29
2.4 Sistem Religi dan Kepercayaan
Pada mulanya masyarakat Pakpak di desa Sukaramai masih menganut animisme dan dinamisme. Mereka percaya akan adanya kekuatan yang berasal
dari luar dirinya sendiri. Mereka percaya kepada roh-roh nenek moyang maupun kepada benda-benda alam yang dianggap mempunyai kekuatan gaib.
Sistem religi yang seperti itu percaya kepada dewa-dewa juga. Sesuai dengan perkembangan zaman, maka pada masa sekarang
masyarakat Pakpak menganut berbagai agama besar dunia, terutama agama- agama samawi,
4
yaitu: Kristen dan Islam. Antara umat beragama ini di dalam kebudayaan Pakpak terjadi toleransi, yang saling menghargai perbedaan-
perbedaan yang hidup bersama di dalam satu wilayah budaya, yaitu budaya Pakpak.
2.4.1 Kepercayaan Kepada Dewa-dewa
Dahulu suku Pakpak mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam sumber kehidupan. Masyarakat Pakpak percaya terhadap Debata
GuruBatara Guru yang dikatakan dalam bahasa Pakpak Sitimempa Simenembe nasa si lot
yang artinya yang “menciptakan yang ada di dunia ini.” Debata Guru atau Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan
melindungi. Selain itu masyarakat Pakpak awal, mempercayai makhluk- makhluk gaib sebagai berikut ini.
4
Agama samawi adalah merujuk kepada tiga agama di dunia ini yaitu: Yahudi, Kristen, dan Islam. Ketiga-tiga agama ini berinduk dari ajaran-ajaran Nabi Ibrahim
Alaihissalam. Ketiganya memandang bahwa ajaran-ajaran yang sampai kepada mereka adalah berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut Yahweh di dalam agama Yahudi, Tuhan
Bapa dalam Kristen, dan Allah Subhanahu Watala dalam Islam. Istilah samawi berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah langit. Dengan demikian istilah ini merujuk kepada agama
yang diturunkan Tuhan melalui wahyu-Nya yang diturunkan kepada umat manusia melalui Nabi-nabi-Nya.
Universitas Sumatera Utara
30
1. Beraspati Tanoh Diberi simbol dengan gambar Cecak yang berfungsi melindungi segala
tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu, kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus permisi kepada Beraspati
Tanoh. 2. Tunggung Ni Kuta
Tunggung ni kuta ini diyakini mempunyai peranan untuk menjaga dan melindungi kampung atau desa serta manusia sebagai penghuninya. Karena
itu, maka tunggung nikuta memberikan kepada manusia beberapa benda yaitu sebagai berikut:
a. Lapihen, yaitu terbuat dari kulit kayu yang di dalamnya terdapat tulisan- tulisan yang berbentuk mantra maupun ramuan obat-obatan serta ramalan-
ramalan. Tentang ramalan-ramalan tersebut, orang yang membaca harus jujur dan beretika baik serta tujuan untuk kepentingan umum.
b. Naring, yaitu wadah berisi ramuan untuk pelindung kampung.Apabila suatu kampung mendapat ancaman, maka naring akan memberikan pertanda suara
gemuruh atau siulan agar masyarakat dapat mengantisipasi gangguan tersebut.
c. Pengulu Balang, yaitu sejenis patung yang terbuat dari batu. Pengulu balang dapat memberikan bunyi suara gemuruh sebagai tanda gangguan, bala,
musuh, dan penyakit yang mengancam sebuah desa. d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di
dalam tanah yang bertugas untuk mengusir penjahat yang datang.
Universitas Sumatera Utara
31
e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang diyakini dapat mengganggu kehidupan manusia sekaligus dapat melindungi
manusia apabila diberikan sesajian. f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya mempunyai kepala ular
yang digunakan untuk menjerat musuh. g. Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih
kurang 1 meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan untuk menerangi jalan yang gelap.
h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan musuh. i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan
danau. j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau, dan air.
2.4.2 Kepercayaan kepada Roh