59
Dalam penyajian yang disampaikan seorang ibu tersebut bahwa putrinya sudah dapat menjadi tempat bernaung keluarga si pelamar dalam suka maupun
duka di dalam konteks khusus pembicaraan keluarga. Putri tersebut telah bersedia bekerja keras untuk memberi kehidupan yang layak terhadap keluarga
yang akan melamarnya, mampu menghadapi segala ujian serta perihnya kehidupan, sehingga putri tersebut menjadi sorotan para kaum-kaum
terpandang yang ada di daerah Pakpak.
3.3.4 Makna Teks
Dalam teks nangen nandrobin tersebut si penyaji menggunakan bahasa sehari sehari, namun pada bagian-bagian tertentu penyaji harus menggunakan
pemilihan pemilihan kata yang tepat sesuai dengan tradisi yang berlaku. Istilah lain atau berupa ungkapan-ungkapan yang menyerupai pantun. Ada beberapa
makna yang bisa saya lihat dari teks tersebut yaitu sebagai ungkapan rasa haru dan rasa bangga karena putrinya memang yang terbaik. Teksnya dapat kita
lihat di bawah ini. Sada Nandorbin Ko buluh i bernoh idi Nandorbin Nandorbin [Seorang putri
yang sudah siap untuk dilamar oleh siapapun, seorang putri tersebut dianggap seperti bambu yang sangat bermanfaat].
Sada-sadana kuambit man permainku idi Nandorbin Nandorbin [Seorang putri tersebut menjadi pilihan satu satu nya untuk menjadi
menantu kesayangan].
Universitas Sumatera Utara
60
Dua-duana mahan silindung bulan Nandorbin Nandorbin [Seorang Putri tersebut sudah siap menjadi menantu seorang raja yang memiliki
tahta tertinggi di masyarakat Pakpak dan dapat menjadi pelindung dalam keluarga tersebut].
Tellu-telluna mahan tongket ku idi Nandorbin Nandorbin [Seorang Putri tersebut dapat menjadi pengokoh dalam keluarga yang melamar,
atas permintaan ibu si pelamar]. Empat-empatna mahan peningkat marga Nandorbin Nandorbin
[Seorang putri tersebut sudah dapat dipastikan, bahwa dia mampu untuk memberikan keturunan kepada keluarga si pelamar].
Lima-limana mahan dengngan merarih Nandorbin Nandorbin [Seorang putri itu mampu jadi tempat bernaung dan tempat bercerita dalam suka
maupun duka]. Ennem-ennemna mahan denggan mengula Nandorbin Nandorbin
[Seorang putri yang sudah mampu untuk bekerja keras dan menjadi sosok yang multitalenta].
Pitu-pituna man dengngan ncayur ntua Nandorbin Nandorbin [Seorang putri tersebut dapat menjadi teman sehidup semati].
Dalam teks tersebut, si penyaji mengungkapkan keterbaikan dan hal-hal yang berat untuk di topang oleh putri tersebut, agar mampu bertahan dan tetap
menjadi putri terdidik. Makna selanjutnya adalah berupa pesandoa kepada
Universitas Sumatera Utara
61
putrinya dengan nangen nandorbin tersebut. Teksnya dapat kita lihat di bawah ini.
Buluh i bernoh [Serumpun bambu yang terbaik] Mahan silindung bulan [Menjadi pelindung]
Mahan tongket ku idi [Menjadi tongkat penopang] Mahan peningkat marga [Menjadi peningkat keturunan]
Mahan dengngan merarih [Menjadi teman bercerita] Mahan dengngan mengula [Menjadi teman bekerja]
Man dengngan ncayur ntua [Menjadi teman hidup sampai tua] Dari teks di atas terlihat dengan jelas bahwa terdapat tujuh tipe wanita
ideal untuk menjadi seorang istri dalam konsep etnosains masyarakat Pakpak. Seorang istri itu dilambangkan sebagai serumpun bambu terbaik. Bambu
adalah simbol dari kekuatan wanita yang akan melahirkan tunas-tunas baru dari rumpun tersebut. Bambu juga adalah simbol dari perkembangan umat manusia,
dari waktu ke waktu. Begitu juga bambu ini memiliki berbagai kegunaan di dalam kehidupan masyarakat Pakpak.
Dalam teks tersebut, si penyaji meyakinkan kepada masyarakat Pakpak bahwa putrinya sudah mampu menjadi yang terbaik. Dia juga sangat mendidik
putrinya selama tinggal bersama, sehingga putrinya sudah dapat mencontohkan yang terbaik karena yang diperlihatkan ibunya adalah kepribadian yang terbaik.
Dia juga berpesan banyak kepada putrinya agar dapat menghadapi berbagai rintangan serta permasalahan hidup.
Tipe ideal kedua seorang istri dalam budaya Pakpak adalah menjadi pelindung mahan silindung bulan baik untuk anak-anaknya maupun keluarga
Universitas Sumatera Utara
62
inti dan keluarga batihnya. Seorang ibu akan selalu melindungi anak-anaknya dengan cara menyusui, memberi makan, memandikan, mengurusi segala
keperluan anak dan suami, termasuk juga bekerja, dan melindungi nama baik keluarganya dan keluarga suaminya. Yang jelas ia menjadi sosok pelindung di
dalam keluarga tersebut. Tipe ideal ketiga seorang istri dalam kebudayaan Pakpak adalah menjadi
figur ibu yang digambarkan sebagai tongkat penopang tongket ku idi. Artinya seorang ibu itu adalah tongkat penopang keluarga. Ia harus dapat menyangga
berdirinya bangunan rumah tangga, agar kokoh dalam menjalankan bahtera rumah tangga, sebagaimana kokohnya tongkat untuk membantu seorang dalam
berjalan. Jadi seorang istri yang ideal dalam gambaran masyarakat Pakpak adalah istri yang terus berusaha menyokong berdirinya sumah tangga yang
kuat, teritegrasi, dan memiliki kepekaan kekerabatan dan sosial. Tipe ideal keempat seorang istri yang digambarkan dalam nangen
nandorbin ini adalah menjadi peningkat keturunan mahan peningkat marga. Di sinilah fungsi utama seorang istri itu, yaitu ia akan mampu melakukan
reproduksi generasi-generasi manusia Pakpak melalui lembaga perkawinan. Seorang istri adalah tempat awal pertumbuhan manusia, dari masa pembuahan,
kemudian datangnya ruh, selepas itu menjadi bentuk manusia, di mana di tempat ini yaitu alam rahim sudah terjadi interaksi alamiah antara ibu dan
anaknya. Kemudian setelah itu di masa kehamilan kurang lebih sembilan bulan akan lahirlah anak-anak buah dari perkawinannya. Seorang ibu memliki peran
utama dalam konteks meneruskan generasi manusia, termasuk orang-orang Pakpak. Melalui seorang ibulah akan terjadinya kesinambungan keturunan dan
Universitas Sumatera Utara
63
tentu saja kebudayaan Pakpak. Jadi masyarakat Pakpak secara umum sangat menggantungkan kontinuitas dan perkembangan generasinya melalui seorang
ibu. Demikian maksud tipe ideal yang keempat ini. Seterusnya tipe ideal kelima seorang istri dalam konteks kebudayaan
Pakpak adalah dilukiskan dalam baris teks mahan dengngan merarih menjadi teman bercerita. Artinya dalam frase ini, seorang istri itu menjadi teman
bercerita kepada suami yang amat dikasihinya, terutama dalam membina keluarga yang sempurna, menurut panduan adat dan juga agama. Dengan
demikian, walaupun masyarakat Pakpak menganut garis keturunan dari pihak laki-laki patrilineal, namun fungsi seorang istri sangatlah penting dalam
konteks memberikan arah yang baik dalam membina keluarganya. Suami tidak akan dapat berjalan atau menentukan sendiri arah rumah tangganya. Ia tetap
harus memusyawarahkan dan kemudian mencari kesepakatan dalam menentukan mahligai rumah tangganya.
Selanjutnya, tipe ideal yang keenam seorang istri dalam budaya Pakpak adalah menjadi teman bekerja untuk sang suami tercinta, yang diistilahkan
dalam nangen ini sebagai mahan dengngan mengula menjadi teman bekerja. Seorang istri bukan hanya pasif, artiny cukup sekedar melahirkan keturunan.
Istri haruslah bekerja mengurusi anak, suami, dan keluarga saja, atau lebih jauh dari itu ia juga bekerja membantu ekonomi keluarga, seperti ikut bertani,
mengambil kemenyan, menenun, dan sebagainya. Seorang istri yang ideal dalam kebudayaan Pakpak adalah istri yang rajin bekerja. Ia bertindak nyata
dalam rangka membantu suami menghidupi keluarganya.
Universitas Sumatera Utara
64
Tipe ideal yang terakhir, yaitu yang ketujuh yang diekspresikan dalam teks nangen nandorbin ini adalah seorang istri dalam kebudayaan Pakpak
adalah man dengngan ncayur ntua menjadi teman hidup sampai tua. Artinya adalah seorang istri adalah menjadi pendamping atau pasangan hidup terhadap
suaminya untuk selama-lamanya yang dikonsepkan sampai tua dalam frase ini. Dengan demikian, secara etnosains, seorang istri dan seorang suami yang ideal
dalam konteks kehidupan masyarakat Pakpak adalah istri dan suami yang menjaga keutuhan dan perkembangan rumah tangganya sampai ajal menemui
mereka. Jadi tipe ideal rumah tangga dalam kehidupan masyarakat Pakpak adalah rumah tangga yang langgeng, kalau bisa jangan sampai bercerai. Sebab
dampaknya akan merugikan kepada anak-anaknya dan juga keluarga kedua belah pihak.
Selain itu, larik di atas juga menggambarkan keberhasilan dalam hidup seorang Pakpak apabila ia mati dalam keadaan ncayur ntua, yaitu meninggal
dunia dengan meninggalkan keturunan anak dan cucu yang berhasil di dalam kehidupannya. Ncayur ntua ini menjadi dambaan dari seorang Pakpak. Jika
seseorang mampu mencapai derajat kematian ncayur ntua, maka ia akan dihargai, dihormati, diapresiasi dengan baik oleh seluruh warga Pakpak. Ini
juga yang terkandung di dalam konsep adat Pakpak.
3.3.5 Pemilihan Teks