, dan pusat-pusat perkantoran menjadi bukti bahwa
Negara Indonesia melakukan perubahan dan pembangunan. Namun demikian, perkembangan di segala bidang yang terjadi di Perkotaan belum cukup mampu
memberantas fenomena kemiskinan yang ada. Perkembangan dan pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus akhirnya melahirkan persaingan hidup,
sehingga muncul fenomena kehidupan yang berujung pada kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia disebabkan oleh gejolak
ekonomi yang semakin menyengsarakan masyarakat dan telah menimbulkan masalah-masalah baru yang cukup kompleks seperti semakin banyaknya
pengangguran dan menjamurnya perumahan kumuh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tercatat angka kemiskinan di Indonesia sampai bulan Maret tahun
2013 mencapai 28,07 juta jiwa atau 11,37 persen dari jumlah penduduk Indonesia. www.bps.go.id
Medan merupakan kota nomor tiga terbesar di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2012 tentang kabupatenkota, tercatat bahwa luas wilayah Kotamadya
Universitas Sumatera Utara
12
Medan adalah 265,10 km2 dengan jumlah penduduk di Kotamadya Medan mencapai 2.122.804 jiwa dengan kepadatan penduduk 8.008 jiwa per km2.
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara
regional. Bahkan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering di gunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan program pe
merintah daerah. http:www.pemkomedan.go.id Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan
keuangan regionalnasional. Pembangunan-pembangunan yang terjadi di Kota Medan dapat kita lihat dari banyaknya pembangunan gedung-gedung mewah, dan
infrastruktur-infrastrukutur di jalan raya seperti lampu jalan, jembatan penyebrangan juga halte-halte bus untuk memperlancar warga kota medan
beraktivitas. Selain itu di kota medan juga banyak didirikan mall-mall yang besar seperti Plaza Medan Fair, Sun Plaza, Palladium dan pusat-pusat perbelanjaaan
lainnya serta gedung-gedung perkantoran dan sarana pendidikan seperti sekolah, universitas, dan bimbingan belajar. Namun di sisi lain, pembangunan yang terjadi
di Kota Medan menarik minat para pendatang untuk mencari nafkah di Kota Medan. Para pendatang yang berasal dari luar daerah Kota Medan datang dan
menetap untuk bekerja di Kota Medan. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya angka kepadatan penduduk di Kota Medan yang akan menciptakan permasalahan
di kota ini. Menurut data kabupatenkota jumlah penduduk di Kota Medan dari tahun
2010-2012 mengalami kenaikan dari 2.097.610 jiwa bertambah sebanyak 25.194 jiwa menjadi 2.122.804 jiwa. Hal ini menunjukkan betapa pesatnya jumlah
Universitas Sumatera Utara
13
pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kota Medan. Jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia pun tidak sebanding dengan banyaknya jumlah penduduk yang ada.
Hal ini nantinya pasti akan menjadi permasalahan tersendiri di Kota Medan. Dengan terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia akan menimbulkan
persaingan untuk mendapatkan pekerjaan dan akhirnya akan banyak masyarakat yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan dan menjadi pengangguran yang pada
akhirnya mereka akan masuk kepada golongan masyarakat miskin karena tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka. Biaya hidup yang tinggi pun juga
menjadi permasalahan lain bagi kehidupan masyarakat miskin di Kota Medan. Sampai tahun 2012 data kabupatenkota mencatat penduduk miskin Kota Medan
berjumlah 198,03 ribu jiwa atau 9,33 dari seluruh jumlah penduduk di Kota Medan, jumlah ini hanya turun sedikit jika kita melihat penduduk miskin di Kota
Medan pada tahun 2011 yaitu 204,19 ribu jiwa atau 9,63 persen dari jumlah penduduk Kota Medan. http:BPS Provinsi Sumatera Utara.com
World Bank 2010 sendiri mendefenisikan kemiskinan sebagai suatu kondisi terjadinya kekurangan pada taraf hidup manusia baik fisik atau sosial
sebagai akibat tidak tercapainya kehidupan yang layak karena penghasilannya tidak mencapai 1,00 dolar AS perhari. Kemiskinan juga dapat diartikan sebagai
suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara diri sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga
mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Pada masyarakat yang bersahaja, kemiskinan identik dengan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan
primer sandang dan pangan. Tetapi, pada masyarakat kota yang lebih modern, kemiskinan berarti harta bendanya tidak cukup untuk memenuhi standar
Universitas Sumatera Utara
14
kehidupan yang ada dilingkunganya. inilah yang menyebabkan kemiskinan menjadi masalah sosial. Kemiskinan menyebabkan orang-orang tidak dapat
memperoleh pendidikan yang layak, sehingga kualitasnya rendah. selain itu kemiskinan juga menyebabkan orang-orang cenderung melakukan tindakan yang
melanggar nilai dan norma Soekanto, 2006:320. Melalui pendekatan pendapatan, BPS cenderung menetapkan indikator
kemiskinan dalam ukuran rupiah. Dengan alasan adanya inflasi, maka ukuran kemiskinan yang ditetapkan BPS senantiasa mengalami perubahan. Sebagai
contoh, pada tahun 2003 indikator kemiskinan bagi masyarakat perdesaan ditetapkan sebesar Rp.72.780,- perbulan per orang. Sedangkan indikator
kemiskinan untuk masyarakat Perkotaan ditetapkan Rp.96.956,- perbulan per orang. Selanjutnya pada tahun 2004, BPS menetapkan indikator kemiskinan
dalam bentuk pendapatan rata-rata sebesar Rp.150.000,- perbulan per orang. Sedangkan pada tahun 2005 BPS menetapkan indikator kemiskinan dalam bentuk
pendapatan rata-rata sebesar Rp.180.000,- perbulan per orang. Sampai tahun 2011 BPS menetapkan indikator kemiskinan berdasarkan pendapatan rata-rata secara
nasional sebesar Rp.233.174,- perbulan per orang. Sebagai perbandingan, indikator kemiskinan yang ditetapkan pemerintah Vietnam untuk tahun 2010 jika
disetarakan dengan rupiah adalah Rp.450.000,- perbulan per orang BPS, dalam Kristanto, 2011. Bank dunia sendiri menetapkan indikator kemiskinan sebesar 2
dolar perhari per orang. Bank dunia menegaskan, adalah benar-benar miskin jika pendapatan sebesar 1 dolar perhari per orang The World Bank, 2010.
Dengan lapangan pekerjaan yang terbatas dan biaya hidup yang semakin tinggi membuat masyarakat yang tergolong miskin akhirnya memilih pekerjaan-
Universitas Sumatera Utara
15
pekerjaan di sektor informal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti menjadi pedagang kaki lima, juru parkir, tukang becak, pedagang asongan,
nelayan, pengrajin kecil, pengamen, pengemis, buruh bangunan, pemulung, calo tiket dan masih banyak yang lainnya. Seperti seorang buruh bangunan yang
pernah saya wawancarai bernama Guntur berumur 30 tahun, dia mengatakan bahwa gajinya sebagai buruh bangunan hanya Rp.60.000,- perhari. Bang Guntur
juga mengatakan bahwa uang yang dia dapatkan hanya cukup untuk membeli makanan sehari-hari dan juga rokok padahal ketika saya Tanya apa pendidikan
terakhirnya dia mengatakan bahwa dia adalah lulusan sekolah SMK jurusan mesin yang seharusnya sudah dibekali oleh keahlian-keahlian untuk bekerja di bengkel.
Hal ini menunjukkan bahwa lapangan-lapangan pekerjaan yang tersedia sudah semakin sedikit sehingga orang rela bekerja seperti apapun agar bisa mendapatkan
uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan ini pun memiliki persoalan tersendiri bagi mereka di mana masyarakat
miskin yang bekerja di sektor-sektor informal ini seringkali mengalami penggusuran, penertiban dan rajia saat sedang mencari nafkah seperti yang sering
di alami oleh pedagang kaki lima dan juga pengamen jalanan. Berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup tahun 2012 yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik, secara nasional rata-rata biaya hidup sebesar Rp.5.580.037,- perbulan perkeluarga, sedangkan untuk kota medan sendiri biaya hidup adalah seb
esar Rp.5.015.549,- perbulannya http:www.bps.go.idbrs_filesbh_02jan14.pdf. Hal-hal seperti ini pastinya membuat kehidupan mereka semakin sengsara dimana
mereka susah mencari nafkah dan biaya hidup yang tinggi juga pendapatan mereka yang tidak terlalu banyak akhirnya menuntut mereka untuk memikirkan
Universitas Sumatera Utara
16
strategi bagaimana bisa bertahan hidup dengan kondisi keterbatasan yang mereka alami.
Inilah kenyataan yang terjadi bahwa ternyata di Kota Medan yang sedang melakukan pembangunan ini, tidak hanya ditempati atau ditinggali oleh orang-
orang yang mampu secara ekonomi namun juga dihuni oleh penduduk yang kurang mampu, seperti masyarakat miskin yang tinggal di pemukiman kumuh
Asam Kumbang yang terletak di belakang perumahan Tasbih dua dan kawasan kumuh di lokasi Kampung Aur yang terletak di Kecamatan Medan Maimun.
Masyarakat miskin yang menjadi objek penelitian saya sendiri adalah masyarakat miskin yang tinggal di pemukiman kumuh pada jalan Tirtosari Ujung,
tepatnya mereka yang tinggal di pinggiran rel kereta api di mana kondisi perumahan mereka yang rapat dan sempit juga menghadap langsung ke rel kereta
api. Terdapat sekitar 100 kepala keluarga di jalan Tirtosari itu yang semuanya masuk dalam kategori miskin dikarenakan kondisi tempat tinggal mereka yang
kumuh. Kondisi kumuh tempat tinggal mereka dapat kita lihat dari pekerjaan yang mereka lakukan yaitu mereka mencari dan mengumpulkan barang-barang dan
plastik-plastik bekas, lalu dibersihkan dan dikeringkan di depan rumah mereka untuk di jual kembali. Selain itu mereka juga belum mendapatkan fasilitas air
bersih dari PDAM sehingga untuk minum mereka harus membeli air galon isi ulang serta untuk mencuci dan mandi mereka menggunakan air sumur yang ada di
belakang rumah mereka. Status tanah tempat mereka tinggal pun masih milik PJKA sehingga kapanpun mereka rentan terkena gusur karena menumpang di
tanah milik PJKA tersebut.
Universitas Sumatera Utara
17
Dengan demikian pertumbuhan kota yang terjadi dengan pesatnya di Kota Medan ini tidak hanya memberikan dampak yang positif bagi kehidupan
masyarakatnya, namun juga menimbulkan dampak yang negatif. Pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, menyebabkan perjuangan untuk mencari nafkah
semakin keras, termasuk untuk memperoleh tempat berlindung dan biaya kehidupan. Hal ini juga yang mengakibatkan tumbuhnya gubuk-gubuk liar yang
tidak layak di huni. Sebagai akibat dari ketidakmampuan mereka bersaing untuk mencari nafkah dan tempat tinggal yang layak sehingga menempatkan mereka
sebagai masyarakat yang miskin Sumarno 1996: 1-5. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan
ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara
bermartabat. Kemiskinan merupakan suatu permasalahan sosial, karena kemiskinan secara pasti akan berdampak negatif terhadap kehidupan sosial.
Bahkan secara sosial, kemiskinan bukan sekedar masalah, melainkan suatu masalah yang akan melahirkan dampak-dampak berupa serentetan masalah baru.
Dalam suatu lingkungan sosial dimana banyak diantara anggota masyarakat tersebut miskin biasanya akan terjadi kerawanan sosial. Berdasarkan uraian di atas
maka penulis tertarik untuk menganalisa tentang masalah kemiskinan yang terjadi di Kotamadya Medan. oleh karena itu, penulis mencoba untuk melakukan
penelitian dengan judul “Strategi Bertahan Hidup Masyarakat Miskin Di Pemukiman Kumuh Jalan Tirtosari Ujung Kecamatan Medan Tembung”.
Universitas Sumatera Utara
18
1.2. Perumusan Masalah