Strategi Adaptasi Coping Strategies

36 strategi dipengaruhi oleh posisi individu atau kelompok dalam struktur masyarakat, sistem kepercayaan dan jaringan sosial yang dipilih, termasuk keahlian dalam memobilisasi sumber daya yang ada, tingkat keterampilan, kepemilikan asset, jenis pekerjaan, status gender dan motivasi pribadi. Nampak bahwa jaringan sosial dan kemampuan memobilisasi sumber daya yang ada termasuk didalamnya mendapatkan kepercayaan dari orang lain membantu individu dalam menyusun strategi bertahan hidup. Dalam menyusun strategi, individu tidak hanya menjalankan satu jenis strategi saja, sehingga kemudian muncul istilah multiple survival strategies atau strategi bertahan jamak. Selanjutnya Snel dan Staring mengartikan hal ini sebagai kecenderungan pelaku-pelaku atau rumah tangga untuk memiliki pemasukan dari berbagai sumber daya yang berbeda, karena pemasukan tunggal terbukti tidak memadai untuk menyokong kebutuhan hidupnya. Strategi yang berbeda-beda ini dijalankan secara bersamaan dan akan saling membantu ketika ada strategi yang tidak bisa berjalan dengan baik. dalam jurnal Nur Hidayah, halaman 3-4.

2.3. Strategi Adaptasi Coping Strategies

Dodds dalam Herlin Widiani 2011:22 mengemukakan bahwa pada esensinya, strategi coping adalah strategi yang digunakan individu untuk melakukan penyesuaian antara sumber-sumber yang dimilikinya dengan tuntutan yang dibebankan lingkungan kepadanya. Secara spesifik, sumber-sumber yang memfasilitasi coping itu mencakup sumber-sumber personal yaitu karakteristik pribadi yang relatif stabil seperti self-esteem atau keterampilan sosial dan sumber-sumber lingkungan seperti dukungan sosial dan keluarga atau Universitas Sumatera Utara 37 sumber financial Harrington Mcdermott, 1993. Friedman dalam A Amelia 2011 mengatakan bahwa strategi coping merupakan perilaku atau proses untuk adaptasi dalam menghadapi tekanan dan ancaman. http:repository.usu.ac.idbitst ream123456789221793ChapterII.pdf ‎ Suparlan dalam Dhini 2009:35 mengatakan adaptasi pada hakikatnya adalah suatu proses untuk memenuhi syarat-syarat dasar untuk dapat melangsungkan hidup. Syarat-syarat dasar tersebut mencakup: a. Syarat dasar alamiah, biologi manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperature tubuhnya untuk tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya. b. Syarat dasar kejiwaan, manusia memerlukan perasaan tenang yang jauh dari perasaan-perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain. c. Syarat dasar sosial, manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya. Vembrianto dalam Dhini 2009:36 menambahkan adaptasi yang dilakukan manusia lewat tingkah lakunya dapat menerangkan reaksi-reaksi terhadap tuntutan atau tekanan dari lingkungannya. Karena manusia hidup dalam masyarakat, maka tingkah lakunya tentu saja merupakan adaptasi terhadap tuntutan masyarakat sosial sekitarnya. Soekanto dalam Dhini 2009:36 memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi sosial yakni: 1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan. 2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan ketegangan. Universitas Sumatera Utara 38 3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah. 4. Mengubah agar kondisi sesuai dengan kondisi yang ciptakan. 5. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem. 6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi ilmiah. Dari batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adaptasi merupakan proses penyesuaian. Penyesuaian dari individu, kelompok, maupun unit sosial terhadap norma-norma, proses perubahan, ataupun suatu kondisi yang diciptakan. Konsep mata pencaharian sangat penting dalam memahami coping strategies karena merupakan bagian dari strategi mata pencaharian livelihood strategies. Coping strategies dalam jurnal Harmoni Sosial 2007:88 dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi untuk melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dan lingkungan sekitar dan sebagainya. 2. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga. Misalnya, pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, pendidikan dan sebagainya. 3. Strategi jaringan pengaman, yaitu strategi yang mencakup menjalin relasi, baik secara formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan. Misalnya, meminjam uang tetangga, mengutang Universitas Sumatera Utara 39 ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya. Strategi ekonomi keluarga miskin disini juga dapat dilihat sebagai gejala sosiologi. Dalam anlisis sosiologi tentang strategi ekonomi mencakup dua hal Dhini 2009:39, yaitu: 1. Upaya keluarga miskin untuk mengatasi kondisi kemiskinan tidak terbatas pada upaya-upaya di sektor produksi melainkan juga melalui keterlibatan di sektor non produksi. 2. Wanitakeluarga memainkan peranan penting dalam keseluruhan upaya mengatasi kondisi kemiskinan tersebut. Selanjutnya J.Piaget dalam Dhini 2009:36 menambahkan beberapa proses adaptasi, yaitu: 1. Dalam rangka adaptasi, individu mengubah atau menahan impuls-impuls dalam dirinya, misalnya dalam keadaan lapar individu menahan rasa laparnya apabila individu tersebut tidak dapat memenuhinya. 2. Dalam rangka adaptasi, individu mengubah tuntutan-tuntutan ataupun kondisi-kondisi lingkungannya, misalnya mencari kerja untuk makan. Dengan demikian keluarga atau masyarakat miskin yang secara langsung merasakan pahitnya kemiskinan itu harus memiliki agenda dan strategi tertentu guna mengakhiri penderitaan mereka sebagai akibat dari kemiskinan. Universitas Sumatera Utara 11 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah