Interpretasi Data Jadwal Penelitian Kondisi Sarana di Jalan Tirtosari Ujung, Kelurahan Bantan

44

3.5. Interpretasi Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti dapat mengumpulkan banyak data baik dari hasil wawancara, observasi maupun dari dokumentasi. data tersebut semua pada umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan, oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategori. data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan juga terlebih dahulu di evaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian. setelah itu data dikelompokkan menjadi satuan yang dapat dikelola, kemudian dilakukan interpretasi data yang mengacu pada tinjauan pustaka. sedangkan hasil observasi dinarasikan sebagai pelengkap data penelitian. akhir dari semua proses ini adalah penggambaran atau penuturan dalam bentuk kalimat-kalimat tentang apa yang telah diteliti sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan Faisal, 2007:275. Universitas Sumatera Utara 45

3.6. Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Pra observasi √ √ 2 Acc Judul Penelitian √ 3 Penyusunan Proposal √ √ 4 Bimbingan Proposal √ √ 5 Seminar Proposal √ 5 Revisi Proposal √ √ 6 Penelitian Lapangan √ √ √ 7 Pengumpulan dan Interpretasi Data √ √ √ √ 8 Penulisan Laporan √ √ √ 9 Bimbingan Skripsi √ √ √ 10 Sidang Meja Hijau √ Universitas Sumatera Utara 46 BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Ringkas Kelurahan Bantan

Kelurahan Bantan adalah salah satu kelurahan yang terdapat di Kecamatan Medan Tembung, Kotamadya Medan. Menurut penuturan dari bapak Sekretaris Lurah yaitu pak Nur Hasibuan, Kelurahan Bantan, Kecamatan Medan Tembung pada awalnya bernama Kampung Kebun Pisang, hal ini dikarenakan di Kelurahan Bantan ini dulunya banyak terdapat pohon pisang. Lalu pada tahun 1952 namanya berubah menjadi Kampung Bantan ataupun Desa Bantan yang dikepalai oleh seorang kepala kampung yang bernama Saad yang berasal dari Daerah Banten yang diangkat berdasarkan hasil pemilihan kepala kampung oleh warga masyarakat yang memegang jabatannya sampai tahun 1953. Kelurahan Bantan ini sebagaimana keberadaan kelurahan pada umumnya merupakan lembaga pemerintahan terendah di antara lembaga pemerintahan yang ada. Seiring dengan perkembangan waktu, Kampung Bantan ataupun Desa Bantan ini mengalami berbagai perubahan dan kemajuan. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari keberadaan Kota Medan sendiri, yang juga terus mengalami perkembangan dan bertambah luas. Bertambah luasnya wilayah kota Medan secara fisik akhirnya juga menyentuh Kampung Bantan ataupun Desa Bantan ini. Universitas Sumatera Utara 47 Perkembangan selanjutnya, sampai pada Bulan Juni 1966 Kampung Bantan masih berstatus sebagai kampung dan masih tetap dipimpin oleh seorang kepala kampung bernama Mulardi. Barulah pada Juli 1966 Kampung Bantan ataupun Desa Bantan ini berubah menjadi Kelurahan Bantan yang dikepalai oleh seorang Lurah yang bernama Tengku Anwar yang menjabat sebagai Lurah Kelurahan Bantan dari tahun 1966 sampai tahun 1984. Kelurahan Bantan sendiri saat ini dipimpin oleh seorang Lurah yang bernama ibu Nila Juwita S.Sos yang telah menjabat selama dua setengah tahun dan pak Sekretaris Lurah yang bernama Nur Hasibuan. Kelurahan Bantan saat ini memiliki 14 lingkungan dimana jalan tirtosari ujung yang menjadi tempat penelitian saya berada di lingkungan 12 yang dipimpin oleh kepala lingkungan yang bernama pak Wahidin yang telah menjabat selama 2 tahun. Kantor kelurahan Bantan sendiri saat ini memiliki anggota sebanyak 8 perangkat kelurahan, 5 kepala urusan, 14 kepala lingkungan dan 1 orang staf. Keberadaan Kecamatan Medan Tembung pada umumnya dan Kelurahan Bantan khususnya saat ini semakin penting artinya, dengan letaknya yang sangat strategis menghubungkan wilayah penting kota lainnnya dan pelabuhan laut yang bisa ditempuh dengan jalan darat dan kawasan ini dilewati juga oleh jaringan perhubungan kereta api yang menghubungkan pusat kota Medan dengan Belawan sebagai kota pelabuhan. Universitas Sumatera Utara 48

4.1.2. Letak Geografis dan Batas Wilayah Kelurahan Bantan

Letak geografis suatu daerah merupakan salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan sosial ekonomi maupun budaya suatu daerah. Begitu pula dengan Kelurahan Bantan yang terletak sangat strategis dan dilewati jalur perkeretaapian sebagai penghubung antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Secara geografis kelurahan ini terletak pada ketinggian 3-8 m dari permukaan laut, merupakan dataran rendah serta memiliki suhu rata-rata 35 °c. Luas wilayah kelurahan ini adalah 105,5 ha dan jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan Medan Tembung 1,5 km serta jarak dari pusat Kota Medan 6,0 km, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan Bandar Selamat dan Kelurahan Tembung. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Denai dan Percut Sei Tuan. - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bantan Timur. - Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tembung, Kecamatan Medan Tembung.

4.1.3. Gambaran Penduduk Kelurahan Bantan

Permasalahan kependudukan merupakan problema umum bagi setiap daerah, meskipun penduduk adalah salah satu modal dasar dari pembangunan. Namun jumlah penduduk yang besar saja tanpa dibekali pendidikan, keahlian dan Universitas Sumatera Utara 49 keterampilan tidak selalu menjadi jaminan keberhasilan dari suatu pembangunan. Gambaran mengenai penduduk itu bisa saja berupa jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, kewarganegaraan dan kelompok tenaga kerja. Jumlah penduduk Kelurahan Bantan sendiri berdasarkan sumber yang peneliti dapatkan dari dari Kantor Kelurahan Bantan berjumlah sekitar 35.983 jiwa yang terdiri dari 18.096 jiwa laki-laki dan perempuan sekitar 17.887 jiwa dan tersebar di 14 lingkungan. Jumlah kepala keluarga kk di Kelurahan Bantan adalah sebanyak 6288 kk.

4.1.3.1. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari struktur penduduk berdasarkan jenis kelamin ini akan terlihat berapa besarnya penduduk pria dan berapa jumlahnya penduduk wanita. Banyaknya pria dan wanita di Kelurahan Bantan ini memiliki perbedaan jumlah akan tetapi tidak begitu besar perbandingannya. Perbandingan ini dapat kita lihat dalam bentuk tabel berikut ini : Tabel 2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah jiwa Persentase 1. 2. Pria Wanita 18.096 17.887 50.30 49.70 JUMLAH 35.983 100.00 Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Universitas Sumatera Utara 50 Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran bahwa jumlah penduduk pria lebih banyak dari jumlah penduduk wanita yaitu 18.096 jiwa atau 50,30, sedangkan wanita 17.887 jiwa atau 49,79 dengan selisih 209 jiwa atau 0,59.

4.1.3.2. Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan

Berdasarkan kewarganegaraan, penduduk Kelurahan Bantan dapat dibedakan atas Warga Negara Indonesia WNI dan Warga Negara Asing WNA. Komposisi penduduk berdasarkan kewarganegaraan dapat dilihat dalam perbandingan dalam bentuk tabel di bawah ini : Tabel 3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan No. Kewarganegaraan Jumlah jiwa Persentase 1. 2 . Warga Negara Indonesia Warga Negara Asing 35.634 349 99.03 0.97 JUMLAH 35.983 100.00 Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Bantan adalah berstatus sebagai WNI yaitu 35.634 jiwa atau 99,03. Sedangkan yang berstatus sebagai WNA jumlahnya sedikit sekali yaitu hanya berjumlah 349 jiwa atau 0,97, dengan selisih 35.285 jiwa atau 98.06. Universitas Sumatera Utara 51

4.1.3.3. Penduduk Berdasarkan Agama

Ditinjau dari sudut agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Bantan, terdapat perbedaan jumlah penganutnya yang dikelompokkan atas penganut Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No. Agama Jumlah jiwa Persentase 1. 2. 3. 4. 5. Islam Protestan Katolik Hindu Budha 18.642 5.427 1.829 36 10.049 51.80 15.09 5.08 0.11 26.92 JUMLAH 35.983 100.00 Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Dari tabel komposisi penduduk berdasarkan agama di atas, di Kelurahan Bantan ternyata ada dua agama yang paling banyak penganutnnya. Pertama Agama Islam yang berjumlah 18.642 jiwa atau 51,80, kedua Agama Budha yang berjumlah 10.049 jiwa atau 27,92, menyusul penganut Agama Kristen Protestan sebanyak 5.427 jiwa atau 15,09, kemudian penganut Agama Kristen Katolik berjumlah 1.829 jiwa atau 5,08 dan penganut Agama Hindu berjumlah 36 jiwa atau 0,11. Penduduk yang beragama Islam di daerah ini mayoritas di anut oleh warga dari etnis Suku Jawa, Melayu, Padang dan Mandailing. Agama Budha pada umumnya dianut oleh WNI keturunan Cina. Agama Kristen Protestan Universitas Sumatera Utara 52 banyak dianut oleh penduduk yang bersuku bangsa Batak Toba, Nias dan orang asing. Sedangkan Agama Katolik dianut oleh sebahagian orang suku bangsa Batak Toba, sebahagian suku bangsa Karo dan sebahagian orang Jawa, dan untuk Agama Hindu dianut oleh penduduk bersuku bangsa Tamil.

4.1.3.4. Penduduk Berdasarkan Usia Tenaga Kerja

Komposisi penduduk menurut usia tenaga kerja, berdasarkan usia tertentu. Di sini kita dapat melihat jumlah penduduk berdasarkan usia kerja. Tabel di bawah ini akan memperjelas jumlah penduduk kelompok tersebut. Tabel 5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Tenaga Kerja No. Kelompok Umur Jumlah jiwa Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 10 – 14 15 – 19 20 – 26 27 – 40 41 – 56 57 lebih 4.270 7.670 4.104 7.490 896 540 17.10 30.72 16.43 29.99 3.59 2.17 JUMLAH 24.970 100.00 Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa usia 15 – 19 tahun mendominasi kelompok tenaga kerja dengan jumlah 7.670 jiwa atau 30,72 dari keseluruhan usia kelompok tenaga kerja, menyusul kelompok usia 27 – 40 tahun sebanyak 7.490 jiwa atau 29,99. Tabel di atas juga memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk usia muda sebagai tenaga kerja jumlahnya cukup banyak yaitu 4.270 jiwa atau 17,10. Sedangkan untuk kelompok tenaga kerja usia 41 – 56 tahun dan Universitas Sumatera Utara 53 57 tahun ke atas jumlahnaya sebanyak 896 jiwa atau 3,59 dan 540 jiwa atau 2,17.

4.1.3.5. Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dalam berpikir, baik itu secara formal maupun informal. Dengan bekal pendidikan yang dimiliki, seseorang diharapkan dapat berdiri sendiri dalam menunjang kehidupannya di kemudian hari. Bila ditinjau dari segi pendidikannya, penduduk Kelurahan Bantan cukup bervariasi tingkatannya, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini : Tabel 6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Belum sekolah Taman kanak-kanak Tidak tamat sd Tamat sd Tamat smp Tamat sma AkademiD1 – D3 Sarjana S1 – S3 565 2.163 2.573 6.195 9.426 11.730 1.991 1.340 1.58 6.02 7.16 17.21 26.19 32.59 5.53 3.72 JUMLAH 35.983 100.00 Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Susunan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di atas memperlihatkan bahwa dalam bidang pendidikan kelurahan bantan tidak ketinggalan, ini terbukti dari banyaknya jumlah penduduk yang berpendidikan SMA yang merupakan yang terbanyak di kelurahan ini. Bahkan jumlah penduduk yang tamat akademi Universitas Sumatera Utara 54 pendidikan D1 – D3 juga tergolong banyak yaitu 1991 jiwa atau 5,53 dan juga penduduk yang berpendidikan sarjana mencapai 1340 jiwa atau 3,72. Adapun salah satu faktor yang membuat kelurahan ini tidak ketinggalan dalam bidang pendidikan adalah karena perkembangan yang masuk ke kelurahan ini sehingga mereka mulai sadar akan pentingnya pendidikan meskipun belum semua penduduk yang menyadarinya.

4.1.3.6. Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

Mata pencaharian merupakan sumber dasar dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Penduduk kelurahan bantan memiliki berbagai sumber mata pencaharian, antara lain ada yang berprofesi sebagai pegawai, pedagang, buruh, jasa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 7 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah jiwa Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pegawai negeri sipil TNI Pegawai swasta Pedagangwiraswasta Pertukangan Buruh Pensiunan Pemulung Jasa 816 52 9.053 7.800 1.160 811 548 247 630 3.86 0.24 42.88 36.94 5.49 3.84 2.59 1.17 2.99 JUMLAH 21.117 100.00 Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Universitas Sumatera Utara 55 Dilihat dari sumber mata pencaharian, pekerjaan penduduk Kelurahan Bantan yang terbesar adalah pegawai swasta yaitu 9.053 jiwa atau 42,88, pedagang 7.800 jiwa atau 34,57, pertukangan 1.160 jiwa atau 5,49 dan yang terkecil adalah yang bekerja sebagai tentara yaitu sebesar 52 jiwa atau 0,24. Apabila kita perhatikan angka-angka di atas memang secara ekonomi sudah baik, mengingat kawasan ini memang sebagai kawasan yang sangat pesat pertumbuhannya sebagai kawasan perdagangan dan industri. Akan tetapi sektor kawasan ini banyak didominasi oleh WNI keturunan cina. Sedangkan WNI pribumi lebih banyak yang menjadi buruh. Hal ini disebabkan rendahnya skill dan keahlian WNI pribumi, terutama dalam bidang perdagangan.

4.1.4. Gambaran Sarana dan Prasarana Kelurahan Bantan

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Sarana dan prasarana merupakan alat yang amat penting bagi pencapaian kehendak dan tujuan. Bagaimana baiknya suatu rencana tanpa didukung oleh adanya sarana, maka tujuan dari perencanaan itu akan sulit tercapai. Dengan demikian dalam merencanakan sesuatu, perlu memperhatikan sarana yang dapat mendukung pencapaian tujuan tersebut. Untuk menunjang aktivitas masyarakat di Kelurahan Bantan, terdapat beberapa sarana dan prasarana yang mendukung beberapa aspek kehidupan masyarakatnya seperti sarana kesehatan, pendidikan, agama, perhubungan, dan pola pemukiman. Universitas Sumatera Utara 56

4.1.4.1. Sarana di Bidang Kesehatan

Adapun sarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Bantan adalah puskesmas, rumah sakit, poliklinik, apotik dan posyandu yang semuanya diharapkan dapat menunjang dan mendukung kesehatan masyarakat. Untuk lebih terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 8 Keadaan Sarana Kesehatan di Kelurahan Bantan No. Sarana Kesehatan Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. Puskesmas Rumah sakit swasta Rumah sakit bersalin Poliklinik Posyandu 1 unit 2 unit 5 unit 1 unit 11 unit JUMLAH 20 unit Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Apabila dibandingkan dengan sarana kesehatan yang ada dengan luas wilayah Kelurahan Bantan 105.5 ha dan dengan jumlah penduduk sebanyak 35.983 jiwa, hanya terdapat 1 unit puskesmas, 2 unit rumah sakit, 5 unit rumah sakit bersalin, 1 unit poliklinik dan 11 unit posyandu. Dari perbandingan ini dapat kita lihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Bantan ini kurang memadai. Universitas Sumatera Utara 57

4.1.4.2. Sarana di Bidang Agama

Dalam kehidupan beragama, untuk memudahkan masyarakat dalam melaksanakan ibadah, maka di Kelurahan Bantan ini telah didirikan sejumlah rumah ibadah, seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini : Tabel 9 Keadaan Sarana di Bidang Agama No. Sarana Agama Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. Mesjid Mushalla Gereja Vihara Pura 17 buah 1 buah 3 buah 1 buah – JUMLAH 16 buah Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Jika dibandingkan antara sarana peribadatan seperti Mesjid, Mushalla, Gereja, Vihara dan PuraKuil, maka dapat kita lihat sarana peribadatan berupa Mesjidlah yang paling banyak. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk di Kelurahan Bantan beragama Islam. Sedangkan Gereja terdapat 3 buah dan Vihara terdapat 1 buah. Dari data tersebut maka dapat dikatakan bahwa sarana peribadatan di Kelurahan Bantan ini telah memadai. Hanya bagi pemeluk Agama Hindu saja yang belum memiliki tempat peribadatan sendiri di lingkungan ini, sehingga Umat Hindu di kelurahan ini harus mencari tempat ibadah yang ada di lingkungan lain untuk menjalankan ibadah. Universitas Sumatera Utara 58

4.1.4.3. Sarana di Bidang Pendidikan

Dalam dunia pendidikan, sebagai upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dibutuhkan sarana pendidikan berupa yayasan atau lembaga-lembaga pendidikan. Adapun sarana-sarana di bidang pendidikan yang ada di Kelurahan Bantan adalah Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Akademi yang berstatus negeri dan swasta seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini : Tabel 10 Keadaan Sarana di Bidang Pendidikan No. sarana negeri swasta jumlah 1. 2. 3. 4. 5. Taman kanak-kanak Sekolah dasar SMP SMA Akademi – 5 1 1 – 4 6 5 3 1 4 buah 11 buah 6 buah 4 buah 1 buah JUMLAH 7 19 26 buah Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Tabel di atas memperlihatkan sarana pendidikan yang ada di kelurahan ini cukup memadai, ini terlihat dari setiap unit dari tingkat pendidikan yang memiliki jumlah yang cukup. Secara keseluruhan dari TK sampai tingkat akademi jumlah sarana terdapat 26 buah di mana sarana pendidikan negeri sebanyak 7 buah dan sarana pendidikan milik swasta terdapat 19 buah. Jumlah ini dapat dikatakan cukup untuk melayani seluruh penduduk di kelurahan ini. Universitas Sumatera Utara 59

4.1.4.4. Sarana di Bidang Perhubungan

Sarana pendukung lainnya untuk melancarkan roda pemerintahan dan perekonomian masyarakat Kelurahan Bantan adalah dibangunnya jalan sesuai dengan prasarana untuk memudahkan jalur akses keluar-masuknya dari dan ke Kelurahan Bantan ataupun untuk memudahkan hubungan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lainnya. Pada umumnya kondisi jalan di Kelurahan Bantan ini sudah mulai baik, hal ini dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 11 Keadaan Sarana Perhubungan No. Sarana Perhubungan Jumlah 1. 2. 3. 4. Jalan Lingkungan Jalan Protokol Jalan Provinsi Rel Kereta Api 14 buah 1 buah 1 buah 1 buah JUMLAH 17 buah Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kelurahan ini memiliki satu ruas jalan protokol yang kondisinya cukup baik, begitupula dengan jalan provinsinya. Hanya di beberapa lingkungan saja jalan lorongnya yang belum di aspal dan becek bila turun hujan seperti di jalan tirtosari ujung yang jalannya masih berupa tanah. Namun selebihnya keadaan jalan di lorong tergolong bagus. Di kelurahan ini juga terdapat jalur rel kerta api yang dapat memperlancar arus transportasi terutama dari Medan menuju ke Belawan. Universitas Sumatera Utara 60

4.1.4.5. Pola PemukimanPerumahan

Rumah merupakan kebutuhan primer bagi manusia karena rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk tinggal dan beristirahat bagi seluruh anggota keluarga, tetapi juga berfungsi sebagai sarana sosial bagi anak-anak mereka. Perumahan penduduk di Kelurahan Bantan terdiri dari berbagai tingkatan yaitu rumah permanen dan semi permanen seperti yang bisa kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 12 Keadaan Pola PemukimanPerumahan No. Sarana Perumahan Jumlah 1. 2. 3. Rumah Permanen Rumah Semi Permanen Rumah Non Permanen 3.872 buah 2.381 buah – JUMLAH 6.253 buah Sumber : Kantor Kelurahan Bantan Tahun 2014 - Rumah Per manen adalah rumah yang berdinding batu secara keseluruhan dan atap yang terbuat dari bahan yang tahan lama seperti seng atau genteng. Mayoritas perumahan di Kelurahan Bantan ini adalah rumah permanen, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah runah permanen di kelurahan ini yaitu berjumlah 3.872 buah. - Rumah Semi Permanen adalah rumah-rumah yang terbuat dari setengah batu dan yang berdinding setengah papan dan berlantai semen. Rumah- rumah seperti ini banyak terdapat di jalan lorong atau gang yang kecil dan pada perumahan di pinggiran rel di Jalan Tirtosari Ujung yang menjadi Universitas Sumatera Utara 61 tempat penelitian saya. Rumah-rumah di pinggiran rel ini kebanyakan memang sudah tergolong semi permanen, akan tetapi status rumah yang mereka huni dapat dikatakan sebagai rumah atau hunian liar, karena didirikan di atas tanah milik PJKA. - Rumah Non Permanen adalah rumah-rumah yang terbuat dari bahan-bahan bekas, diantaranya kayu bekas, seng bekas, papan bekas, dan lain sebagainya. Rumah jenis ini sepertinya sudah tidak ada lagi di Kelurahan Bantan ini terbukti dari tidak adanya yang terdata di Kantor Kelurahan Bantan setempat.

4.2. Kondisi Sarana di Jalan Tirtosari Ujung, Kelurahan Bantan

Jalan Tirtosari Ujung yang menjadi lokasi penelitian saya ini adalah salah satu lingkungan dari Kelurahan Bantan dan terletak di sepanjang pinggiran rel kereta api yang menghubungkan Medan ke Belawan dan Medan ke Bandara Kualanamu. Dinamakan Tirtosari Ujung adalah karena letaknya yang berada paling ujung dari Jalan Tirtosari. Daerah ini termasuk ke dalam lingkungan 12 Kelurahan Bantan yang dipimpin oleh seorang Kepala Lingkungan yang bernama pak Wahidin yang telah menjabat sebagai kepling selama 2 tahun. Pola pemukiman perumahan masyarakat di jalan ini sangat dekat dengan jalur rel kereta api yaitu sekitar 3m² – 5m² dari rel kereta api. Mayoritas penduduk yang tinggal di pinggiran rel jalan tirtosari ujung ini adalah masyarakat bersuku Batak Toba dan Jalan Tirtosari Ujung ini sudah mulai di tempati warga sejak tahun 80- an. Dulunya rumah warga di Jalan Tirtosari Ujung ini hanya berupa seng dan Universitas Sumatera Utara 62 papan-papan bekas dan seiring berjalannya waktu rumah tempat tinggal penduduk di Jalan Tirtosari ini sudah mulai berubah menjadi tergolong semi permanen yaitu terbuat dari setengah batu dan berdinding setengah papan dan berlantai semen dan tempat tinggal mereka ada yang milik sendiri dan ada juga yang masih menyewa, akan tetapi tanah tempat mereka mendirikan bangunan pun masih milik PJKA, jadi sewaktu-waktu jika pihak PJKA ingin menggusur mereka, mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa. Seperti yang diutarakan oleh salah satu informan yang saya wawancarai yaitu pak Wahidin Lk, 55 tahun yang mengatakan: “Kalau lokasi pinggiran rel itu setau saya sudah dari tahun 80-an orang mulai tinggal di situ, dulunya itu cuman seng-seng dan papan bekas ajanya rumahnya dan pun tanah tempat mereka tinggal itu masih milik PJKA jadi kapan aja bisa kena gusur mereka.” wawancara 14 September 2014 Dari segi fasilitas air bersih pun, di Jalan Tirtosari Ujung ini belum memiliki air bersih sendiri. Untuk mencuci dan mandi mereka menggunakan air dari sumur yang ada di belakang rumah sedangkan untuk air minum mereka membeli air isi ulang yang dijual pergalonnya sebesar Rp.4.000,- Untuk fasilitas listrik memang sudah didapatkan oleh masyarakat di jalan tirtosari ujung ini, tetapi mereka masih menumpang listrik dari tiang listrik di belakang rumah mereka yang mana mereka belum punya tiang listrik sendiri untuk mereka. Kenyamanan tinggal di Jalan Tirtosari Ujung ini pun sangat kurang dikarenakan lingkungan yang kotor oleh plastik-plastik hasil pulungan dari warga sekitar dan bahkan di salah satu rumah warga yang menjadi informan saya banyak tikus yang berkeliaran sana sini dan itu sepertinya menjadi hal yang biasa bagi mereka dikarenakan banyaknya barang-barang bekas yang tertumpuk di dalam rumahnya, Universitas Sumatera Utara 63 hal ini pastinya sangat mengganggu kenyamanan ataupun kesehatan mereka dalam beraktivitas. Jalan mereka pun masih terbuat dari tanah yang mana jika turun hujan pasti mengalami becek dan banjir. Belum lagi kereta api yang lewat setiap 20 menit sekali sangat mengganggu kenyamanan masyarakat di Jalan Tirtosari Ujung ini, hal ini dikarenakan sudah mulai beroperasinya Bandara Udara Kualanamu yang memiliki akses jalur rel kereta api untuk menuju kesana. Hal itu seperti yang diutarakan oleh salah satu informan yang saya wawancarai yaitu bapak L. Panjaitan Lk, 40 tahun yang mengatakan: “Sekarang makin gak nyamanlah kami tinggal disini dek, semenjak ada bandara kualanamu itu makin sering aja kereta api lewat disini, tiap 20 menit ada itu kereta api lewat, kalo dulu gak sesering inilah.” wawancara 17 September 2014 Di Jalan Tirtosari Ujung ini memiliki sekitar 100 kepala keluarga kk, di katakan sekitar 100 kk karena menurut penuturan pak Wahidin selaku Kepala Lingkungan 12, terkadang dalam satu rumah ada 2 keluarga yang tinggal disitu dan tidak tercatat di kantor kelurahan. Mata pencaharian masyarakat di Jalan Tirtosari Ujung ini memang beragam, ada yang berjualan, ada buruh bangunan, tapi mayoritas penduduk dari hasil pengamatan peneliti di lapangan bekerja sebagai pemulung atau pencari barang-barang bekas tapi tidak semua warga bekerja sebagai pemulung. Status kependudukan masyarakat Tirtosari Ujung sendiri menurut penuturan pak Wahidin sudah terdaftar di kelurahan dan mayoritas warganya sudah memiliki Kartu Tanda Penduduk KTP. Universitas Sumatera Utara 64

4.3. Profil Informan