Strategi Bertahan Masyarakat Miskin di Jalan Tirtosari Ujung

117 bagi yang masih menyewa. Pengeluaran mereka pun melebihi pendapatan yang mereka dapatkan disebabkan pekerjaan mereka yang hanya sebagai pemulung ataupun buruh bangunan sehingga mereka harus berpikir keras untuk memikirkan cara agar pendapatan mereka tersebut bisa mencukupi kebutuhan pengeluaran mereka sehari-hari. Untuk itulah mereka memerlukan strategi-strategi agar mereka bisa terus bertahan hidup dari kondisi keterbatasan dan kekurangan penghasilan yang mereka alami.

4.5. Strategi Bertahan Masyarakat Miskin di Jalan Tirtosari Ujung

Dalam Mengatasi Kondisi Keterbatasan Ekonomi Yang Mereka Alami. Manusia sama seperti mahluk hidup lainnya, mempunyai naluri untuk mempertahankan hidupnya dan untuk hidup lebih lama. Usaha ini dikendalikan pula oleh aturan pokok dari hidup yaitu, hidup dalam situasi apapun dengan lebih berkualitas daripada sebelumnya. Ini adalah ide dasar dari bertahan hidup. Bagaimanapun, untuk meraih tujuan ini seseorang harus menerapkan banyak taktik untuk hidup serta dimanifestasikan dalam satu kesatuan sistematis. Untuk memahami apa itu strategi bertahan hidup, seseorang harus memahami terlebih dahulu konsep dari strategi. Berdasarkan analisis kebijakan sosial, strategi adalah satu set pilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Strategi bertahan hidup sebenarnya dibangun pada level individu, akan tetapi pada tujuan akhirnya adalah untuk memperoleh ketahanan dan stabilitas bertahan hidup pada rumah tangga. Bertahan hidup bisa dipandang sebagai Universitas Sumatera Utara 118 pemasukan dalam bentuk uang ataupun sumber-sumber kehidupan agar seseorang dapat melanjutkan eksistensinya. Selain itu bertahan hidup juga bisa dipandang sebagai perpaduan antara kegiatan sosial dan ekonomi yang bertujuan menjaga eksistensi manusia tersebut. Termasuk di dalamnya segala usaha yang dipersiapkan oleh individu tersebut untuk menghadapi situasi-situasi penting dan bertahan dalam keadaan sulit. Kegiatan strategi individu tidak benar-benar terpisahkan dari pengaruh aturan-aturan yang kuat dan organisasi-organisasi dimana anggota masyarakat harus menurutinya. Suatu kegiatan dapat dikatakan strategi bertahan hidup ketika kegiatan tersebut diarahkan pada kebutuhan- kebutuhan penting yang diperlukan sekali untuk mempertahankan dan melanjutkan eksistensi. Snel dan Staring dalam Resmi Setia 2005:6 mengemukakan bahwa strategi bertahan hidup adalah sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi. Melalui strategi ini seseorang bisa berusaha untuk menambah penghasilan lewat pemanfaatan sumber-sumber lain ataupun mengurangi pengeluaran lewat pengurangan kuantitas dan kualitas barang dan jasa. Cara-cara individu menyusun strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilisasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup. Universitas Sumatera Utara 119 Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan satu jenis strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau strategi bertahan jamak. Selanjutnya snel dan staring mengartikan hal ini sebagai kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika ada strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik. dalam jurnal nur hidayah, halaman 3-4. Strategi keluarga miskin di jalan tirtosari ujung dalam menghadapi permasalahan perekonomian keluarga, merupakan salah satu indikator variabel potensi mereka. Dalam konteks ini kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi juga mempunyai dinamika yang sesuai dengan tantangan dan perubahan sosial. Dalam tata kehidupan dan penghidupan masyarakat, setiap keluarga tidak akan terlepas dari permasalahan goncangan dan tekanan. Permasalahan yang dimaksud disini dapat berupa permasalahan ekonomi maupun sosial seperti yang dialami keluarga miskin dijalan tirtosari ujung ini. Keluarga miskin dijalan tirtosari ujung ini mempunyai potensi untuk survive dalam berbagai kondisi yang mereka alami dan dalam rangka menghadapi goncangan dan tekanan shock and stress, pada dasarnya mereka mempunyai beberapa strategi yang cukup handal guna kelangsungan hidup mereka. Berdasarkan dari data yang terhimpun melalui penelitian ini terungkap cukup banyak strategi yang dipergunakan keluarga miskin dijalan tirtosari ujung Universitas Sumatera Utara 120 ini dalam menghadapi permasalahan ekonominya. Bentuk-bentuk strategi yang dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Strategi Aktif atau Optimalisasi Sumber Daya Manusia SDM

Strategi aktif, dalam hal ini mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki keluarga mereka untuk meningkatkan penghasilan dikarenakan tuntutan kehidupan yang semakin besar. Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh keluarga miskin dijalan tirtosari ujung ini antara lain: melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, dan memanfaatkan atau mengerahkan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan. Berikut ini merupakan hasil wawancara menganai upaya-upaya yang dilakukan keluarga miskin di jalan tirtosari ujung melalui memanfaatkan anggota keluarga mereka sendiri. Seperti penuturan salah satu inforaman, Ibu T.Simatupang Pr, 40 tahun yang mengatakan: “Untunglah suami saya juga kerja tukang bangunan, jadi bisa ada pemasukan kami yang lain selain dari kerjaan saya mulung kayak gini. kalo gak lebih gak tecukupi lagilah kebutuhan kami sehari-hari. Ini aja pun belum bisa nutupi keprluan kami kek mana lagi kalo seandainya suami saya gak kerja.”wawancara 8 September 2014 “Kalo cuman ngandalin penghasilan dari mulung kayak gini manalah mungkin bisa tercukupi, makanya sebisa mungkin suami saya cari-cari pekerjaan lain kayak tukang bangunan itu walaupun gak bisa setiap hari kerjanya tapi kan paling gak, ada pemasukan tambahan.”wawancara 8 September 2014 Hal ini juga dialami beberapa warga lainnya, mereka mendayagunakan anggota keluarga mereka untuk membantu perekonomian keluarga. Hal ini sama Universitas Sumatera Utara 121 seperti yang dikatakan salah satu informan, Bapak P. Saragih Lk, 52 tahun yang mengatakan: “Nyarik-nyarik plastik kayak gini saya dibantu sama anak pertama saya inilah, kebetulan dia udah lulus dari SMK tapi sampek sekarang belum dapat-dapat pekerjaan jadi sementara bantu-bantu saya dululah dia. dialah yang tugasnya membersihkan plastik-plastik ini setelah saya kumpulkan baru siap itu dijemurnya.”wawancara 8 September 2014 Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu informan, Pak J.Pasaribu Lk, 63 tahun yang mengatakan: “Anak-anak saya membantu juganya buat keranjang ini kalo mereka lagi gak ada kegiatan lain, soalnya kalo gak di bantu orang itu, gak bisa lah dapat banyak kami dalam satu hari keranjang-keranjang ini. Taulah buatnya nya pun cuman pake tangannya, kalo cuman berdua sama istri paling berapa dapat keranjangnya dalam satu hari, tapi kalo dibantu orang itu kan bisa makin banyak siap keranjangnya dalam satu hari, makin banyak juga lah kami bisa jualnya.”wawancara 8 September 2014 “Untunglah anak-anak saya itu juga bisa membantu kami buat keranjang, jadi lebih ringan pekerjaan saya sama istri ini, maklum lah kami pun uda tua jadi cepat capeknya.”wawancara 8 September 2014 Hal senada juga disampaikan salah satu informan, Pak N.Purba Lk, 53 tahun yang mengatakan: “Anak saya yang pertama memang udah nikah, jadi gak tinggal sama kami lagi, tapi itu pun belum bisa juga dia bantu kami soalnya dia pun samanya hidupnya kayak kami disini. Cuman bertani ajanya kerjaan dia Universitas Sumatera Utara 122 sekarang. Anak kami si tison itulah yang bantu-bantu kami nyarik-nyarik botot sekarang, tapi dia pun bandel juga, banyak malasnya. makanya terkadang saya sama istri aja yang nyarik botot sedangkan dia tugasnya misah-misahkan hasil botot kami itulah baru di bersihkannya.” wawancara 17 September 2014 Selain itu, strategi yang dilakukan warga miskin lainnya di jalan tirtosari ujung ini dalam bertahan hidup adalah dengan memperpanjang jam kerja, seperti yang dilakukan salah satu informan yaitu Robert Hutabarat yang bekerja sebagai buruh bangunan dimana beliau memperpanjang jam kerjanya sebagai buruh bangunan dengan juga bekerja di hari minggu dan terkadang bekerja lembur sampai malam untuk mendapatkan uang tambahan. Hal tersebut seperti yang diuangkapkan oleh infoman itu sendiri, Pak R.Hutabarat Lk, 48 tahun yang mengatakan: “Saya kerja itu bisa seminggu penuh dari hari senin sampe hari minggu, soalnya kalo kerja hari minggu itu kami bisa dapat uang tambahan dari kepala tukangnya, kadangpun saya itu lembur sampe malam. Itupun bisa di bayar uang tambahan juga. Lumayan kan bisa namba-nambahin untuk uang jajan anak. Ketimbang saya nganggur di rumah hari minggu gak dapat apa-apa mending saya kerja bisa dapat uang.”wawancara 2 Oktober 2014 Disamping memanfaatkan potensi anggota keluarga lainnya dan memperpanjang jam kerja, salah satu strategi lainnya yang dilakukan warga miskin di jalan tirtosari ujung tersebut adalah dengan melakukan aktivitas sendiri seperti mengambil dari tabungan dari pendapatan lebih yang pernah mereka dapatkan untuk menutupi kekurangan yang sedang mereka alami saat itu. Seperti Universitas Sumatera Utara 123 penuturan salah satu informan, Bapak L.Panjaitan Lk, 40 tahun yang mengatakan: “Dalam sebulan bisa lah saya nabung 500.000 itu, jadi kalo seandainya ada keperluan mendadak kayak kemaren pas ibu saya meninggal, bisalah saya ambil uangnya dari tabungan itu untuk bawa ibu saya ke kampung, 700.000 itu untuk biaya ambulans sama supirnya. Kadang- kadang tetangga sekitar sini pun minjamnya sama saya kalo mereka lagi perlu, minjamnya gak tentu kadang ada yang minjam 200, ada juga yang pernah minjam sampe 500.”wawancara 17 September 2014 Strategi pelibatan anggota keluarga dalam membantu perekonomian mereka memang sangat penting bagi masyarakat miskin seperti di jalan tirtosari ujung ini, mau tidak mau setiap anggota keluarga dalam keluarga mereka harus bisa membantu memberikan penghasilan tambahan agar kebutuhan mereka bisa lebih tercukupi. Selain itu strategi pelibatan anak dalam peran ekonomi juga akan memupuk kemampuan anak dalam membaca peluang ekonomi. mereka akan lebih mampu memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mengakses uang. Namun disisi lain, strategi ini juga berdampak kepada hak anak dalam mendapatkan akses pendidikan yang baik. Bisa jadi karena keterlibatan mereka dalam ekonomi keluarga bisa berdampak pada terganggunya aktivitas pendidikan mereka sehingga bisa menurunkan prestasi dan minat mereka dalam bersekolah. Selain itu keterlibatan sebagian atau seluruh anggota keluarga dalam perekonomian suatu keluarga juga akan berdampak semakin menurunnya kualitas kebersamaan mereka dalam menikmati waktu berkumpul bersama karena waktu yang mereka habiskan setiap harinya hanya digunakan untuk bekerja. Hal seperti ini pastinya sangat merugikan bagi keluarga mereka karena bisa menyebabkan terjadinya Universitas Sumatera Utara 124 kerenggangan dan ketidakharmonisan antar anggota keluarga mereka yang juga bisa menimbulkan permasalahan baru yang lainnya dikemudian hari.

2. Strategi Pasif atau PenekananPengetatan Pengeluaran

Penekanan ataupun pengetatan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif yaitu dengan mengurangi pengeluaran keluarga seperti misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa warga miskin dijalan tirtosari ujung ini sering menekan pengeluaran agar bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan penuturan salah satu informan, Ibu R.Silalahi Pr, 45 tahun yang mengatakan: “Supaya bisa cukup untuk biaya yang lain, biasanya kami beli ikan dan sayur yang murah, jadi saya beli itu waktu siang atau sorelah supaya bisa dapat ikan-ikan yang sisa dari tadi pagi jadi harganya bisa lebih murah, lumayan lah sisa uangnya bisa di pake untk jajan anak sama beli air minum.”wawancara 14September 2014 Hal senada juga diungkapkan oleh salah satu informan, Bapak P.Saragih Lk, 42 tahun yang mengatakan: “Untuk ngurangi pengeluaran kami, ya untuk minum kami itu cuman beli air mentah jerigenan lah supaya harganya bisa lebih murah, kalo beli air galon bisa nyampek 4000 harganya, sedangkan air jerigen paling cuman seribu perjerigennya. Untuk makan pun kami beli ikan sama sayur yang murah-murahnya, kalo beli daging mana ada duit.” wawancara 8 September 2014 Universitas Sumatera Utara 125 “Kalo pas lagi sakit pun, gaknya kami sampe periksa-periksa ke dokter, paling cuma beli obat-obat demam kayak mixagrip atau bodrex aja ke kede-kede dekat rumah, orang sakitnya pun paling cuman demam- demam sama flu ajanya kami seringan, kalo penyakit-penyakit yang serius untungnya belum pernah kami alami dan kalo bisa jangan sampelah soalnya mau darimana nanti uangya buat berobat.” wawancara 8 September 2014 Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan ibu M.Sianipar dan pak Binsar Matondang, dimana bisa dikatakan mereka adalah keluarga yang berhemat dikarenakan pendapatan mereka yang tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari- hari. Seperti penuturan Ibu M.Sianipar Pr, 42 tahun yang mengatakan: “Supaya bisa cukup penghasilan saya ini, peralatan lisrtik kami pun cuman reskuker sama tv aja lah yang ada di rumah, listrik kami pun masih numpang ke tetangga jadi biayanya cumin 50.000 kami bayar, jajan anak pun ya seadanya lah saya kasih, yang SMP cumin 3000, yang SD 2000, kalo yang kecil 2 ini jajannya seribu-seribu lah satu hari, untuk makan pun beras yang untuk raskin itunya yang saya beli yang 7000 harganya, itu bisa nyampe 2kilo lah perharinya, kalo untuk lauknya sering saya cuman pake ikan sama tahu tempe aja. Kalo gak kayak gitu gak akan bisa tercukupi kebutuhan kami tok.”wawancara 17 September 2014 Salah satu informan, Pak Binsar Matondang Lk, 50 tahun juga menambahkan dengan mengatakan: “Kalo kami sekeluarga biasanya beli barang-barang itu kayak baju sama celana beli yang bekas-bekas dari pajak monja kayak sambu, gakpapalah bekas yang penting harganya bisa lebih murah, toh bisa dipake juganya dan bagus kayak baju-baju yang masih baru. baju untuk anak pun kami beli setahun sekali ajanya untuk orang itu, cemanalah Universitas Sumatera Utara 126 kalo beli tiap bulan kan gak mungkin, uangpun gak ada, jadi biar senang hati anak-anak saya ini, kami belilah baju untuk orang itu tiap menjelang natal sama tahun baru.”wawancara 2 Oktober 2014 Penuturan diatas juga terjadi kepada warga lainnya seperti yang terjadi kepada keluarga salah satu informan, Bapak J.Pasaribu Lk, 63 tahun, beliau mengatakan: “Keluarga kami ini memangnya selalu berhemat, makanya untuk makanpun kami beli ikan sama sayur yang murah-murah itunya, beraspun kami beli yang harga 7000, barang-barang kayak pakaian pun jarangnya kami beli karena uangnya dipake untuk keperluan yang lain, untuk air minum pun kami hematnya biar gak sering kali belinya.” wawancara 8 September 2014 Dalam hal penekananpengetatan pengeluaran, warga miskin di jalan tirtosari ujung ini banyak melakukan penghematan dalam kebutuhan makan mereka sehari-hari, hal ini terlihat bahwa mereka mengabaikan sisi kehidupan kesehatannya dengan membeli bahan makanan seperti ikan dan sayuran yang sisa sehingga ini akan berdampak kelak pada kehidupan mereka dimana kesehatan mereka akan terganggu yang mengakibatkan aktivitas mereka dalam mencari nafkah pun nantinya juga akan menjadi terganggu. Akan tetapi, mau tidak mau hal seperti ini pasti akan terjadi karena tanpa melakukan penghematan tersebut mereka tidak akan bisa mencukupi kebutuhan lainnya seperti biaya pendidikan anak dan biaya listrik. Selain itu mereka juga melakukan penghematan dalam membeli barang-barang seperti baju dan celana. Mereka hanya membeli baju setahun sekali dan itupun ada yang membeli baju dan celana bekas. Hal ini memperlihatkan strategi penekanan pengeluaran memang diperlukan oleh Universitas Sumatera Utara 127 keluarga miskin di jalan tirtosari ujung ini, karena dengan melakukan strategi seperti ini, kehidupan mereka bisa sedikit terbantu dimana hasil penghematan yang mereka lakukan bisa digunakan untuk keperluan hidup yang lainnya.

3. Strategi Pemanfaatan JaringanJaringan Pengaman

Strategi pemanfaatan jaringan merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh keluarga miskin di jalan tirtosari ujung dalam mengatasi masalah perekonomian keluarga mereka. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial mereka, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya ataupun lingkungan kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini dapat terlihat jelas dalam upaya mereka mengatasi masalah ekonomi dengan meminjam uang kepada tetangga ataupun toke botot yang mereka kenal, mengutang ke warung terdekat, memanfaatkan program anti kemiskinan, bahkan ada yang meminjam uang ke rentenir dan sebagainya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa mereka sering meminta kepada relasi sosialnya seperti kepada tetangga ataupun toke botot kenalan mereka. Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam kehidupan dengan lingkungan sekitar seperti tetangga dekat mereka mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Dalam hal ini mereka saling membantu jika ada tetangga lain yang memang sedang membutuhkan uang, padahal jika dilihat kondisi perkonomian mereka pasti tidak jauh berbeda satu sama lain. Tampaknya tetangga merupakan tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan sebagai tempat pertama yang akan di tuju apabila mereka mengalami kekurangan uang. Relasi Universitas Sumatera Utara 128 mereka pun tidak hanya sebatas di bidng ekonomi, tetapi juga mencakup bidang- bidang lainnya, misalnya dalam kegiatan-kegitan secara bersama seperti perayaan natal dan 17 agustus. Kegiatan seperti ini merupakan strategi yang di butuhkan oleh warga miskin di jalan tirtosari ujung ini, yang selain dapat mendukung mereka di bidang ekonomi tetapi juga mendukung mereka dari segi mental dan emosional. Penjelasan diatas didukung pula oleh penuturan salah satu informan, Ibu T.Simatupang Pr, 40 tahun yang mengatakan: “Kalo memang pas lagi kurang uang kami terpaksalah minjam kami ke tetangga atau kadang ke kede-kede dekat sini,biasanya saya itu minjam 5000 lah, nati kalo uada dapt uang lebih lagi barulah saya bayar hutang saya itu, kayak gitulah terus,gali lobang tutup lobang.”wawancara 8 September 2014 Hal yang sama juga disampaikan oleh Pak J.Pasaribu Lk, 63 tahun dengan mengatakan: “Kami ya jelas harus minjam lah sama tetangga, kalo gak mana bisa tercukupi kebutuhan kami ini sekeluarga, bisalah kami minjam itu 10000 tiap harinya, barulah nanti kalo uda punya uang kami bayar hutang kami itu. Untung kami bertetangga disini saling pengertian, jadi kalo lagi ada yang butuh uang,tetangga yang lain pun mau minjamin uangnya. Kalo bantuan dari pemerintah gaknya pernah ada.” wawancara 8 September 2014 Meminjam kepada tetangga juga di lakukan oleh Ibu R.Silalahi Pr, 45 tahun dengan mengatakan: “Ya kalo pas jualan saya ini lagi sikit yang laku, minjamlah saya ke tetangga untuk nutupin kekurangannya itu, sekitar 20.000-30.000 lah itu Universitas Sumatera Utara 129 biasanya saya pinjam, besok kalo uda punya uang barulah saya bayar.” wawancara 14 September 2014 Selain meminjam ke tetangga, ada juga beberapa warga miskin lainnya yang meminjam ke toke botot kenalan mereka, seperti yang dilakukan pak P.Saragih dan pak N.Purba, mereka memanfaatkan kenalan mereka toke botot untuk membantu mereka dalam keadaan terjepit dan mendesak. Berikut hasil wawncara dengan Pak P.Saragih Lk, 52 tahun yang mengatakan: “Biasanya kalo keperluannya sudah mendesak sekali saya itu minjamnya ke toke botot, kayak untuk uang buku anak sama kayak sekarang inilah saya lagi ngurus paket C anak saya si putra mandala itu. kalo sekali minjam itu saya bisa minjam sampek 500.000, cumin ke toke botonya saya bisa minjam sebnyak itu, nanti kalo uang saya udah terkumpul barulah saya bayar hutang saya itu.” wawancara 8 September 2014 Pak N.Purba Lk, 53 tahun juga mengalami hal yang sama, beliau mengatakan: “Kalo minjam ke toke botot itu ya sering lah kami, apa lagi kalo memang pas lagi butuh uang kali, mau gak mau ya terpaksalah minjam ke toke botot, kalo gak, ya kurang lah uang untuk kebutuhan sehari-hari. Bisalah itu kami sekali minjam nyampek 100.000 atau 200.000. Untung lah toke bototnya pengertian sama kami jadi kami di kasi keringanan buat bayarnya, jadi kalo uda punya uang lagi lah baru kami bayar utang kami itu.”wawancara 17 September 2014 Ada juga beberapa dari keluarga miskin di jalan tirtosari ujung ini yang memanfaatkan program anti kemiskinan dari pemerintah seperti beras miskin, sembako murah dan program dana BLT serta dana BOS dari pemerintah untuk membantu perekonomian mereka, bahkan ada juga warga yang meminta Universitas Sumatera Utara 130 keringanan dari pihak sekolah anaknya dan berpikir untuk meminjam uang ke rentenir seperti yang dilakukan salah satu warga yaitu Ibu M.Sianipar. berikut penuturan Ibu M.Sianipar Pr, 42 tahun yang mengatakan: “Karna masalah uang sekolah anak ku yang belum terbayar tadi, makanya semalam aku minta keringanan ke pihak sekolah supaya bisa ikut ujian anakku itu nanti. Tadipun aku sempat mau minjam ke rentenir tapi gak jadi, besar kali pula bunganya, gak sanggup lah aku.” wawancara 17 September 2014 Bu m.sianipar juga menambahkan kalau dia pernah mendapatkan bantuan raskin dan meminjam juga dari tetangga untuk memenuhi kehidupannya sehari- hari. Berikut penuturan beliau: “Kalo bantuan dari pemerintah aku memang pernah dapat, kemarin kami dapat beras miskin itu ada sampek 15 kilo, tapi cuman sekali itu aja abis itu uda gak ada lagi, terbantu juga lah memang dari beras miskin itu, jadi gak perlu lah kami beli beras selama seminggu, tapi maunya janganlah hanya sekali itu aja ya kan, kalo bisa dapatnya sekali sebulan, itu baru bisa terbantu kami. Minjam dari tetangga pun sering, biasanya aku itu minjam 20.000 lah kalo lagi perlu kali, besoklah baru di bayar kalo uda punya uang lebih lagi.”wawancara 17 September 2014 Hal yang sama juga disampaikan oleh Ibu T.Simatupang yang pernah mendapatkan bantuan BLT dari pemerintah, seperti penuturan beliau sebagai berikut: “Memang kami pernah dapat bantuan BLT kemaren, 300.000 lah itu kalo gak salah. Lumayan terbantu juga lah dengan bantuan kayak gitu, tapi gak tiap bulan dapatnya, paling kami dapat cuman dua kali lah Universitas Sumatera Utara 131 kemaren itu. Sampe sekarang uda gak pernah dapat lagi kami bantuan- bantuan kayak gitu.”wawancara 8 September 2014 Strategi ekonomi keluarga miskin disini juga dapat dilihat sebagai gejala sosiologi. Dalam analisis sosiologi tentang strategi ekonomi keluarga miskin dalam bertahan hidup mencakup dua hal, yaitu: 1. Upaya keluarga miskin untuk mengatasi kondisi kemiskinan tidak terbatas pada upaya-upaya di sektor produksi melainkan juga melalui keterlibatan di sektor non produksi. 2. Wanitakeluarga memainkan peranan penting dalam keseluruhan upaya mengatasi kondisi kemiskinan tersebut. Seperti yang dilakukan ibu T.Simatupang yang bekerja sebagai pemulung untuk membantu perekonomian keluarganya, juga yang dilakukan oleh ibu R.Silalahi dan M.Sianipar yang harus menjadi tulang punggung keluarganya karena mereka sudah tidak bersuami lagi dikarenakan suami ibu R.Silalahi yang telah meninggal dan suami ibu M.Sianipar yang pergi merantau meninggalkan keluarga mereka tapi kabarnya sudah tidak jelas lagi sampai sekarang. Strategi jaringan pengaman dengan memanfaatkan relasi sosial memang penting bagi warga miskin dalam membantu mereka mengatasi masalah ekonominya. Tetapi hal penting lainnya adalah bahwa masyarakat miskin di jalan tirtosari ujung ini telah menjalin relasi dan pergaulan yang baik dengan para tetangga di lingkungan mereka. Hal ini pastinya akan menciptakan kehidupan mereka yang harmonis, meningkatkan keakraban, dan mempererat tali persaudaraan. Para warga miskin disini juga mengikuti kegiatan yang ada di Universitas Sumatera Utara 132 lingkungan tempat tinggal mereka ini seperti perayaan Natal dan 17 Agustus. Sehingga apabila suatu saat salah satu dari mereka membutuhkan pertolongan ataupun bantuan, warga lainnya bisa ikut membantu dan demikian juga sebaliknya, jadi mereka bisa hidup saling membantu satu sama lainnya seperti ketika mereka membutuhkan uang, mereka dapat meminjamnya dari tetangga mereka yang terdekat. Universitas Sumatera Utara 133 BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan