Gejala-Gejala Kemiskinan Pada Masyarakat Miskin di Jalan Tirtosari Ujung

99

4.4.1. Gejala-Gejala Kemiskinan Pada Masyarakat Miskin di Jalan Tirtosari Ujung

Untuk memahami kemiskinan secara akurat dan komprehensif diperlukan data yang lengkap dan valid. Upaya seperti ini menuntut waktu yang panjang, bahkan tenaga maupun dana yang besar. Akibatnya jarang dilakukan dan sangat sedikit pihak yang melakukannya. Upaya memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara atau pendekatan lain, misalnya melalui gejala-gejala kemiskinan, seperti: 1. Kondisi kepemilikan faktor produksi. Kemiskinan tidak datang secara serta merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang secara serta merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan proses tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan saat bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebut merupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut miskin atau tidak. 2. Angka ketergantungan penduduk. Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, ada satu kalimat yang berlaku secara umum: orang hanya akan memiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan dalam masyarakat atau atau keluarga sangat tinggi. Universitas Sumatera Utara 100 Dalam sebuah keluarga dengan empat orang anak atau lebih, misalnya sering hanya satu orang yang bekerja, sedangkan lima orang menggantungkan hidupnya pada satu orang. Gejala seperti ini sangat umum dalam Negara yang menawarkan lapangan atau kesempatan kerja yang kecil seperti Indonesia. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata, dimana bekerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil. 3. Kekurangan gizi. Pendapatan merupakan unsur yang secara langsung dapat digunakan sebagai alat memenuhi kebutuhan agar seseorang itu dapat hidup secara layak. Pemenuhan kebutuhan tentu dilakukan secara hierarkhis, mulai dari kebutuhan fisik, sebagai unsur yang menempati prioritas utama dari berbagai unsur yang termasuk kebutuhan pokok. Laporan dari berbagai institusi seperti dinas kesehatan, puskesmas maupun rumah sakit sering menggambarkan status gizi masyarakat. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya, berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh krena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu. Universitas Sumatera Utara 101 4. Pendidikan yang rendah. Di era modern sekarang ini, pendidikan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah dianggap sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. Berbagai kebijakan telah ditetapkan pemerintah dalam rangka membuka dan mempermudah akses masyarakat terhadap pendidikan. Namun hingga saat ini pendidikan masih belum gratis, bahkan masih cukup mahal, terutama pendidikan dengan kualitas dan tingkat yang tinggi. Di usia kemerdekaan Negara kita yang bagaikan manusia yang makin dewasa, kesadaran akan pentingnya pendidikan makin meningkat. Oleh karena itu, rendahnya pendidikan yang dimiliki masyarakat bukanalah disebabkan oleh kesadaran atas pendidikan yang rendah, melainkan disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan. Dengan demikian pendidikan yang rendah juga merupakan gejala kemiskinan. Dari penjelasan keempat gejala-gejala kemiskinan diatas, kita dapat melihat hubungannya dengan gejala-gejala kemiskinan yang terjadi pada warga miskin di pinggiran rel jalan tirtosari ujung. Salah satunya adalah dari kondisi kepemilikan faktor produksi yaitu dengan melihat apa pekerjaan atau mata pencaharian mereka. Jika kita melihat mayoritas mata pencaharian warga di jalan tirtosari ujung pada umumnya mereka bekerja di sektor informal yaitu sebagai pemulung, buruh bangunan dan berjualan yang pendapatannya hanya berkisar Rp.60.000,- setiap harinya. Mereka pun tidak memiliki alat ataupun faktor prosuksi saat bekerja. Pekerjaan mereka pun tidak membutuhkan keterampilan yang khusus melainkan hanya membutuhkan tenaga mereka dalam bekerja. Universitas Sumatera Utara 102 Dengan pekerjaan mereka di sektor informal tersebut membuktikan bahwa mereka termasuk kepada warga yang memiliki gejala atau bahkan sudah tergolong masyarakat yang miskin. Penjelasan ini di dukung oleh penuturan salah satu informan, Bapak N.Purba Lk, 53 tahun yang mengatakan: “Kerja mulung kayak gini keluar jam lapan pagi lah, baru balek kerumah jam-jam satu siang biar makan siang, kalo saya ya jalan kaki aja kemana-mana mulung ini, mana ada make-make kendaraan, gak ada duit belinya, mending uangnya dipake untuk yang lain dari pada beli sepeda.” wawancara 17 September 2014 Selain itu gejala kemiskinan lainnya yang berhubungan dengan gejala kemiskinan pada masyarakat di jalan tirtosari ujung adalah angka ketergantungan penduduknya yang menjelaskan gejala kemiskinan misalnya dalam suatu keluarga hanya satu orang saja yang bekerja dari keenam anggota keluarga, sedangkan lima lainnya menjadi tanggungan orang yang bekerja tersebut yang pada umumnya berstatus sebagai kepala keluarga. Hal-hal seperti ini banyak terjadi pada keluarga di masyarakat tirtosari ujung dimana mereka tinggal berenam atau berlima dan hanya ayah atau ibunya saja yang bekerja sedangkan anak-anaknya masih menjadi tanggungannya. Seperti yang dialami oleh ibu M.Sianipar yang berstatus sebagai orang tua tunggal untuk saat ini karena suaminya meninggalkan dia dan kelima anak mereka untuk merantau ke pekanbaru setahun yang lalu tapi sampai sekarang tidak ada kabarnya. Karena kondisi tersebut untuk saat ini bu Sianipar lah yang bekerja untuk membiayai kelima orang anaknya yang mana 3 orang anaknya sudah bersekolah dan 2 dua lagi masih balita. Karena minimnya keterampilan ibu tersebut dia pun hanya bisa bekerja sebagai pemulung dengan penghasilan yang hanya Rp.50.000,- per harinya. Sebuah penghasilan yang sangat Universitas Sumatera Utara 103 tidak mencukupi memenuhi kebutuhan hidupnya dan kelima orang anak-anaknya. Kondisi seperti ini pasti sangat memberatkan kondisi kehidupan orang-orang seperti ibu sianipar ini yang menjadi bukti mereka juga termasuk kepada orang- orang yang terkena gejala kemiskinan dan bahkan sudah masuk ke dalam jurang kemiskinan tersebut. 4.4.2. Faktor Intelektual, Sosial Psikologis, Keterampilan dan Asset sebagai Penyebab Kemiskinan Masyarakat Miskin Pada Jalan Tirtosari Ujung Kita dapat melihat penyebab-penyabab kemiskinan yang dialami mereka berdasarkan intelektual, sosial psikologis, keterampilan dan asset. Berdasarkan intelektual yaitu kurangnya pengetahuan dan miskinnya informasi. Hal seperti ini sangat rentan terjadi pada warga miskin di jalan tirtosari ujung tersebut karena pendidikan mereka yang masih rendah sehingga pengetahuan mereka agar menuju akses untuk keluar dari kondisi kemiskinan pun tidak terjadi. Selain itu kita juga dapat melihat penyebab kemiskinan dikarenakan sosial psikologis yaitu kurangnya relasi dan kurangnya kemampuan mencari dukungan, hal ini terjadi kepada warga miskin disana pada umumnya berasal dari daerah luar ataupun kampung seperti Porsea, Samosir, Tarutung dan lain sebagainya sehingga mereka tidak punya kerabat ataupun teman yang bisa membantu mereka keluar dari kondisi kemiskinan tersebut karena teman-teman yang mereka kenal pun pada umumya memiliki kondisi hidup yang sama seperti mereka. Keterampilan yang minim juga menjadi faktor internal kenapa masyarakat tersebut bisa menjadi Universitas Sumatera Utara 104 miskin, hal ini terjadi karena lapangan pekerjaan membutuhkan tenaga-tenaga yang terampil dan pada umumnya di kota, perusahaan memerlukan orang dengan tamatan minimal SMA, sedangkan warga dijalan tirtosari ujung ini pada umumnya hanya dari tamatan SD dan tamatan SMP. Maka dari itu mereka memilih pekerjaan-pekerjaan lain yang tidak membutuhkan ijajah dan keterampilan seperti berjualan dan menjadi buruh bangunan. Selain itu asset yaitu tidak memiliki kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan dan kendaraan juga menjadi sumber penyebab mereka jatuh kedalam kemiskinan karena semenjak mereka datang ke kota medan ini mereka mendirikan rumah di tanah milik PJKA yang membuktikan tidak terlindunginya hak mereka atas kepemilikan tanah sehingga mereka rentan terkena gusur yang bisa mengakibatkan mereka akhirnya tinggal dijalanan. Mereka juga tidak memiliki tabungan karena pendapatan yang mereka dapatkan tidak memungkinkan untuk di tabung, juga untuk rumah warga di jalan tirtosari ujung ini juga ada yang sudah milik sendiri akan tetapi ada juga yang masih menyewa seharga Rp.4.000.000,-pertahunnya. Dengan penjelasan diatas, kita dapat melihat yang menjadi penyebab kemiskinan mereka pada umumnya berasal dari diri sendiri tapi bukan berarti pemerintah tidak perlu membantu mereka dalam mengatasi kemiskinan mereka. Dalam hal ini pemerintah harus membantu mereka dalam persoalan kemiskinan tersebut karena jika tidak hal tersebut akan menjadi persoalan dalam Negara dan semakin menyusahkan kehidupan warga miskin itu sendiri. Universitas Sumatera Utara 105

4.4.3. Pendapatan Perekonomian Masyarakat Miskin di Jalan Tirtosari Ujung