43
a. Tangis si jahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis female song menjelang pernikahannya. Teksnya berisi tentang ungkapan kesedihan
karena harus berpisah dengan anggota keluarganya. Gadis tersebut tentunya akan meninggalkan keluarganya untuk bergabung dengan keluarga
suaminya. Selain itu, teks teks nyanyian ini juga berisi tentang semua hal menyedihkan yang mungkin akan dialaminya di lingkungan keluarga
suaminya. Walaupun dinyanyikan dengan gaya menangis, namun maksud utama dari tangis ini ialah agar orang yang ditangisi merasa terharu dan
selanjutnya akan memberikan petuah-petuah atau nasehat dan berupa materi kepada si gadis yang akan menikah tersebut. Nasehat yang diberikan
umumnya adalah tentang petunjuk hidup berumah tangga dan semua hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bersuami-istri. Nyanyian ini disajikan
dengan menggunakan melodi yang berulang-ulang repetitif dengan teks yang berubah-ubah.
b. Tangis anak melumang, tangis ini disajikan oleh pria maupun wanita dari
semua tingkat usia. Isi teksnya adalah ungkapan kesedihan ketika terkenang kepada orang tua yang sudah meninggal dunia. Perpisahan akibat kematian
dan penderitaan yang dialami si anak atas sepeninggal orangtua tersebut adalah isi dari teks nyanyian ini. Biasanya nyanyian ini disajikan pada saat-
saat tertentu, seperti ketika berada di hutan, di ladang, di sawah atau tempat- tempat sepi lainnya. Nyanyian ini juga lebih mengutamakan teks daripada
melodi. Teksnya berubah-ubah dengan pengulangan-pengulangan melodi yang sama.
Universitas Sumatera Utara
44
c. Tangis simate adalah nyanyian ratapan lament kaum wanita ketika salah seorang anggota keluarga meninggal dunia. Disajikan pada saat si mati
tersebut masih berada di hadapan orang yang menangis sebelum dikebumikan. Teksnya berisi tentang hal-hal atau perilaku yang paling
berkesan dari si mati semasa hidupnya, kebaikan dan kelebihan- kelebihannya serta kemungkinan kesukaran hidup yang akan dihadapi
keluarga atas sepeninggal orang yang meninggal tersebut. Melalui tangis ini pula orang-orang yang melayat dapat lebih mengetahui dan mengenal sifat-
sifat dari orang yang meninggal tersebut dan yang lebih utama lagi adalah bahwa melalui nyanyian ini para pelayat akan di bawa ke dalam suasana
duka yang mendalam melalui gaya tangis simate tersebut sehingga dengan demikian pelayat akan tergerak bersatu ke dalam suatu perasaan
sepenanggung sependeritaan. Nyanyian ini adalah nyanyian strofik yang mengutamakan teks daripada melodi. Teks yang disajikan berubah-ubah
dengan pengulangan-pengulangan melodi yang sama. ii Ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby atau nyanyian
menidurkan anak yang dinyanyikan oleh si pendedah pengasuh baik kaum pria maupaun wanita untuk menidurkan atau mengajak si anak
bermain. Jenisnya terdiri dari orih-orih, oah-oa, dan cido-cido. Ketiga jenis nyanyian ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi
yang diulang-ulang repetitif. iii Orih-orih ialah nyanyian untuk menidurkan anak yang dinyanyikan oleh si
pendedah pengasuh orangtua atau kakak baik pria maupun wanita. Si anak digendong sambil i orih-orihken sambil menina bobokkan si anak
Universitas Sumatera Utara
45
dalam gendongan dengan nyanyian yang liriknya berisi tentang nasehat, harapan, cita-cita maupun sebagai curahan kasih sayang terhadap si anak
tersebut. iv Oah-oah sering juga disebut kodeng-kodeng, yaitu jenis nyanyian yang
teksturnya sama dengan orih-orih. Yang membedakannya ialah cara dalam menina bobokkan si anak. Jika orih-orih disajikan sambil menggendong si
anak, maka oah-oah disajikan sambil mengayun si anak pada ayunan yang digantungkan pada sebatang kayu di rumah maupun di pantar gubuk,
dangau yang terdapat di ladang atau di sawah. v Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain. Tujuannya
ialah untuk menghibur dengan membuat gerakan-gerakan yang lucu sehingga si anak menjadi tertawa dan merasa senang. Gerakan-gerakan
tersebut biasanya ditampilkan pada akhir frasa lagu. Si anak digoyang- goyang, diangkat tinggi-tinggi, dicolek atau disenyumi yang menimbulkan
rasa senang, geli atau lucu sehingga si anak menjadi tertawa. Teks lagu yang disajikan umumnya berisi tentang nasehat, petuah-petuah maupun
harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna dan berbakti pada keluarga.
vi Nangen ialah nyanyian yang disajikan pada waktu mersukut-sukuten. Setiap ucapan dari tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita tersebut
disampaikan dengan gaya bernyanyi. Ucapan tokoh tokoh yang terdapat dalam cerita yang dinyanyikan itulah yang disebut nangen, sedangkan
rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten. Apabila seluruh rangkaian cerita dan ucapan para tokoh cerita disampaikan dengan gaya bertutur, maka
Universitas Sumatera Utara
46
kegiatan ini disebut dengan sukut-sukuten bercerita, sedangkan cerita yang menyertakan dalam penyampaiannya disebut sukut-sukuten pake
nangen. Namun, pada umumnya sukut sukuten yang menarik haruslah berisi nangen. Kegiatan mersukut-sukuten biasanya dilakukan oleh para
tua-tua yang sudah lanjut usia. Cerita sukut-sukuten umumnya berisi tentang pedoman-pedoman hidup dan teladan yang harus dipanuti
berdasarkan perilaku yang diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita. Tokoh yang baik menjadi panutan sedangkan tokoh yang jahat
dihindari. Pencerita persukut-sukuten haruslah seorang yang cukup ahli menciptakan karakter tokoh-tokoh melalui warna suara nangen yang
berbeda-beda satu sama lainnya sehingga menarik untuk dinikmati. Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat Pakpak adalah
Nandorbin, Sitagandera, Nan Tampuk Mas, Manuk-manuk Si Raja Bayon, Si buah mburle dan lain sebagainya.
vii Ende-ende Mardembas adalah bentuk nyanyian permainan di kalangan anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di halaman
rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari membentuk lingkaran, membuat lompatan-lompatan kecil secara bersama-sama sambil
bergandengan tangan dan melantunkan lagu-lagu secara chorus koor maupun solo chorus nyanyian solo yang disambut oleh koor. Pada malam
hari kelompok perempuan dewasa sedang menumbuk padi, maka biasanya pada saat itulah anak-anak melakukan kegiatan mardembas. Isi teksnya
adalah menggambarkan keindahan alam serta kesuburan tanah Pakpak yang
Universitas Sumatera Utara
47
dinyanyikan dengan pengulangan melodi repetitif dimana teksnya berubah-ubah sesuai pesan yang disampaikanya.
viii Ende-ende Memuro Rohi, nyanyian ini termasuk ke dalam jenis work song, yaitu nyanyian yang disajikan pada saat bekerja. Biasanya
dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah untuk mengusir burung- burung agar tidak memakan padi yang ada di ladang atau di sawah tersebut.
Kegiatan muro menjaga padi ini biasanya menggunakan alat yang disebut dengan ketter dan gumpar yang dilambai-lambaikan ke tengah ladang padi
sambil menyanyikan ende-ende memuro rohi. Jenis-jenis kesenian di atas, baik seni musik maupun musik vokal sudah jarang dtemukan. Seni musik
tradisional tersebut sudah digantikan dengan alat musik keyboard dalam upacara-upacara adat, baik upacara perkawinan maupun upacara kematian.
Begitu juga dengan musik vokal yang sudah sangat jarang ditemukan, namum masih ada beberapa musik vokal yang masih ditemukan seperti
tangis simate dan tangis anak melumang. Selanjutnya di dalam kebudayaan masyarakat pakpak ini terdapat alat
musik yang khas yang disebut dengan ketter dan gumbar, yaitu mengekspresikan kebudayaan masarakat agraris, khususnya berkaitan dengan
bercocok tanam padi. Ketter dan gumpar adalah alat yang terbuat dari bambu dan pada bambu tersebut digantungkan kain bekas yang dilambaikan ke tengah
sawah untuk mengusir burung. Fungsi utama alat ini tentu saja menghalau burung, namun tetap dapat dikaji melalui disiplin etnomusikologi, yaitu studi
musik dalam kebudayaan. Alat ini dapat digolongkan kepada fungsinya sebagai
alat pendukung budaya pertanian.
Universitas Sumatera Utara
48
Dari kajian etnografis etnik Pakpak ini, dan kaitannya dengan penelitian nangen nandorbin, maka dapat diuraikan beberapa hal sebagai berikut.
Bahwasanya masyarakat Pakpak, baik itu di Desa Sukaramai atau secara umum di Kabupaten Pakpak Bharat dan juga Kabupaten Dairi, memiliki wujud dan
unsur kebudayaannya yang khas. Kebudayaan masyarakat Pakpak ini merupakan hasil dari kontinuitas dan perubahan dalam ruang dan waktu yang
mereka lalui. Di dalam kebudayaan masyarakat Pakpak tergambar dengan jelas unsur-unsur animisme, yang kemudian bertransformasi ke era agama-agama
besar yang datang ke kawasan ini, sampai kemudian memasuki zaman globalisasi.
Selain itu kebudayaan masyarakat Pakpak sampai sekarang ini masih kuat mengekspresikan masyarakat agraris, artinya masih bertumpu kepada
kehidupan alam sekitar dengan cara bertani, beternak, mengambil hasil-hasil hutan, dan suasana pedesaan. Mereka adalah masyarakat agraris yang sangat
bergantung kepada alam lingkungan sekitar dalam konteks memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, walau secara global, kini semua manusia
berada dalam arus globalisasi. Jadi keseluruhan keadaan ini, turut menentukan arah kebudayaan masyarakat Pakpak, termasuk memungsikan keseniannya,
salah satu di ataranya adalah nangen nandorbin. Ini merupakan lagu yang sangat penuh dengan nilai-nilai dan norma-norma budaya.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia dalam rangka menjalani kehidupannya di dunia ini, menghasilkan dan berdasarkan kepada kebudayaan. Budaya ini menjadi identitas seseorang dan
sekelompok orang yang menggunakan dan memilikinya. Kebudayaan tersebut muncul untuk memenuhi kebutuhan hidup dan dalam rangka menjaga
kesinambungan generasi yang diturunkan. Kebudayaan ini memainkan peran penting terhadap perilaku manusia dan benda-benda hasil kreativitas mereka.
Kebudayaan juga mengatur siklus atau daur hidup manusia sejak dari janin, lahir, anak-anak, pubertas, dewasa, tua, sampai meninggal dunia. Demikian juga yang
terjadi di dalam kebudayaan masyarakat Pakpak Bharat, yang wilayah kebudayaannya mencakup Provinsi Sumatera Utara dan Aceh. Salah satu ekspresi
kebudayaan adalah kesenian. Dalam kebudayaan masyarakat Pakpak Bharat dikenal berbagai jenis seni,
seperti seni rupa, musik genderang, tari tatak, dan seterusnya. Mereka memiliki musik vokal yang disebut nangen, yang terdiri dari beberapa jenis,
seperti nangen mendedah menidurkan anak, nangen merkemenjen nyanyian sambil menyadap kemenyan, nangen nandorbin nyanyian nasihat, tangis berru
sijahe, dan lain-lainnya. Nangen nandorbin adalah nyanyian ungkapan hati seorang ibu untuk putri
tercinta. Nyanyian ini adalah berupa ekspresi kebahagiaan yang bersifat mendidik putrinya, agar menjadi wanita yang baik dan pantas menjadi menantu siapa pun
Universitas Sumatera Utara