29
Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama
kedudukan dalam masyarakat. Berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan mempermudah akses masyarakat
terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan kualitas
dan tingkat yang tinggi. Di usia kemerdekaan Negara kita yang bagaikan manusia yang makin dewasa, kesadaran akan pentingnya pendidikan
semakin meningkat. Oleh karena itu, rendahnya pendidikan yang dimiliki masyarakat bukanlah disebabkan oleh kesadaran atas pendidikan yang
rendah, melainkan disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Dengan demikian pendidikan yang rendah juga
merupakan gejala kemiskinan.
2.1.4. Karakteristik Penduduk Miskin
Sulit memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk
menyatakan secara akurat, bahwa orang-orang seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai penduduk miskin. Emil Salim dalam Supriatna 2000:124
mengemukakan lima karakteristik penduduk miskin, kelima karakteristik penduduk miskin tersebut adalah:
a. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.
b. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan
kekuatan sendiri. c.
Tingkat pendidikan pada umumnya rendah.
Universitas Sumatera Utara
30
d. Banyak di antara mereka tidak mempunyai fasilitas.
e. Di antara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan
atau pendidikan yang memadai. Kelompok penduduk miskin yang berada pada masyarakat perdesaan dan
perkotaan, pada umumnya dapat digolongkan, pada buruh tani, petani gurem, pedagang kecil, nelayan, pengrajin kecil, buruh, pedagang kaki lima, pedagang
asongan, pemulung, gelandangan dan pengemis dan pengangguran. Pada umumnya penduduk yang tergolong miskin adalah golongan residual yaitu
sebagian masyarakat yang belum disentuh dengan berbagai kebijakan pemerintah secara terkonsentrasi.
Menurut Siagian 2012:114, secara umum faktor-faktor penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada sumbernya
terdiri dari dua bagian besar,yaitu: 1.
Faktor Internal, yang dalam hal ini berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan itu yang secara substansial adalah dalam bentuk
kekurangmampuan, yang meliputi: a.
Fisik, misalnya cacat, kurang gizi dan sakit-sakitan. b.
Intelektual, seperti: kurangnya pengetahuan, kebodohan dan miskinnya informasi.
c. Mental Emosional atau Temperamental, seperti: malas, mudah menyerah
dan putus asa. d.
Spiritual, seperti: tidak jujur, penipu, serakah dan tidak disiplin. e.
Sosial Psikologis, seperti: kurang motivasi, kurang percaya diri, depresi, stress, kurang relasi dan kurang mampu mencari dukungan.
Universitas Sumatera Utara
31
f. Keterampilan, seperti: tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan
tuntutan lapangan kerja. g.
Asset, seperti: tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan dan modal kerja.
2. Faktor Eksternal, yakni bersumber dari luar diri individu atau keluarga yang
mengalami dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu titik waktu menjadikannya miskin, meliputi:
a. Terbatasnya pelayanan sosial dasar.
b. Tidak dilindunginya hak atas kepemilikan tanah sebagai asset dan alat
memenuhi kebutuhan hidup. c.
Terbatasnya lapangan pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal.
d. Kebijakan perbankan terhadap layanan kredit mikro dan tingkat bunga
yang tidak mendukung sektor usaha mikro. e.
Belum terciptanya sistem ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor rill masyarakat banyak.
f. Sistem mobilisasi dan pendayagunaan dana sosial masyarakat yang
belum optimal, seperti zakat. g.
Budaya yang kurang mendukung kemajuan dan kesejahteraan. h.
Kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil atau daerah bencana. i.
Pembangunan yang lebih berorientasi fisik material. j.
Pembangunan ekonomi antar daerah yang belum merata. k.
Kebijakan publik yang belum berpihak kepada penduduk miskin.
Universitas Sumatera Utara
32
Sulit memperoleh informasi yang jelas mengenai indikasi-indikasi seperti apa yang dapat digunakan untuk melihat bahwa seorang individu ataupun
kelompok masyarakat itu miskin atau tidak miskin Siagian 2012:20. Namun demikian suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan, yakni:
1. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki
faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas
ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. 2.
Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD,
atau hanya tamat SD. Kondisi seperti ini akan berpengaruh terhadap wawasan mereka. Beberapa penelitian antara lain menyimpulkan bahwa
waktu mereka pada umumnya habis tersita hanya semata-mata untuk mencari nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar atau meningkatkan
keterampilan. Demikian juga anak-anak mereka, tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, karena harus membantu orang tua mencari tambahan
pendapatan. 4.
Pada umumnya mereka masuk ke dalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Pendidikan dan keterampilan yang sangat
rendah mengakibatkan akses masyarakat miskin ke dalam berbagai sektor formal bagaikan tertutup rapat. Akibatnya mereka terpaksa memasuki sektor-
sektor informal. Bahkan pada umumya mereka bekerja serabutan maupun musiman.
Universitas Sumatera Utara
33
5. Banyak di antara mereka yang hidup di kota masih berusia muda, tetapi tidak
memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa yang makin deras. Artinya,
laju investasi diperkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi.
Dalam rangka penetapan sasaran pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir miskin, Departemen Sosial 2006 mencoba merumuskan indikator yang
merefleksikan tingkat kemiskinan yang sesungguhnya ada pada masyarakat. Hasilnya adalah dirumuskannya indikator untuk menentukan masyarakat yang
tergolong fakir miskin, meliputi: 1.
Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang di ukur dari tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS
perwilayah provinsi dan kabupatenkota. 2.
Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti zakat beras untuk miskin santunan sosial.
3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga pertahun
hanya mampu memiliki satu stel pakaian lengkap perorang pertahun. 4.
Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit.
5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar Sembilan tahun bagi anak-
anaknya. 6.
Tidak memiliki harta asset yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan.
Universitas Sumatera Utara
34
7. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40
tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal. 8.
Ada anggota keluarga usia 15 tahun ke atas yang buta huruf. 9.
Tinggal dirumah yang tidak layak huni. 10.
Luas rumah kurang dari 4 meter persegi. 11.
Kesulitan air bersih. 12.
Rumahnya tidak mempunyai sirkulasi udara. 13.
Sanitasi lingkungan yang kumuh tidak sehat Departemen Sosial.
2.2. Konsep Strategi Bertahan Hidup